61. CEMBURU

1.3K 151 46
                                    

Aku mencintainya dan aku tidak bisa berhenti melakukannya.

* * *

"Nou?!" Ira menggerutu karena temannya ini sejak tadi tidak mendengarkan ucapannya. "Lo bisa gak sih berhenti makan dulu?"

"Gue dengerin kok," jawab Noura apa adanya. Memang benar, sejak tadi apapun yang Ira ucapkan cewek itu dengar. Tetapi Noura tidak akan membalas apapun.

Ira berdecak. "Tapi lo dari tadi gak jawab apapun yang gue bilang."

"Yang mana yang harus gue jawab, Ra?" Kini Noura yang berbalik tanya. "Apa yang gue lakuin di toko Sadajiwa? Apa yang dia lakuin sampai gue bisa dekat sama Sadajiwa?"

Mendengar ucapan marah Noura membuat Ira terdiam. Noura sudah mulai kesal jika Ira sudah melarang apapun yang menjadi keputusan Noura. Cewek itu bahkan tidak mau melihat sisi lain dari seseorang, sampai kapanpun Ira tidak akan pernah paham Sadajiwa itu seperti apa.

Ira memang mengajaknya jalan-jalan di hari minggu, cewek itu ingin berbelanja baju juga. Sementara Noura yang sudah lama tidak bepergian, selain di toko Sadajiwa, mengangguk menerima itu. Tapi pada akhirnya, Ira malah membicarakan segala hal kekurangan Sadajiwa.

"Atau pertanyaan terakhir lo, apa gue suka sama Sadajiwa?"

Ira tidak membuka mulutnya. Cewek itu lebih memilih melanjutkan makan. Namun matanya masih sesekali ke arah Noura. Baru kali ini ia melihat Noura yang terlihat sangat kesal kepadanya hingga respons cewek itu membuat Ira terdiam seperti ini.

"Pertama, gue ke toko dia karena gue mau. Karena menurut gue, toko Sadajiwa adalah tempat terbaik gue untuk gak ingat rumah. Daripada gue pergi ke kelab.

"Kedua, Sadajiwa gak lakuin apapun. Gue yang dekat ke dia. Dia bahkan tolak gue, Ra, awalnya. Tapi gue gak bisa. Gue selalu mau kembali dan datang terus ke tokonya.

"Ketiga, apa gue suka sama dia? Jawaban gue iya, gue suka sama Sadajiwa. Dan Sadajiwa juga tau kalau gue suka sama dia. Apa salah? Kurang penjelasan gue?"

Ira menghabiskan sisa makanan di mulutnya. "Tapi kalian gak pacaran?"

"Nggak." Noura mengatakan itu cepat.

"Karena Sadajiwa belum bisa lupain Bitha?" tanya Ira hati-hati. Karena sepertinya pertanyaan Ira sejak tadi menyakiti cewek itu.

"Gue gak tau dia udah lupain Bitha atau belum," balas Noura memberi jeda ucapannya. Ia memang tidak yakin tentang ini.

"Kalau dia udah lupain Bitha, udah dari kemarin lo jadi pacar dia, Nou." Ira kini lebih percaya diri untuk mengatakannya. "Apa lo gak cemburu kalau cowok yang lo suka kali ini sukanya sama cewek lamanya?"

"Cemburu? Sama Bitha?" Noura tertawa pelan menyadari keresahan hati Ira. "Hati gue lebih sakit kalau Sadajiwa suka sama cewek yang masih hidup."

Noura menaruh sendok dan garpu ketika jawabannya belum bisa membuat Ira percaya pada keputusannya. "Mungkin dia masih mencintai Bitha, gue gak pusing hal ini. Tapi kalau cemburu, gue gak sebodoh itu buat saingan sama orang yang udah gak ada di dunia ini, Ra."

Jawaban itu membuat Ira tidak bisa berkutik. Ternyata Noura sama sekali tidak mempermasalahkan apa yang sudah Ira pikirkan tentang hubungan Noura dengan Sadajiwa.

"Gue suka sama dia, Ra. Gue suka. Suka sama ketulusannya." Noura mengatakan itu. "Memang perasaan tulus Sadajiwa bukan buat gue, tapi gue menempatkan diri gue diposisi Bitha. Kalau gue jadi Bitha, gue gak akan pernah menyia-nyiakan Jiwa, Ra. Gue akan balas mencintai dia lebih besar daripada yang dia lakukan untuk gue."

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

SADAJIWAWhere stories live. Discover now