62. KENYATAANNYA

1.3K 134 30
                                    


* * *

Sadajiwa menatap sebuah rumah toko yang baru saja ia beli dari sisa uang yang ia miliki selama ini. Tempat yang cukup besar untuk dirinya tinggal sendiri di sini. Ia tidak bisa membeli rumah biasa karena harganya yang sangat mahal, dan pilihannya jatuh pada rumah toko yang dijual cepat.

Helaan napas berat dilakukannya begitu Sadajiwa pertama kali masuk ke dalam sana. Ia memerhatikan tempat yang begitu kosong, bahkan ia tidak memiliki kasur untuk tidur. Tabungannya sudah semakin menipis dan ia tidak mungkin pulang ke rumah lalu membiarkan dirinya mengemis lagi kepada kedua orang tuanya yang tidak akan pernah menerima Bitha.

Rumah toko dua lantai ini kosong seakan menunjukkan Sadajiwa tidak memiliki apapun. Ia jadi berpikir, jika orang tua Bitha melihat keadaan tempat tinggalnya saat ini, tanpa uang Sadajiwa tidak bisa memenuhi kebutuhan cewek itu. Dan sekarang ia sama sekali tidak memiliki uang yang banyak, tidak seperti saat ia masih di rumahnya dulu.

Sadajiwa bahkan berpikir keras, mendapatkan uang dari mana untuk makan sehari-hari. Tanpa bekerja, uang ditabungannya perlahan akan habis. Hari-hari itu Sadajiwa lewati dengan hidup yang sangat hemat.

Makan sehari pun cuma sedikit saja, sisanya membayar listrik dan air. Sadajiwa tidak tahu harus memulai dari mana menjalani hidup mandiri. Jika tidak seperti ini, Sadajiwa tidak akan pernah tahu ternyata tanpa uang seluruh hal yang ingin dilakukannya tidak akan bisa terwujud.

"Halo, Ma," sapa Sadajiwa ketika melihat mamanya menelepon.

"Jiwa, kamu tinggal di mana?" Anna bertanya pada putranya itu, ia begitu khawatir ketika Sadajiwa memilih untuk pergi dari rumah. "Kamu udah makan? Di rumah banyak makanan, kamu pulang ya, Jiwa. Kita makan sama-sama."

"Terima kasih, Ma. Tapi Jiwa gak bisa pulang ke rumah tanpa Bitha." Sadajiwa menatap kosong dinding putih di hadapannya. "Dan Jiwa tinggal di rumah toko yang Jiwa beli."

"Kamu beli rumah toko di mana, Jiwa? Mama kirim makanan ke sana ya. Tolong jangan tolak pemberian Mama," ucap mamanya di seberang sana dengan nada yang khawatir. "Ini bukan permintaan Papa, tapi Mama yang khawatir sama keadaan kamu. Kasih tau alamatnya dan makanannya Mama kirim ke sana, oke?"

Sadajiwa tidak bisa mengeluarkan air matanya, tapi ia tahu perasaannya meminta dirinya menangis. Mendengar suara mamanya di telepon seakan terasa kehilangan dirinya.

"Ya, Ma." Sadajiwa menjawab singkat.

Anna terdengar menangis. "Kamu punya Mama, Jiwa. Kamu bisa hubungi Mama kalau kamu perlu sesuatu."

"Tapi kenapa Mama dan Papa gak bisa menerima Bitha di rumah?" tanya Sadajiwa membuat mamanya terdiam. "Mama dan Papa bisa memberikan apapun yang Jiwa mau. Tapi saat Jiwa minta Bitha tinggal, kalian gak mengabulkannya."

"Hubungan kamu sama Bitha kali ini sudah salah, Jiwa." Mamanya kembali membuka suara. "Mama mau membela kamu tapi apa yang Papa kamu ucapkan ada benarnya. Rasa tanggung jawab kamu kepada Bitha bukan suatu hal yang mudah."

"Mama dan Papa yang mempersulit semuanya." Sadajiwa menyanggah ungkapan itu.

"Mama sama sekali tidak membenarkan kalian bersama, Jiwa. Kamu yang membuat Bitha seperti sekarang. Dan dia juga yang salah menerima kamu tanpa pikir panjang."

"Ma, Jiwa memang mencintai Bitha. Jiwa juga mengaku salah melakukannya. Tapi apa harus kayak gini akhirnya?" tanya Sadajiwa lagi disisa kepasrahan hidupnya.

"Memang harus seperti ini, Jiwa." Anna kembali menambahkan. "Dan faktanya Bitha gak pernah mencintai kamu. Lalu apa yang kamu dapat dari dia, Jiwa?"

Kata-kata yang mamanya ucapkan membuat dada Sadajiwa terasa sesak ketika ia juga menyadari semua yang diucapkan mamanya adalah kenyataan.

"Apa mungkin Bitha mau bersama kamu selamanya? Dan Mama tau, sebenarnya hanya Bitha yang kamu inginkan, bukan anak itu."

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

SADAJIWADove le storie prendono vita. Scoprilo ora