Part 43

86 9 4
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Terlihat ada dua gelas milkshake, satu gelas lemon tea, tiga gelas coffe late. Lalu terdapat satu potong oreo cheese cake dan red velvet, spageti carbonara, pastel kari, chicken katsu, panna cota, tersaji di meja dengan kursi berjumlah enam. Dan dihuni enam orang pula. Yakni, Aila, Zikra, Cindy, Zion, Milly dan Zavian.

Awal mula mereka bisa duduk bersama di sana, karena Milly dan Zavian berencana pergi makan bersama setelah pulang sekolah. Kebetulan sebelum Milly menemui Zavian di parkiran, gadis itu jalan bersama dengan Aila dan Cindy. Lalu tiba-tiba saja Zikra datang bersama Zion menuju motor mereka yang juga terparkir tak jauh dengan motor Zavian. Aila dan Cindy sempat hendak terus berjalan setelah Milly berhenti di parkiran dan menghampiri Zavian, tapi Zikra menghentikan langkah Aila dan spontan Cindy ikut berhenti juga.

Seperti layaknya teman yang jail, Zikra terbesit ide untuk ikut makan bersama Zavian dan Milly, yang langsung Zavian tolak mentah-mentah. Namun, baiknya Milly mengizinkan dan justru memaksa Aila dan Cindy untuk ikut.

Aila sempat menolak dengan alasan ingin segera pergi ke rumah sakit menjenguk Zaen, dan hal itu sukses menciptakan tatapan dingin dari Zavian. Namun, Aila tidak peduli. Tapi saat itu Zikra mengatakan untuk makan terlebih dahulu, lagi pula saat itu jam menjenguk pasien belum dibuka. Akhirnya Aila pun menyetujui ide Zikra itu.

Lalu di sinilah mereka. Di rumah makan yang letaknya tidak terlalu jauh dengan sekolah mereka, dan kini mereka sudah mendapatkan makanan masing-masing.

"Lo mau jenguk Zaen sendirian, Ai?" tanya Milly. Aila mengangguk.

"Ekhem!" Zavian berdehem tanpa alasan. Namun, cukup mengundang tatapan dari Aila, Zikra dan Zion saja.

Aila sontak menunduk, mulai mengaduk-aduk makanannya, dan hal itu membuat Zikra menatapnya lekat-lekat. Cowok itu masih saja belum mengetahui perseteruan antara Aila dan Zavian.

Aila sendiri kini seperti menemukan sosok baru dalam diri Zavian. Ekpresi ketegangan yang bisa Aila lihat dari cowok itu membuatnya takut, dan Aila belum terbiasa dengan pribadi Zavian yang satu itu. Meski sampai saat ini tuduhan Zavian yang mengatakan Aila penyebab musibah yang menimpa Zaen, masih Aila anggap sebagai hal yang konyol, walau masuk akal.

Aila ingin marah, ingin mengelak juga. Namun, keadaanya saat ini membuat Aila memilih untuk mengalah dan mencoba memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Zavian, yang entah kapan mereka akan membicarakannya.

Ah, tapi Aila baru terpikirkan sesuatu. Apakah Tante Widya bersikap dingin kepadanya, karena beranggapan sama seperti Zavian? Apakah ada seseorang yang menjelaskan secara detail kronologis yang menimpa Zaen? Rasanya tidak mungkin seorang saksi menceritakan kronologis yang sama seperti yang pernah Zavian jelaskan kepadanya. Atau tidak, jika yang menceritakannya kepada Tante Widya itu Zavian sendiri. Namun, itu baru dugaan yang muncul secara tiba-tiba dari otak Aila.

"Sejauh ini gimana keadaan Zaen?" tanya Cindy, entah kepada siapa.

"Belum ada perkembangan. Ada sih, kemarin jari dia gerak. Cuman itu." Zikra menjawab setelah dirasa tidak ada yang akan menjawab pertanyaan Cindy.

"Semoga cepet sadar," ucap Cindy mendoakan.

"Mungkin lo mesti sering jenguk Zaen, Ai. Gue pernah denger emosi bisa memainkan peran dalam penyembuhan," kata Milly. Emosi yang ia maksud adalah perasaan Zaen dan Aila. Dan Aila paham itu.

Namun, jika apa yang dikatakan oleh Milly itu benar, tapi itu hanya berlaku untuk dua orang yang saling mencintai. Sedangkan di sini hanya Aila yang mencintai. Aila pikir begitu. Dan Milly tahu itu, kalau Aila dan Zaen hanya pura-pura pacaran, jadi tidak ada cinta diantara mereka. Kecuali Aila sendiri yang masih menelannya.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now