Part 1

1K 254 204
                                    

~ Start with bismillah~

Hai...
Hello!!
Annyeong~

Sugeng rawuh🙏,


Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Jika ditanya, pekerjaan tanpa gaji apakah yang menurutnya menyebalkan, maka Aila akan menjawab 'mengemasi barang pindahan'.

Aila fokus menatap sekelilingnya yang sudah dipenuhi oleh kardus-kardus berisi barang-barang miliknya, dan milik sang kakak. Lekas ia beralih menatap terik matahari yang masih menyengat meski jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Kemudian Aila bersedekap dada menatap sang kakak yang baru saja selesai berbincang dengan supir truk yang baru saja mengangkut barang mereka.

Ia mendengus kesal, meski beberapa jam yang lalu mereka sempat beradu drama tentang nasip mereka yang kini hanya akan tinggal berdua. Setelah perceraian sang kakak dengan suaminya serta ayah mereka yang memilih pergi meninggalkan mereka.

"Lets go!!" seru Lila—Kakak Aila, memberi semangat dan mulai mengangkat kardus.

Aila memberengut kesal. "Kak, kenapa kemas-kemasnya nggak bilang gue dulu?" tanya Aila kembali menatap kardus yang sudah menjamah halaman rumah baru mereka.

"Loh, kenapa? Bukannya bagus karena lo jadi nggak perlu ikut kemas-kemas?" tanya Lila merasa heran.

"Masalahnya, lo pasti nggak tau mana aja barang yang mau gue bawa. Kaya komik. Coba lo ada nggak kemas komik gue?" tanya Aila lagi.

Lila hanya butuh berpikir dalam sekejap mata karena sedetik kemudian ia mengeleng. Ia ingat betul jika tadi ia tidak mengikutsertakan buku komik milik Aila yang jumlahnya dapat memenuhi lemari berukuran besar. Jika dikemas mungkin akan memakai banyak kardus yang membuat mereka harus mengangkut lebih banyak barang.

"Yah, Kakak ...." Aila mendesah kecewa.

"Itu, kan, komik yang udah lo baca. Jadi nggak papalah kalau nggak ikut dikemas. Kan, bisa beli lagi," kata Lila mencoba menenangkan Aila.

Aila lagi-lagi hanya mendengkus dengan kasar. Namun, sepertinya sikap kekanak-kanakannya itu tidak mendukung keadaanya sekarang yang masih dilanda shock karena ditinggal pergi ayahnya dan kabar perceraian kakak kandungnya dengan suaminya.

"Ayo bantu, gue!" seru Lila menyadarkan lamunan Aila.

Dengan terpaksa, Aila mulai mengangkat kardus-kardus itu dengan wajah yang tidak ada semangatnya sama sekali. Bahkan bibirnya maju beberapa senti selama ia mengangkut kardus itu.

Beberapa jam setelahnya, semua kardus yang tadinya berada di halaman rumah, kini sudah bertumpuk dengan tidak rapi di ruang tamu. Lalu Aila, gadis itu mulai tampak kelelahan, terlebih mengetahui masih satu tahapan lagi ia harus membereskan barangnya untuk ditata di dalam kamarnya yang berada di lantai dua.

"Barang punya lo udah gue kasih nama pake spidol. Jadi nggak perlu nyari mana barang yang isinya punya lo," kata Lila saat Aila sudah menyeret koper besar berisi baju-baju miliknya dan melangkah menaiki tangga yang lumayan panjang.

"Iya," jawab Aila sekenanya. Ia hanya butuh cepat menyelesaikan pekerjaanya agar bisa segera berleha-leha.

"Kakak! Kamar gue jelek banget!" teriak Aila setelah ia membuka pintu kamarnya. Di sana ia melihat sepetak ruangan dengan dinding berwarna hijau tosca yang tampak memudar dan sebagian catnya sudah mengelupas.

Fake Girlfriend [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora