Part 20

138 23 5
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Gue denger lo pacaran sama Zaen, maksudnya apa?" tanya Milly.

Gadis itu langsung menghujam Aila dengan berbagai pertanyaan, setelah mendapat gosip dari teman-temannya saat mereka rapat OSIS kemarin, dan Milly baru sempat menanyakannya hari ini.

"Ya gitu ...." jawab Aila bingung sendiri.

"Kok tiba-tiba sih, perasaan kemarin kita ngobrol tentang kalian dan sikap lo seakan kalian nggak deket!" kata Milly yang tak puas dengan jawaban Aila. Ia ingin jawaban yang lebih jelas.

Begitu mendengar ucapan Milly itu, Aila langsung menarik Milly untuk menjauhi kerumunan lalu-lalang siswa dan siswi SMA Cortofory, dan Aila membawanya sampai area halaman sekolah yang tampak sepi.

"Duh! Sebenarnya gue nggak boleh bilang-bilang sama Zaen. Tapi kayaknya gue nggak bisa bohong sama lo," kata Aila. Lalu ia melanjutkan, "Kita cuman pura-pura."

Reaksi Milly saat mendengar fakta itu tentu saja terkejut dengan mata mendelik tajam seakan fakta yang Aila ucapkan benar-benar membuat Milly tidak kepikiran sama sekali. Semacam, "Kok bisa?"

"Yang bener aja lo!" seru Milly menepuk lengan Aila sekali 

Aila mengelus bekas pukulan ringan Milly pada lengannya. "Serius gue. Lo jangan bilang siapa-siapa ya, cuman kita aja yang tau. Oh iya, jangan sampai Zaen tau kalau gue ngasih tau lo ya!" peringat Aila.

Milly mengangguk-angguk kecil. "Ada sejarahnya nggak kenapa lo yang Zaen pilih buat jadi pacar palsunya dia?" tanya Milly mulai mengintrogasi Aila.

Untuk pertanyaan ini, Aila ragu mengatakannya, jika ia mengantikan job Sheva di biro sewa pacar palsu. Sebab jika tidak mengetahui seluk beluknya secara rinci, bisa saja orang-orang menilai bahwa apa yang Aila lakukan adalah sesuatu yang buruk. Walaupun mengantikan job Sheva memang tidak jauh dari kata buruk, tetapi tak seburuk pemikiran orang-orang yang tidak tahu fakta di dalamnya. Dan Aila takut, penilaian itu seperti penilaian mereka terhadap orang-orang yang istilah kasarnya menjual diri.

"Woi!" Milly menyadarkan Aila yang tak kunjung menjawab pertanyaan darinya.

"Ehm, ya mungkin karena kita tetanggaan? Maksud gue, kan, dia aja ngga pernah keliatan deket sama siapa-siapa, jadi mungkin dia minta tolong gue karena gue bisa dibilang yang paling deket sama dia walau cuman tetangga?" jawab Aila dengan jawaban ragu dan tidak yakin, dan hal itu membuat Milly berpikir lebih dalam.

"Emang kenapa Zaen nyuruh lo jadi pacar palsu segala?" tak habis-habis pertanyaan yang Milly lontarkan, sehingga membuat Aila tak nyaman dan ingin menyudahi.

"Stella. Lo tau dia, kan? Seperti yang pernah gue bilang kemarin, kalau dia ngejar-ngejar Zaen. Bikin dia nggak nyaman," jawab Aila lagi.

Milly mengangguk-angguk paham. Tak perlu penjelasan lebih lagi, karena dirinya sangat paham betul akan kasus-kasus sperti Aila dan Zaen. Berpura-pura pacaran hanya untuk mengusir perasaan seseorang yang menganggu salah satu pihak.

Namun, Milly juga tahu, biasanya kasus seperti itu akan memakan korban. Semacam akhirnya mereka saling jatuh cinta, tapi ada kemungkinan terburuk dari kasus seperti itu, yaitu hanya salah satu pihak yang jatuh cinta. Jadi, untuk bagian akhir mungkin tidak akan baik, seperti akan memicu rasa sakit hati, patah hati dan sebagainya.

Fake Girlfriend [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant