Part 48

60 7 8
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Hari ini Zaen masuk sekolah. Sepanjang ia melangkah memasuki koridor-koridor sekolah, banyak pasang mata yang menatapnya. Mungkin karena Zaen berhasil sadar dari komanya, atau akhirnya mereka bisa menatap cowok paling ganteng di sekolah lagi, atau mungkin ada alasan lain mengapa mereka tak bisa memalingkan wajahnya barang sedetik saat Zaen melewati mereka.

Bahkan beberapa guru yang sudah datang ke sekolah dan berpapasan dengan Zaen tak jarang tersenyum ramah menyambut Zaen dan ada juga yang menayakan tentang kondisinya.

Lalu kini, setelah lima menit terakhir ia bagaikan idol yang berjalan di atas karpet merah, akhirnya Zaen berhasil memasuki kelasnya dengan perasaan lega. Karena sepanjang jalannya tadi, Zaen begitu risih menjadi bahan tatap-tatap beberapa teman sekolahnya secara terang-terangan seperti itu.

"Hai, Zaen. Welcome back!" Devon menyapa dan juga menyambut. Ketua kelas itu menunjukkan kepalan tangan dengan maksud ingin mengajak Zaen tos, dan Zaen yang mengerti pun melakukan hal yang sama seperti Devon.

"Gimana rasanya koma terus berhasil bertahan hidup lagi?" tanya Devon memulai basa-basinya.

"Ya kaya bangkit dari kematian," jawab Zaen sekenanya.

Cowok itu mulai melangkah menuju kursinya. Saat ia sudah duduk di sana, sekilas ia melirik kursi Aila di sebelahnya dan gadis itu belum datang.

"Selama lo nggak ada, nilai lo jadi kosong. Kalau lo mau minta bantuan buat nyusul beberapa tugas bilang aja!" ucap Devon menawari.

"Thanks!" kata Zaen menghargai tawaran Devon.

"Mau minjem catatan gue nggak, Zaen?"

"Lo mau liat tugas rangkuman ekonomi nggak?"

"Tugas matematika hari ini harus dikumpul, lo mau nyontek nggak?"

"Minggu lalu Bu Esdi ngasih tugas kelompok. Lo boleh masuk kelompok gue."

Zaen ingin sekali berteriak guna mengusir mereka semua yang sudah mengerubuni Zaen, menawari cowok itu berbagai tugas yang selama ini Zaen tinggalkan, sebab ia berada di rumah sakit selama dua Minggu. Padahal teman kelasnya itu tahu dirinya tidak suka keramaian dan tidak suka diperhatikan seperti itu. Namun, teman kelasnya yang sebagian perempuan itu tampak tak perduli atau lupa.

Dari celah-celah teman kelasnya yang mengelilingi kursinya, Zaen dapat melihat Aila memasuki kelas bersama Milly. Langsung saja cowok itu bangkit dari duduknya dan membuat teman kelasnya yang mengerubuninya tadi spontan membelah memberi Zaen akses jalan.

Cowok itu tanpa ba-bi-bu langsung menarik Aila pergi dari sana. Sedangkan Aila yang tidak siap dan tidak memprediksi tindakan Zaen pun pasrah diseret oleh Zaen. Namun, di pertengahan jalan, gadis itu menghentikan tubuhnya yang berakhir membuat Zaen ikut terhenti.

"Mau ke mana? Bentar lagi bel masuk loh!" seru Aila mengingatkan Zaen bahwa jam sudah hampir menunjukkan waktu masuk kelas.

"Gue lagi berusaha melarikan diri," jawab Zaen.

"Dengan bawa gue?" tanya Aila lagi.

"Ide bagus, kan?" Zaen meminta pendapat dari pernyataannya.

"Nggak juga." Aila menjawab.

Sekilas Aila melirik tangannya yang masih di dalam gengaman tangan Zaen. Ia ingin menariknya, tapi takut Zaen salah sangka jika Aila risih atau bagaimana. Tapi jika tidak, Aila akan malu karena terlalu menikmati gengaman tangan Zaen.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now