Part 23

91 18 43
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Nad, lo nggak papa?" Zikra yang berada di sana juga segera menghampiri Aila setelah kepergian Zaen yang membawa Stella membuat penghuni kantin mulai membubarkan diri.

"Zikra ... gue nggak sengaja...." Aila menatap Zikra dengan mata berkaca-kacanya serta suara yang masih tercekat menahan getaran tangis yang hampir pecah.

"Bukan salah lo, Ai," sambar Milly. Gadis itu masih di sana bersama Cindy.

Zikra. Cowok itu baru saja datang bersama Zaen, jadi dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Tahu-tahu saja saat sampai di kantin dia melihat banyak murid yang berkerumun dan melihat Stella sudah tergeletak tak sadarkan diri. Namun, saat itu Zikra justru menangkap sosok Aila dengan wajah pucatnya, sehingga dari pada keadaan Stella, Zikra lebih menayakan keadaan Aila.

Begitu menghampiri Aila, Zikra malah mendapatkan ekspresi pilu gadis itu. Ekspresi yang belum pernah Zikra lihat sebelumya dari sosok Aila yang kuat dan ceria serta anti menangis. Zikra bisa merasakan perasaan takut dalam diri Aila.

"Kenapa? Coba cerita," pinta Zikra dengan lembut.

"Tadi ... tadi gue dorong Stella ...." Suara Aila terputus oleh isak tangis yang akhirnya merebak setelah mengingat kembali kejadian beberapa menit yang lalu. "Gue ... gue nggak sengaja ... sumpah ... gue nggak sengaja...." Suaranya semakin tercekat saat menjelaskan kronologis yang menimpanya bersama Stella tadi.

Namun, Aila masih berusaha menjelaskannya kepada Zikra. "Zikra...." Lirih Aila memanggil Zikra yang cowok itu tanggapi dengan tatapan dalam dan lembut. "Gue salah tapi ... nggak sengaja...." Ucapan Aila semakin terdengar menyayat hati dengan suara yang tersedat-sedat seakan sulit bernapas.

Zikra masih mendengarkan dengan seksama tanpa menyela. Sesekali ia mengangguk kecil merespon penjelasan Aila walau sedikit kurang jelas sebab suaranya yang terendam isak tangis.

"Stella pingsan ... gara-gara gue....," lanjut Aila. Kemudian ia meraup wajahnya dengan kasar dan kembali menangis tanpa suara. Ia begitu takut. Takut dengan pandangan orang-orang, takut dengan tanggapan orang-orang dan ... takut dengan tanggapan Zaen.

"Kenapa lo dorong dia?" tanya Zikra masih dengan intonasi lembut yang mencoba untuk mengerti keadaan Aila.

"Dia hampir kena tumpahan bakso ... gue dorong dia ... terus ... terus dia pingsan...." Suaranya melirih diakhir, seolah tak sangup menyelesaikan penjelasannya.

"Itu artinya lo nolong dia. Jadi, niat lo baik. Lo nggak salah, cuman takdir aja yang bikin keadaan jadi seakan itu salah lo," kata Zikra menanggapi penjelasan Aila dengan sepengertian mungkin. Ia memaklumi tindakan Aila yang tidak pantas disalahkan.

"Lo nggak pantes di salahin," lanjutnya. Ia menaruh kedua telapak tangannya pada kedua sisi wajah merah Aila.

"Nad, jangan nyalahin diri sendiri. Lo nggak salah, oke?" ucap Zikra meyakinkan Aila bahwa ini bukanlah salahnya.

"Cin, genre apa yang sedang kita saksikan ini?" bisik Milly. Ia menyertai kesedihan Aila. Namun, adegan di depannya itu telah membuat jiwa jomblonya meronta iri dan dengki sebab tak pernah mengalami hal seperti Aila saat ini.

Cindy tak menanggapi. Jujur ia juga merasa tak seharusnya berada di sana sebab Aila dan Zikra yang saling berbicara tanpa menyadari bahwa masih ada dirinya dan Milly di sana. Tetapi, Cindy juga dilanda rasa bingung, antara pergi atau tidak.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now