81. MEMELUK COWOK ITU

1.2K 157 258
                                    

81. MEMELUK COWOK ITU

* * *

Noura sudah sampai di depan toko Sadajiwa. Ia melihatnya bingung, barang-barangnya sudah tidak ada. Sementara toko tutup pukul delapan malam. Noura mendekat ke arah kaca, memastikan kalau Sadajiwa ada di dalam, namun tidak terlihat apa-apa karena di sana pencahayaan cukup gelap.

"Jiwa!" panggil Noura mengetuk pintu. Berharap cowok itu memang ada di toko. "Lo ingat, Jiwa! Kalau gue salah, lo harus dengerin gue!"

Belum ada balasan dari dalam membuat Noura kembali berteriak. "Lo udah janji buat gak marah, Jiwa. Gue minta maaf, gue memang salah gak kasih tau lo dulu. Tapi gue bantuin lo, Jiwa. Gue bantu Bhagi ke polisi, gue bantu dia ngaku, Jiwa."

Dan tepat saat itu pintu terbuka, namun bukan Sadajiwa yang ada di sana melainkan Pal. Noura terkejut karena keberadaan cowok itu. "Jiwa mana?"

Pal menarik Noura masuk, membuat Noura terhuyung ke depan. Hingga rasanya sulit untuk mengimbangi tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. Noura berbalik menghadap Pal yang kini sudah mengunci pintu toko kembali.

"Lo mau ngapain, Pal?" tanya Noura melihat cowok itu berjalan mendekat. "Jiwa mana? Kenapa gak ada dia di sini?!"

Tapi Pal tidak berkata apa-apa sampai dia memegang kedua pipi Noura dengan satu tangannya. "Tadi lo bilang lo bantu Bhagi ngaku ke polisi?"

"Bukan urusan lo!" teriak Noura kesusahan. "Kenapa sejak awal lo yang malah sok ikut campur tau gak?!"

"Lo yang ikut campur, Jalang!" Pal membentak dengan sangat keras. Noura masih ingin melepaskan diri ketika kedua tangan Pal kini mencengkeramnya dengan kuat. "Gue udah bilangin lo dari awal. Lo gak usah sok jadi pahlawan buat Sadajiwa. Lo juga gak usah buat Bhagiraja merasa bersalah karena Bitha. Dan asal lo tau, ini juga termasuk urusan gue!"

Noura terus mencoba melepaskan tangan Pal dari pipi dan bahunya. Tapi kekuatan cowok itu terlalu kuat.

"Kalau Bhagi ketangkap, gue juga ditangkap polisi, Jalang!" Pal menggertak. "Dia bisa lolos karena uang. Gue gak mungkin kayak dia. Gue gak bisa bebas secepat itu."

Noura merasa pipinya sudah memerah, Pal semakin menekan kuku jarinya di wajahnya. "Biarin! Biar orang jahat kayak lo lebih baik di penjara! Supaya lo sadar diri!"

Satu-satunya cara adalah menendang cowok itu, dengan sisa kekuatannya Noura menendang kaki Pal hingga cowok itu meringis karena tepat di tulang keringnya.

Noura menendangnya berkali-kali hingga Pal terjatuh. Ia juga mengambil helm yang ada di dekatnya jika Pal bangkit menyerangnya, Noura akan memukul kepala cowok itu.

Pintu terkunci, sementara Noura tidak bisa menemukan kunci yang sepertinya ada di saku Pal. Ia menoleh ke kamar Sadajiwa di atas, cewek itu naik ke tangga dengan cepat. Berjalan ke kamar mandi dan mengunci dirinya di sana.

Noura membuka ponselnya dengan panik. Ia bersyukur bisa melindungi dirinya sampai sini. Noura mencari nomor Sadajiwa, mencoba menelepon cowok itu.

"Sialan lo!" teriak Pal marah. "Gue tau lo di dalam."

Noura semakin panik saat Sadajiwa tidak juga mengangkat panggilannya. Ia sudah menangis sekarang. Pintu terus didobrak oleh Pal sampai pintu kamar mandi benar-benar terbuka dan ketakutan Noura bertambah.

Helm yang dipegang Noura menjadi alat yang bisa ia gunakan untuk memukul Pal. Sialnya ketika ia memukul, sama sekali tidak kena. Sebelum tangannya kembali ditahan Noura mendorong Pal dan cewek itu kembali turun ke lantai bawah.

Noura harus menemukan besi untuk membuka pintu tapi ia tidak memiliki banyak waktu lagi. Sekali lagi Noura meminta maaf pada Sadajiwa. Cewek itu memecahkan kaca toko untuk menyelamatkan dirinya.

Kaca berhasil pecah membuat Noura sedikit menghindar dari sana. Noura dapat mendengar Pal memanggil namanya. Membuat Noura berlari dari toko, tidak memedulikan lagi apa yang terjadi di sana, ia terus berlari sambil merasa nyeri pada pipinya. Sepertinya cengkeraman tadi membuat pipinya berdarah.

Noura terus berlari ke jalan besar, setidaknya ia menjauhi toko itu. Sejauh mungkin dari jangkauan Pal. Walau ia tahu ternyata berlari dengan rasa panik tidak secepat itu.

"Noura! Noura! Hei!" Seseorang menahan langkah Noura yang sejak tadi berlari. "Berhenti! Tenangin diri lo!"

Noura tersadar dan menatap mata itu. Benar ia tidak tenang. Ia tidak bisa tenang ketika orang lain berbuat kasar kepadanya.

"Pipi lo ... kita ke rumah sakit, Noura!"

Noura menggeleng cepat. "Nggak! Gak mau!"

"Kita perlu ke rumah sakit!" tegasnya sekali lagi. "Luka di pipi lo bisa infeksi."

"Gue gak mau sama lo, Vadjar!" teriak Noura mencoba kembali lari. "Jauh-jauh dari gue!"

"Gue memang bukan pacar lo lagi, Noura. Gue minta maaf." Vadjar mencoba untuk menenangkan cewek itu. "Tapi gue bisa jaga lo. Gue bisa jadi kakak lo."

Noura menangis mendengar itu. "Gue benci sama lo!"

"Terserah lo. Itu hak lo buat benci gue." Vadjar menjawabnya, membuka lebar tangannya ia siap membantu Noura. "Ke rumah sakit ya?"

Noura mengangguk pelan. Malam ini, Noura memeluk Vadjar. Berlindung pada cowok itu.

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

Follow Instagram :@erlitascorpio

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
SADAJIWAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt