71. JALAN KELUAR

1K 129 118
                                    

71. JALAN KELUAR

* * *

Sadajiwa sudah mengganti seragam sekolah dengan kaus putih dan jaket berwarna biru tua yang kini melekat di tubuhnya. Cowok itu sudah terlihat rapi dan bersiap pergi ketika mobil papanya ada di depan toko. Ia melirik jam sejenak, sudah terlalu sore memang untuk pergi karena takutnya ia pulang terlambat.

"Pal, lo jaga toko ya!" Sadajiwa meminta tolong pada temannya itu.

"Bos, mau ke mana?" Pal tidak menjawab, namun Araf yang kini menanyakan Sadajiwa yang sudah terlihat rapi.

"Gue mau pergi sama bokap," balas Sadajiwa. "Oh iya, kalau gue belum datang kalian beres-beres kayak biasanya ya. Sama satu lagi, Raf."

"Apa, Bos?" Araf menautkan alisnya, menurut saja apa yang disuruh Sadajiwa.

"Kalau Noura datang ke sini, supaya tunggu gue sebentar." Sadajiwa mengatakan itu dengan cepat dan segera pergi ketika ia mendengar suara klakson dari mobil papanya.

Sadajiwa membuka pintu mobil dan melihat papanya juga sudah rapi. Sementara Sadajiwa mengatur napasnya, mencoba menghilangkan perasaan gelisahnya. Ia harus baik-baik saja untuk menghadapi masalah ini, karena Sadajiwa yakin semuanya akan berjalan lancar.

Mobil sudah bergerak seakan berjalan terlalu cepat membelah jalanan padat di Jakarta. Rasanya Sadajiwa sejak tadi berharap bahwa mereka tidak seharusnya secepat ini sampai di tempat tujuan. Namun ketika mobil yang dinaikinya berhenti, Sadajiwa tahu ada masalah yang harus ia selesaikan.

Papanya berjalan lebih dulu memasuki ruang pelayanan khusus, di sana orang tua Bitha sudah duduk menunggu mereka berdua. Rudhy tampak memberi salam sementara Sadajiwa berdiri kaku mengikuti apapun yang mereka bicarakan kepadanya saat ini.

Mama Bitha tersenyum ke arah Sadajiwa. "Semoga kita menemukan pelakunya ya, Jiwa. Supaya Tante juga lega, dan Bitha tenang di sana."

Senyuman itu menandakan bahagia dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Di satu sisi Mama Bitha senang karena kasus ini semakin terlihat jalan keluarnya, dan di sisi lain beliau tetap selalu merasa kehilangan Bitha.

Sadajiwa tidak membalas apa-apa, walau senyum sedih Mama Bitha mampu membuatnya merasa sesak karena mengingat Bitha lagi.

"Baik, Bapak dan Ibu, saya akan memulai menjelaskan beberapa hasil yang sudah kami temukan." Mereka mulai mendengarkan apa yang polisi dapatkan dari hasil penyelidikan mereka terhadap kasus kecelakaan Bitha. "Kami sudah berkali-kali mengirim surat panggilan kepada Bhagiraja, sesuai dengan permintaan Bapak dan Ibu. Namun sama sekali tidak ada kehadiran baik dari orang tersebut maupun perwakilan keluarga yang bersangkutan."

Sadajiwa mendengarkan dengan saksama. Ia ingin paham seperti apa cara kerja kepolisian untuk menyelesaikan masalah ini.

"Dan dengan itu, kami belum bisa memastikan apakah benar Bhagiraja adalah tersangka pelaku kecelakaan saat itu." Beliau masih menerangkan dengan sangat perlahan agar keluarga korban dapat mengerti dan tenang.

"Kami akan mencoba mengirim surat panggilan untuk terakhir kalinya di minggu depan, kalau memang pihak Bhagiraja masih tidak bisa hadir. Kami akan memaksa yang bersangkutan untuk menghadap kami atau kami yang akan datang menghampiri mereka."

Rudhy menepuk pundak putranya, sambil memberikan senyum tipisnya. Ia mencoba membuat Sadajiwa tidak terlihat tegang dengan ini.

"Dan saudara Sadajiwa, anda satu sekolah dengan Bhagiraja, benar?"

"Ya," balas Sadajiwa cepat.

"Apa dia sekolah seperti seorang murid biasa?" Polisi itu kembali bertanya kepada Sadajiwa.

Sadajiwa mengangguk pelan. "Yang saya lihat, memang seperti biasanya."

Kehidupan Bhagiraja memang terlihat baik-baik saja. Sadajiwa bahkan selalu melihat kehadiran Bhagiraja di kantin. Sepertinya Bhagiraja menganggap kehidupannya tidak ada yang berubah tanpa kehadiran Bitha.

"Saya dan tim sudah mencoba datang juga ke Indonesia History School untuk penjemputan Bhagiraja, supaya dia bisa memberikan penjelasannya kepada kami."

Sadajiwa melihat banyak sekali permohonan agar masalah ini selesai, terlihat di wajah kedua orang tua Bitha. Mereka tampak tidak lelah menyelesaikan kasus ini. Demi Bitha, demi putri mereka yang telah tiada.

"Tapi Bhagiraja punya penjagaan ketat, mereka mengikuti ke manapun Bhagiraja pergi. Kami sudah mengawasi Bhagiraja beberapa hari terakhir."

Sadajiwa tidak heran mendengarnya, keluarga Bhagiraja memiliki segala hal untuk melindungi keamanan anak-anak mereka.

"Saya harap, kita semua bisa bekerja sama. Membuat Bhagiraja mau dan bisa menjelaskan kepada kita semua apa yang terjadi sebelum Bitha tiada."

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

Follow Instagram :@erlitascorpio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SADAJIWAWhere stories live. Discover now