57. RUMAH

1.1K 131 34
                                    

57. RUMAH

Jadi tempat untuk kita bisa saling cerita, memahami, dan menerima setiap masalahnya.

* * *

Sadajiwa menatap langit-langit kamarnya. Di mana ia tidur seorang diri di tokonya sendiri. Hanya suara televisi yang menyala untuk menemaninya. Jika kembali memikirkan Bitha, pikirannya selalu tidak tenang.

Sudah cukup lama, Sadajiwa berusaha mengikhlaskan kepergian cewek itu. Sudah banyak usaha untuk Sadajiwa merelakan kebebasan Bhagiraja. Karena Sadajiwa tahu, jika Bitha ada di dunia ini, mungkin cewek itu akan membiarkan Bhagiraja bebas apapun kesalahannya.

Perasaan cinta untuk Bhagiraja sudah sangat banyak Bitha berikan pada cowok itu. Hingga rasanya tidak ada lagi tempat untuk Sadajiwa menggantikan posisi Bhagiraja. Bahkan ketika anaknya, yang tidak pernah terlahir ke dunia ini, tidak bisa membuat Bitha mencintai dirinya.

Ketika mereka berdua sudah sangat dibenci semua orang, sama sekali Bitha juga tidak mau mengubah perasaannya pada Sadajiwa. Disaat Sadajiwa sudah memberanikan mengakui perasaan yang sudah ia pendam lama, Bitha juga sama sekali tidak goyah.

"Jiwa, Mama dan Papaku masih membolehkan aku tinggal di rumah. Mereka menjagaku Jiwa. Dan mereka gak akan jahat sama bayi ini."

Sadajiwa menggeleng cepat, Bitha selalu tidak pernah melihat niat baik dirinya. "Aku udah janji untuk tanggung jawab, Tha. Apapun rintangannya, aku akan buktiin ke orang tua kamu, kalau aku bisa buat kamu gak kesulitan."

Saat itu Sadajiwa memutuskan mengajak Bitha ke rumahnya. Kali ini cewek itu yang bertemu dengan orang tuanya. Mereka harus membicarakan masalah ini, terutama tentang rencana yang harus mereka lakukan ke depannya.

"Pa," panggil Sadajiwa membuat Rudhy tidak menatap penuh ke arah putranya. "Biarkan Bitha, tinggal di rumah ini. Jiwa, akan jaga dia."

Rudhy tertawa mendengar itu, meremehkan keputusan anaknya sendiri. "Kamu ini sok dewasa, Jiwa. Dia masih punya orang tua, kamu bahkan gak bisa mengurus dia ketika kamu masih diurus orang tuamu sendiri."

"Jiwa gak mungkin biarin Bitha menanggung beban sendiri, Pa. Biar Bitha tinggal di rumah ini," jawab Sadajiwa lagi, masih dengan nada yang sopan. "Supaya Jiwa juga bisa menjaga Bitha."

"Dengar, Jiwa!"

Rudhy kembali berbicara dengan suara yang tetap meninggi membuat Anna yang melihat suaminya begitu takut. Anna juga panik dengan kondisi Bitha, yang bisa saja membahayakan dirinya dan kandungannya. Pikiran ibu hamil memang sangat sensitif.

"Kalau kamu memang gak memaksa Bitha melakukannya, kenapa dia gak menolak kamu? Kenapa sebagai perempuan dia gak menjaga kehormatannya?!"

"Pa, Papa jangan kasar gitu!" Anna membentak karena suaminya sudah keterlaluan.

Rudhy menghela napas berat. "Apapun alasan kamu, Papa gak peduli, Jiwa. Papa gak akan pernah menerima Bitha di rumah ini."

Mereka semua terkejut mendengar pernyataan Rudhy. Sadajiwa bahkan sudah menatap papanya dengan ekspresi yang tidak dapat memercayainya. Orang yang selalu Sadajiwa jadikan panutan ternyata tidak bisa memaafkan kesalahan anaknya sendiri.

"Kamu masih bisa tinggal di rumah ini, tapi tanpa Bitha. Begitu juga Bitha, kamu bisa tinggal di rumah kamu sendiri, tanpa Sadajiwa." Rudhy menegaskan keputusannya.

"Peraturan apa itu, Pa?" tanya Sadajiwa menahan emosinya untuk tidak meluap. "Papa pikir semua peraturan yang Papa buat harus Jiwa lakukan?"

"Ya."

Sadajiwa menggeleng, ia tersenyum dengan menyedihkan. "Tapi kali ini, Jiwa gak bisa ikuti semua yang Papa minta. Karena keselamatan Bitha, jadi prioritas Jiwa."

Sadajiwa memberikan tangannya pada Bitha. Meminta cewek itu untuk menerimanya.

Hari itu, Sadajiwa memutuskan untuk keluar dari rumahnya. Bersama Bitha, Sadajiwa sudah berjanji untuk menjaga cewek itu. Menjaga mereka berdua, Bitha dan anaknya. Orang dewasa memang tidak pernah percaya bahwa umur tidak menjadi tolak ukur kedewasaan.

Sadajiwa sudah berpikir terlalu jauh untuk melakukan rencana-rencananya. Menyelamatkan Bitha dari Bhagiraja dan membuat Bitha hanya mencintainya.

"Kamu yakin, Jiwa?" tanya Bitha memastikan.

"Aku gak bisa tinggal di rumah itu lagi, Tha. Mereka gak menerima kamu."

Sadajiwa mengusap wajahnya kasar, ia menyadari rencananya memang tidak semudah itu berjalan.

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

Follow Instagram :@erlitascorpio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SADAJIWAWhere stories live. Discover now