Part 45

65 6 9
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aila memasuki ruang inap Zaen tepat setelah Stella keluar dari sana. Ini kali pertama lagi bagi Aila memasuki ruangan yang ada Zaen di dalamnya. Berbeda dengan ruang ICU hari lalu. Ruang inap Zaen kini jauh lebih terang dan nyaman, dan juga tidak terlalu banyak mesin seperti waktu lalu.

Di dalam sana, terdapat sebundar meja makan dengan empat kursi yang mengelilinginya. Lalu di belakangnya terdapat sebuah lemari dan pantri di sampingnya, dan terdapat televisi tepat di atas lemari itu. Dan sebuah kamar mandi di pojok ruangan.

Lalu bagian kiri ranjang terongok sebuah sofa panjang tepat di depan jendela yang memperlihatkan pemandangan luar. Pemandangan gedung gereja yang juga bisa dilihat dari taman. Tak hanya itu, di sisi kanan ranjang Zaen juga terdapat ranjang dengan ukuran yang sama. Namun, bentuknya yang berbeda. Sepertinya ranjang itu khusus untuk pendamping pasien.

Melihat fasilitas itu membuat Aila membayangkan berapa tagihan yang akan keluarga Zaen keluarkan setelah nanti Zaen keluar dari rumah sakit dan sembuh.

Tak lagi terhipnotis dengan kenyamanan yang diciptakan oleh fasilitas ruangan itu, Aila mulai duduk di kursi samping ranjang Zaen. Begitu duduk di sana, Aila menatap Zaen lekat-lekat.

Zaen tak lagi koma. Ia sadar, hanya saja sedang tidur. Jadi tidak diperuntunkan untuk Aila berbicara atau mengajak Zaen ngobrol karena bisa membangunkan cowok itu.

"Loh, Aila?"

"Stella?"

Aila dan Stella sama-sama terkejut. Aila terkejut lantaran Stella kembali, dan Stella terkejut lantaran Aila berada di sana saat tadi tak diberi izin untuk masuk menjenguk Zaen.

"Lo balik?" tanya Aila.

"Dan lo masuk?" Stella juga memberi Aila pertanyaan.

"Gue tadi udah dikasih izin sama Tante Widya, katanya gue boleh masuk kalau lo udah keluar," jawab Aila.

"Oh. Yeah, gue sebenarnya tadi udah mau balik. Pas keluar gue nggak ketemu Tante Widya, dan gue inisiatif buat nyari. Karena gue nggak mungkin langsung pulang ninggalin Zaen sendiri. Tapi Tante Widya nggak ada, jadi gue berniat buat balik dan nemenin Zaen sampai Tante Widya balik," kata Stella. Ia juga menjelaskan.

Aila mengangguk-angguk samar tanda mengerti.

"Tapi karena udah ada lo, gue rasa gue udah bisa pulang," katanya lagi.

Namun, Stella tetap bergeming. Di tempatnya berdiri, ia seolah tengah berpikir dan hal itu membuat wajah Aila keheranan.

"Lo mau ngobrol sama gue? Mungkin setelah kita lama nggak ketemu?" tanya Aila menebak dan secara tidak langsung menawari.

Stella mengulum bibirnya sesaat, kemudian melangkah menuju sofa dan Aila menyusul duduk di samping Stella karena merasa Stella menerima tawarannya.

"Lo nggak sekolah setelah itu," ucap Aila. Ia yang lebih dulu memilih untuk membuka obrolan.

Stella mengangguk-angguk. "Gue pindah lagi."

Aila sontak menoleh terkejut. "Kenapa?" tanyanya.

"Gue malulah! Setelah ketahuan bohong gitu, gue merasa harinya nggak akan selalu baik lagi setelah itu, jadi gue mau pindah lagi," jawab Stella. Ia meringis sesaat, teringat sesutu karena kepindahannya sempat membuatnya dimarahi oleh ibunya. Karena juga dengan kepindahannya selama dua kali telah menghabiskan banyak uang.

"Ooh." Aila merespon pendek karena bingung menanggapinya.

"Gue udah minta maaf, kan, sama lo?" tanya Stella yang dijawab anggukan oleh Aila.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now