Part 3

444 220 131
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Kak, denger-denger, tetangga depan janda juga loh," ucap Aila saat ia baru saja duduk di meja makan.

Lila menatap Aila dengan sengit. Adiknya itu tak bisa diajak berdrama mellow sama sekali, hal-hal sedih selalu saja ia anggap sepele. Kak Lila jadi curiga jika selama ini Aila menyembunyikan air matanya karena yang keluar mutiara.

"Terus kenapa?" tanya Lila meladeni Aila.

"Temeninlah. Yakin deh kalian bakalan sefrekuensi. Nanti kalau udah akrab jangan lupa cepuin gue, kali aja nanti dia cerita soal gue ke anaknya. Btw anaknya ganteng!" jawab Aila yang membuat Lila tahu arah tujuan Aila sebenarnya apa.

"Payah deh. Mau pedekate aja mesti bawa-bawa kakak yang janda!" kata Lila. Padahal, kan, dia belum resmi menjadi janda karena perceraiannya masih dalam proses.

"Ya, kan, ini namanya strategi," tutur Aila yang tidak ditanggapi lagi oleh Lila.

Mereka sarapan bersama sebelum Aila berangkat sekolah dan sebelum Lila berangkat kerja.

Tak menghabiskan banyak waktu, kini mereka berdua sudah keluar, terlebih Lila yang sudah lebih dulu pergi dari rumah. Sedangkan Aila masih mengunci pintu. Ia hanya perlu berjalan kaki karena jarak antara rumahnya dengan sekolahnya tidak terlalu jauh. Namun, cukup menghasilkan keringat jika berjalan kaki.

Saat Aila menutup gerbang, ia melihat tetangganya yang sedang menyirami tanaman miliknya yang berada di luar halaman. Sesaat Aila melirik ke arah halaman rumah milik tetangganya itu, kali saja anaknya juga sedang bersiap-siap pergi ke sekolah.

Aila tersenyum saat mendapat sapaan berupa senyuman dari tetangganya itu. Dalam benak Aila, "Lihatlah, Tan, seragamku dan seragam anakmu sama. Nanya-nanya kek! Atau minimal bilang suruh nebeng anaknya aja kalau belum berangkat!" Namun, Aila hanya mampu tersenyum.

─────••─────

Cukup menyebalkan bagi Aila karena baru dua hari ia resmi menjadi murid SMA Cortofory tapi ia sudah menjadi bahan tatapan murid-murid perempuan di sana. Alasannya apa lagi kalau bukan tentang ia yang didatangi oleh Zion. Aila tak menyangka efek Zion sehebat itu sampai membuat satu sekolahan gempar hanya karena dia nemuin cewek.

"Kok gue masih belum dapet chat dari lo sih?"

Zion. Itu suara Zion. Aila sudah hapal sekali suara cowok yang sebentar lagi akan terdengar menyebalkan apa bila Zion masih membahas perihal chat.

"Sorry, kita kenal?" tanya Aila.

Zion tersenyum miring mendengar pertanyaan dari Aila, karena baru kali ini ia mendapat perlakuan seperti itu dari cewek. Ternyata semesta tidak seadil itu kepada Zion, walaupun ia masuk ke dalam jajaran cowok ganteng another level. Dan Zion merasa tidak terima karena nomornya telah disia-siakan oleh Aila. Padahal mendapatkan nomornya itu sudah termasuk beberapa hal yang paling sulit didapatkan di dunia. Apa lagi Aila mendapatkannya secara VIP dari orangnya langsung pula.

"Nggak sih," jawab Zion. Kemudian ia mengimbuhi, "Makanya lo pengen kenalan, kan?" tanya Zion. Pertanyaannya itu tentu menyinggung ocehan Aila saat di toko komik tiga hari yang lalu.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang