68. KARENA DIA

1.1K 155 104
                                    

68. KARENA DIA

* * *

Tangan Noura terhenti pada bingkai foto yang cewek itu temukan di rak buku Sadajiwa. Kini ia dapat melihat jelas wajah Bitha, di sana Bitha sedang merangkul Sadajiwa sambil keduanya tersenyum lebar.

Tidak tahu kenapa, ketika melihat jelas wajah Bitha membuat Noura jadi terpikir kata-kata Ira waktu itu. Jika Sadajiwa tidak bisa melupakan Bitha, apa yang akan Noura harapkan dari cowok itu?

Noura juga tidak yakin, apakah perasaannya pada Sadajiwa kini semakin jelas. Suka menjadi cinta. Seperti yang ia sendiri bilang waktu itu. Memiliki perasaan suka, dekat dengan cowok itu, dan segalanya tentang Sadajiwa mampu membuat Noura melupakan Vadjar.

"Kalau lo mau buat susu cokelat, gue udah beli, Noura."

Suara Sadajiwa yang baru saja muncul di kamarnya terhenti ketika cowok itu melihat Noura memegang bingkai foto dirinya dengan Bitha.

Noura pun menoleh ke arah Sadajiwa, cewek itu tampak tidak tersenyum seperti sebelumnya. Sadajiwa berjalan mendekatinya, ia menautkan alisnya melihat Noura yang diam saja.

"Ada apa?" tanya Sadajiwa pelan.

Noura menggeleng cepat. "Cuma lagi mikirin lo."

"Mikirin gue?" tanya Sadajiwa lagi tidak mengerti. Namun cowok itu langsung memberikan sekotak susu cokelat yang tadi ia beli di mini market di dekat tokonya. "Minum dulu!"

Noura akhirnya mengambil susu cokelat itu, ia menyeruputnya dengan pelan. Namun matanya kembali menatap Sadajiwa. Sampai terdengar bunyi, Noura menghentikan kegiatan minumnya karena susu cokelat itu sudah habis dan tidak ada lagi di dalam kotaknya. 

"Iya, mikirin lo," ucap Noura kembali melanjutkan. "Lo masih gak bisa lupain Bitha ya?"

"Bitha termasuk bagian dari hidup gue, Noura. Dia adalah masalah yang belum bisa gue selesaikan. Gak semudah itu lupain orang yang sangat berpengaruh di hidup gue, detik ini mungkin juga ke depannya."

"Apa masalah yang harus lo selesaikan, Jiwa?" tanya Noura memastikan, ia harus tahu apa yang diinginkan oleh Sadajiwa. Cowok itu tampak frustrasi dan memendam masalahnya sendiri.

"Membuat kehidupan Bitha adil." Sadajiwa menjawabnya yakin. "Buat dia gak merasa tersakiti lagi. Dan gue bertanggung jawab apapun untuk dia."

"Lo udah bertanggung jawab, Jiwa. Semua orang tau lo adalah ayah dari anak yang dikandung Bitha. Dan diri lo sendiri tau, kalau lo udah menjaga dia dengan baik," balas Noura menyebutkan apa yang sudah cowok lakukan. "Tanggung jawab apa lagi saat Bitha udah tenang di sana?"

"Gue harus tau siapa orang yang buat kecelakaan itu, Noura. Gue harus tau siapa orangnya, dia yang udah buat Bitha dan anak gue meninggal, Noura."

Sadajiwa tampak emosional ketika ia menyebutkan orang itu, Noura dapat melihat tatapan amarahnya. Tapi ia membiarkan Sadajiwa melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Dia ... gue selalu mengatur cara, supaya orang itu mengaku, Noura. Tapi gue gak bisa apa-apa, sejak awal gue payah. Gue sangat payah, Noura. Gue gak bisa buat Bitha yakin, kalau gue bisa buat orang itu dipenjara."

Noura mengangkat telapak tangannya di depan Sadajiwa, meminta Sadajiwa menaruh telapak tangannya juga di sana. Kini tangan keduanya saling bertautan, Noura bahkan sudah memasukkan jari-jari kecilnya di sela jari Sadajiwa.

"Dan rencana lo buat dia dipenjara?" Noura belum mengalihkan pandangannya dari Sadajiwa.

Sadajiwa mengangguk. "Gue memang harus membuat Bhagiraja dipenjara, Noura. Karena dia, Bitha selalu nangis. Karena dia juga Bitha meninggal, Noura."

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang