41. MASAK MI

1.7K 186 17
                                    


41. MASAK MI

Aku ingin melihatmu di sampingku, memegang tanganku, dan yakin jika kita memang diciptakan untuk bersama.

* * *

"Non beneran bisa masak mi sendiri?"

Noura menoleh ketika Bi Sri menanyakan itu padanya. "Bisalah, Bi, kan ada caranya di bungkus."

Bi Sri melihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "Tapi, Non Nou, ini udah malam. Gak baik makan mi," ucapnya khawatir dengan anak majikannya itu.

"Aku itu laper, Bi. Tapi aku juga bosen kalau makannya nasi terus, mau mi sesekali, gak apa-apa ya?" Noura meminta izin pada Bi Sri. Beliau memang selalu melarang dirinya untuk makan makanan yang memiliki efek buruk pada tubuh. "Minya enak, Bi. Bibi mau Noura buatin juga?"

"Nggak, Non." Bi Sri langsung menggeleng cepat. "Masih mau hidup sehat."

"Bibi nih, selalu aja ada alasan biar Noura gak makan mi." Noura masih sibuk membuat mi kuah yang sedang ia tunggu agar matang. "Ini enak banget loh, Bi."

"Tetep Bibi gak mau, Non Nou, makannya sih enak tapi kalau udah ingat sakit Bibi gak mau deh." Bi Sri masih mempertahankan pilihannya. Kini beliau bergerak ke arah kulkas untuk mengambil air mineral yang akan dituangkan ke gelas. "Bibi siapin air minum ya."

Tak lama Noura sudah selesai masaknya, cewek itu pun menghampiri meja makan. Ia mulai makan mi instannya sambil ditemani oleh Bi Sri. Para pekerja yang lain sudah beristirahat, namun Bi Sri memang yang rajin menemaninya.

Bi Sri memerhatikan Noura yang masih lahap makan mi dan sesekali minum dari gelas yang tadi ia siapkan. "Ibu pasti akan pulang secepatnya, Non."

Noura mendongak mendengar itu. "Tiga bulan bukan waktu yang sebentar, Bi," ucapnya mengunyah kembali makanan yang ada di mulut lalu menelannya dan Noura masih menatap Bi Sri. "Mama bahkan kirim uang banyak banget. Kayak orang yang gak akan balik ke rumah. Noura cuma punya Bibi yang ngerti sama keadaan Noura sekarang, kalau perlu Noura bayar lebih dari gaji yang Mama kasih supaya Bibi tetap di sini."

Bi Sri tersenyum mendengar itu. "Non Nou bisa aja buat Bibi bahagia. Apalagi kalau udah ketawa, dulu waktu Non masih kecil, Bibi senang banget kalau Non Nou mau terima hadiah dari Bibi. Walaupun hadiahnya sederhana tapi Non tetap senang."

"Tapi aku juga jadi ingat, gimana anak sama cucu Bibi?" tanya Noura penasaran. "Karena Mama mempekerjakan Bibi udah lebih dari tugas yang seharusnya seorang Ibu lakukan. Bi, Bibi udah relain buat gak ketemu keluarga Bibi hanya karena urusin aku."

Bi Sri mengangguk mendengar itu. "Ibu udah kasih hape canggih buat Bibi komunikasi sama mereka. Non Nou jangan khawatir ya, alhamdulillah anak dan cucu Bibi sehat. Mereka gak masalah kalau memang ini yang terbaik buat Non Nou. Karena gak baik membiarkan anak gadis sendirian di rumah sebesar ini."

"Terima kasih, Bi." Noura tersenyum membalasnya. Ia sangat bahagia mendengar itu, masih ada yang peduli padanya walau bukan dari orang yang ia harapkan.

"Sama-sama, Non." Bi Sri ikut tersenyum, beliau memerhatikan Noura yang sibuk makan. "Tapi Non, Pak Yandi bilang Non sering minta temani ke toko aksesoris motor, itu benar? Dan kenapa Non sampai menginap di sana?"

Noura mendongak ketika Bi Sri menanyakan itu. "Iya, Bi. Aneh ya kalau datang ke toko aksesoris motor?"

"Memang Non mau beli apa di sana? Di sini gak ada motor lho, Non. Non Nou mau belajar naik motor? Kalau mau nanti Bibi bilang ke Ibu untuk beli motor supaya bisa dipakai belajar."

"Bukan beli, Bi. Cuma ... ketemu sama pemilik tokonya."

"Lho, siapa memang?" tanya Bi Sri bingung.

"Sadajiwa." Noura menjawabnya singkat dan belum melepaskan pandangannya dari Bi Sri yang kini tertawa.

"Oh, Den Sada." Bi Sri masih saja tertawa. "Kenapa ke tokonya terus, Non? Suka ya, Non, sama Den Sada?"

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

SADAJIWAWhere stories live. Discover now