Part 19

193 28 17
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Entah sudah berapa kali Aila mengulang-ulang pertanyaan dan pernyataan Zion serta Zaen semalam. Yang pasti, dua hal tersebut sedang mendominasi isi otaknya saat ini. Zion sendiri semalam mengatakan untuk tak usah memikirkan pertanyaan spontan itu yang kata cowok itu bukan hal penting dan lupakan saja. Namun, Aila tidak bisa. Segala cara telah ia gunakan untuk melupakan pertanyaan Zion itu dan tetap tidak bisa. Ditambah pernyataan Zaen setelahnya juga membuat Aila tak bisa tidur semalam.

Memikirkan hal itu membuatnya tak memperdulikan hiruk pikuk koridor yang ramai dilalui oleh murid-murid SMA Cortofory, dan begitu Aila sampai di ambang pintu kelas, Milly datang menghadangnya.

"Gilak! Ada murid baru sempet bikin heboh tadi pas dia keluar mobil!" kata Milly to the point.

Aila mengibaskan tangannya di udara. "Halah, biasa deh. Kalau ada anak baru nggak jauh beda sama kata heboh! Apa lagi kalau orangnya cantik sama ganteng!" kata Aila. Ah, tapi dalam hati ia tidak membenarkan, karena saat dirinya menjadi murid baru, ia tak disambut seheboh itu.

"Iya sih. Eh, dia masuk kelas IPA 2, satu kelas sama Zikra!" kata Milly lagi, membuat Aila membatin, "Nggak nanya sih gue."

Sedangkan Milly yang tidak melihat reaksi atau ekspresi Aila seperti penasaran atau semacamnya pun kembali bersuara.

"Dia cewek yang deket sama Zaen loh!" ucap Milly. Ia sudah memastikan bahwa reaksi Aila sesuai ekpektasinya.

Benar saja, Aila yang tadinya hendak masuk ke dalam kelas buru-buru menoleh lagi ke belakang, menghadap Milly lantas menajamkan matanya dengan pertanyaan yang sudah dapat dibaca melalui tatapannya itu. Aila tak menyangka Stella sampai pindah ke sekolahnya segala.

"Itu loh, cewek yang beberapa kali sering nunggu Zaen di depan gerbang! Gue rasa dia emang suka sama Zaen sampai pindah sekolah tuh! Eh, tapi gatau juga sih!" jawab Milly.

"Stella?" tanya Aila dan Milly hanya menjawab dengan mengedikkan bahu karena ia tak tahu nama cewek itu. "Dia ngejar-ngejar Zaen!" lanjut Aila.

Milly terbelalak, "Ya fix sih dia emang ngintilin Zaen sampe sini! Bah, lo gimana?" tanya Milly buru-buru menelisik raut wajah Aila.

"Ya gimana ya? Dia keliatan cocok gitu sama Zaen," jawab Aila seraya melangkah menuju kursinya diikuti oleh Milly. Mengingat bagaimana sosok Stella yang Aila akui cantiknya, membuat Aila merasa minder, bahkan dulu saat mereka berteman, Aila sering memuji Stella dengan terang-terangan.

"Lo nggak papa Zaen suka sama dia?" tanya Milly lagi.

Aila tak segera merespon. Ia menjeda sejenak dengan pemikiran yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, dan kali ini, ia pun memikirkannya jika Stella memang lebih memiliki segalanya untuk bersama Zaen. Tidak dengannya yang justru ditentang oleh segalanya.

"Nggak papa. Lagian gue siapa larang-larang Zaen?" jawab Aila setelah diam sejenak.

"Beda di mulut beda di hati. Tapi jawaban lo emang jawaban yang paling tepat!" respon Milly. Kemudian, cewek itu pergi ke kursinya sendiri.

"Nad-Nad!" panggil Zikra. Cowok itu tanpa salam langsung memasuki kelas Aila sehingga membuat isi kelas sedikit heboh dan banyak bisikan yang mulai terdengar samar-samar.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now