Part 10

221 60 22
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Lebih mempercayai voting melalui kacang sukro dari pada shalat istikharah, Aila merasa hasilnya itu tidak valid. Walau begitu, ia harus meneguhkan hatinya untuk tetap menjalani niatnya berdasakan keputusan yang diambil oleh kacang sukro semalam. Yaitu, melupakan Zaen.

Ini hanya persoalan move on, dan sebelumnya Aila sudah mengalaminya ketika hatinya dipatahkan oleh sebuah fakta bahwa Stella merebut gebetannya. Bahkan serpihannya saja sudah Aila sapu bersih tanpa sisa. Jadi, untuk kasus ini, Aila juga harus bisa. Yuk bisa yukk.

Namun dalam hati, Aila merasa tidak ikhlas melepaskan Zaen begitu saja walau cowok itu masih berwujud halu dihatinya. Dan Aila juga meminta maaf dalam hati kepada Zaen karena telah merencanakan niat untuk move on. Aila tidak mau sebenarnya, tapi kacang sukro telah menentukannya dan itu tidak bisa diganggu gugat. Jadi, Aila tidak bisa melakukan apa-apa selain menjalankan petunjuk yang sudah Tuhan beri melalui kacang sukro semalam.

"Gampang loh Ai, lo tinggal stop curi-curi pandang sama Zaen di kelas. Terus kalau papasan di mana pun itu, lo puter balik. Udah gitu doang! Pertemuannya itu loh, cuman segitu tapi kenapa lo bisa cinta sih, hah?!" Aila mengeram kesal dengan dirinya sendiri.

Tetapi, sepertinya rencana move on-nya tidak akan berjalan mulus jika ia dikelompokkan bersama Zaen di tugas sejarah, dan kini Aila sedang duduk dengan kaku di depan cowok itu. Duh! Kalau gini rencana move on-nya diundur dulu!

"Ayo Devon mikir jangan numpang nama doang," kata Milly.

"Ya ini gue lagi mikir. Lo kira otak gue bisa ngomong pas lagi mikir?" tanya Devon sewot.

Sejak tadi kelompok mereka hanya diisi oleh suara Milly dan Devon saja. Sedangkan Aila yang kicep karena satu kelompok dengan Zaen tidak mengeluarkan suara sepatah pun, saat ia mengerjakan tugasnya saja dia langsung menulisnya tanpa berkata-kata. Lalu Zaen, cowok itu memang tak pernah banyak bicara.

"Tugasnya silakan di lanjutkan di rumah karena jam pelajaran sudah habis, dan Minggu depan kalian harus sudah selesai dan dikumpulkan!" peringat Bu Mar yang dibalas ekspresi lega oleh seluruh murid di sana karena dengan begitu, mereka memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas mereka.

Sama halnya dengan Aila. Ia baru bisa bernapas dengan bebas setelah kembali ke kursinya. Sejak tadi napasnya seolah tercekat. Satu kelompok bersama Zaen membuatnya tidak fokus, terlau banyak memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan cowok itu. Terlebih memikirkan rencana move on-nya yang diundur!

"Ai, kantin yok!" ajak Milly menghampiri Aila.

"Ayo!" Aila pun bangkit dari sana.

Namun, karena kursinya tak jauh dari kursi Zaen dan kebetulan cowok itu juga hendak melangkah di lorong antar baris yang menjadi jalan Aila juga, mereka sedikit bertabrakan dengan Zaen yang menabrak Aila dari belakang.

"Eh, sorry!" seru Aila buru-buru minta maaf karena merasa sudah menghalangi langkah Zaen sehingga cowok itu menabraknya. Tapi Zaen hanya mengangguk sekilas lalu berlalu begitu saja.

"Sadarilah, Ai. Hidup lo berpotensi, ber-genre romance!" celetuk Milly mesem-mesem sendiri.

"Amiin," ucap Aila tidak mengelak perkataan Milly karena siapa juga yang tidak mau memiliki kisah romantis di hidupnya? Apa lagi jika kisahnya dipasangkan bersama Zaen. Ah, Aila mah Zaen lagi, Zaen lagi. Zaen mulu!

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now