Part 46

102 10 10
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aila menjenguk Zaen nyaris setiap hari. Sebenarnya tidak juga, hanya saja saat itu Aila berjanji kepada Zaen akan datang lagi. Jadi, keesokannya Aila benar-benar datang setelah pulang sekolah. Lalu, keesokannya lagi, Aila kembali datang. Namun, ia tidak sendiri lantaran bersama teman sekelasnya yang kebetulan sudah berencana akan menjenguk Zaen dari jauh-jauh hari.

Setelah itu, keesokannya lagi dan lagi, kebetulan lagi Cindy ingin menjenguk Zaen juga, ia merasa harus menjenguk karena Zaen sempat berhubungan dengan Aila dan posisinya Cindy sahabat Aila. Jadi, Cindy merasa perlu menjenguk Zaen dan meminta ditemani Aila.

Lalu hari ini, ia tidak ada rencana akan menjenguk dengan siapa atau mengantar siapa. Selama beberapa hari ini, Aila merasa sudah terlalu sering menjenguk Zaen dan Aila rasa ia sudah melampaui batas. Jadi, hari ini Aila sangat menahan diri untuk tidak menjenguk Zaen. Meski cowok itu mengatakan tidak apa-apa setiap kali Aila meminta izin, seperti, "Besok gue ke sini lagi ya, Zaen?" permintaan malu-malu itu selalu membuat Zaen mengangguk luluh.

"Aila!" panggil Lila.

"Ha?" Aila merespon. Gadis itu masih duduk di meja makan setelah makan siang bersama Kak Lila yang saat itu libur kerja, karena hari Minggu.

"Dapet pesan dari Ayah."

Begitu mendengar ucapan kakanya, Aila sontak menghentikan kunyahan kuenya yang sejak tadi membuat Aila masih bertahan di meja makan. Lalu dengan perlahan-lahan ia kembali mengunyah sisa kue yang masih berada di dalam mulutnya itu. Dan Aila tak segera menanggapi ucapan kakaknya.

"Aila!"

"Iya gue denger, Kak!" balas Aila.

"Tapi, kok diem?" tanya Lila.

Lila yang berada di ruang TV harus mengeraskan suaranya saat berbicara dengan Aila saat itu, karena Aila masih juga berada di meja makan yang jaraknya tidak terlalu jauh. Namun, cukup membuat suara keduanya mengeras, karena takut tidak kedengeran.

"Lo pengen gue jawab apa?" tanya Aila akhirnya menanggapi.

"Ya apa kek, gue bingung," jawab Lila.

"Ya lo aja bingung. Apa lagi gue," kata Aila kembali menanggapi.

"Ayah ngajak ketemu besok, karena Selasa mau berangkat ke Singapura."

Aila langsung bangkit dari duduknya, dan melangkah menuju ruang TV menemui Kak Lila. Aila lupa belum bercerita soal ayah mereka yang akan pindah ke Singapura, tetapi Aila tidak tahu pasti kapan berangkatnya dan baru saja kakaknya mengatakan jika ayah mereka akan berangkat di hari Selasa.

"Iya. Sori, sebenarnya gue udah tau tapi lupa ngasih tau lo, Kak," ucap Aila begitu ia duduk di sofa samping kakaknya.

"Kok? Gimana lo bisa tau?" tanya Lila.

"Gue dikasih tau Stella. Hari Selasa kemarin gue kebetulan ketemu dia, terus gue nanya kabar Ayah dan dia bilang mereka mau pindah ke Singapura," jawab Aila.

Lila terdiam meresapi dan mencerna jawaban dari Aila. "Stella yang kakinya patah gara-gara lo, kan? Gue lupa dia anak baru Ayah."

"Gue, kan, udah bilang sama lo kalau dia pura-pura patah tulang!" seru Aila mengingatkan.

Saat kebohongan Stella terbongkar, Aila langsung menceritakannya kepada Lila supaya cap nakal yang Aila dapat di-ralat oleh kakaknya itu.

"Oh iya. Tapi kenapa dia gitu?" tanya Lila. Ia rasa, dirinya belum sempat menanyakan alasan itu.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang