Part 15

173 37 2
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tindakan sederhana Zaen kemarin cukup membuat senyum Aila bertahan hingga saat ini. Bahkan mungkin sebulan ke depan jika tak ada lagi pemandangan yang kembali mematahkan hatinya yang sudah penuh jahitan itu.

Aila tak berhenti tersenyum sejak tadi bahkan kadang-kadang gadis itu terkikik geli sendiri saat menyadari reaksinya yang begitu berlebihan. Namun, menyenangkan. Rasanya Aila sudah cukup memiliki bahan tertawaan untuknya kelak menceritakan kisah tentang masa remajanya saat ini.

"Woi! Gila lo? Dari depan gue udah liat lo ketawa-tawa sendiri." Sheva menarik kursi di depan Aila lalu mendundukan tubuhnya di sana.

Kemudian ia tak menunggu jawaban Aila karena ia langsung menghambur di hadapan Aila dengan perasaan rindu yang sudah mereka tahan sejak lama, karena setelah Aila pindah, mereka belum pernah bertemu lagi, dan kali ini akhirnya mereka bisa bertemu juga.

"Aaa! Kangen bangett," ucap Sheva dengan ekspresi yang membuat Aila terkikik geli. Nah, kan, geli-geli sendiri dia dari kemarin.

"Ah, udah nggak usah dibahas rindu-rinduannya. Mari kita mulai mendongeng kisah nyata kita," kata Aila melipat kedua tangannya di atas meja. Lalu ia memandang Sheva dengan wajah serius. Namun, detik berikutnya senyumnya pecah.

"Lo dulu. Gue yakin lo udah ngalamin banyak hal dan itu patut diangkat jadi kisah fiksi!" pinta Sheva tidak sabar.

Aila lagi-lagi terkikik. Kemudian ia berdehem agar dirinya tenang dan mulai bercerita kepada Sheva dari prolog hingga part tengah-tengah saja karena kisahnya masih berlanjut sampai nanti akhirnya ia jadian sama Zaen. Mungkin(?)

"Lo bahagia? Keliatannya sih iya," tanya Sheva yang langsung mendapat jawabannya dari dirinya sendiri.

"Dia kemarin bilang gue lucu!" seru Aila dengan senyum yang menciptakan rona merah samar-samar di pipinya.

Sheva membalas senyuman Aila. Tapi ada yang jangal di sana, ia memiliki firasat tidak baik tentang apa yang Aila ceritakan mengenai Zaen. Cowok yang menjadi bahan pembicaraan mereka saat ini, dan Sheva yang sempat melihat raut wajah sedih di bagian Aila menceritakan bagaimana ia mengetahui fakta keyakinan mereka yang berbeda, di situlah senyum Sheva luntur sampai sepanjang ia mendengarkan cerita Aila walau kemudian gadis itu tersenyum lagi.

"Jauh banget halu lo. Baru juga cinta sepihak, tapi mikirnya udah sampai nikah segala," kata Sheva yang tadi sempat mendengar Aila berhalu menikah dengan Zaen di sela-sela Aila bercerita.

"Namanya juga halu. Kan, menuju tak terbatas dan melampauinya," jawab Aila kemudian terkikik lagi.

"Tapi ...." Sheva sengaja menjeda ucapannya, hingga ia kembali melanjutkan, "Kalian beda keyakinan. Gue rasa nggak akan berjodoh bagaimanapun caranya," kata Sheva dengan wajah yang terlihat tidak enak, karena saat itu senyum Aila luntur seketika.

Aila mengulum bibirnya. Menerawang jauh ke dalam impiannya yang ia paksa walau sering kali tertampar di perjalanannya. Lalu, ia mendongak menatap Sheva dengan senyum yang ia ciptakan meski sarat akan tipuan.

"Bisa nggak sih, kita nikah nanti punya dua anak. Yang satu ikut gue, yang satu ikut Zaen gitu. Adil, kan?" tanya Aila yang masih terlihat memaksa berjodoh dengan Zaen.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now