Part 39

56 3 13
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aila berjalan dengan ringan seolah apa yang melanda pikirannya akhir-akhir ini telah beringsut darinya. Mulai dari depan gerbang hingga lorong koridor yang kini menjadi tempat Aila melangkah, gadis itu selalu menjumpai beberapa teman sekolahnya yang telah sudi kembali untuk menoleh dan menyapanya di pagi hari. Lalu Aila pun balas menyapanya dengan ramah dan tersenyum.

Aila tidak begitu yakin hal apa yang telah membuatnya menahan senyum sepanjang ia bangun tidur pagi tadi, hingga membuatnya bak seseorang tanpa masalah, walau memang untuk saat ini Aila merasa bebas dan semuanya baik-baik saja. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk nanti akan datang masalah lagi, dan Aila tak bisa tidak berhati-hati, sebab masalah bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi.

"Pagi princess."

Aila berhenti. Untuk sebutan atau panggilan yang baru saja Aila dengar meski baru dua kali mendapatkan panggilan seperti itu, tapi Aila tahu siapa orang yang memanggilnya dengan sebutan 'princess' itu, dan Aila yakin memang dirinyalah yang disapa, sebab suara seseorang yang begitu ia kenal memang selalu menyapanya dengan godaan-godaan khas cowok itu. Alby Zikra Izzaidi. Cowok yang selalu berseragam rapi itu sudah mensejajarkan langkahnya dengan langkah Aila sebelum gadis itu menoleh.

Cowok itu menyungar rambutnya. Namun, tak kembali bersuara guna melanjutkan sapaannya, seperti mengajak Aila ngobrol atau semacamnya seperti yang biasa cowok itu lakukan, tapi kali ini tidak. Zikra hanya berjalan beriringan dengan Aila.

"Lo apa kabar?" Mendengar pertanyaan itu membuat Zikra segera menoleh. Merasa heran atas pertanyaan Aila yang menurutnya aneh.

"Emang gue habis dari mana ya?" tanya Zikra. Ia mengingat-ingat barangkali telah pergi jauh sebelumnya, sehingga Aila menanyakan kabarnya.

Aila sendiri menjadi bingung dan canggung. Pertanyaan tadi spontan keluar begitu saja didetik-detik Aila memanaskan otaknya guna mencari topik untuk ia obrolkan bersama Zikra dan pertanyaan itu yang justru keluar tanpa diprogram. Namun, ada alasan dibalik pertanyaan itu, yaitu karena Aila merasa telah banyak menghabiskan waktu tanpa adanya Zikra seperti biasanya. Gadis itu akhir-akhir ini sibuk dengan masalahnya sehingga lupa sudah berapa kali ia melewatkan kejailan Zikra.

"Gue rasa akhir-akhir ini kita jarang ngobrol," jawab Aila akhirnya. Semoga saja itu jawaban yang tepat.

Zikra membulatkan bibirnya tanda mengerti, dan ia pun menyetujui jawaban Aila. "Cuman baru kali ini, masih di kota yang sama, masih menghirup udara di area yang sama bahkan masih menghuni sekolah yang sama bisa ya nanya kabar cuman karena nggak ngobrol beberapa hari?" tanya Zikra.

Pertanyaannya yang tadi bagi Aila biasa saja, kini menjadi berantakan dan aneh setelah Zikra mengatakan itu. Aila pun menjadi semakin bingung dan dibuat semakin tidak bisa berkata-kata. Padahal niat Aila hanya ingin basa-basi.

"Lupain ajalah!" ucap Aila memilih menyudahi.

Sebenarnya ia tahu, dengan ia kembali menanggapi atau meladeni pertanyaan Zikra itu, obrolan akan menjadi lancar sampai nanti mereka sampai di kelas. Namun, obrolan saat itu terlalu berbahaya bagi Aila sebab posisinya sedang dalam mode aneh bagi Zikra.

"Yah, padahal gue udah mengharap ada sesuatu dibalik pertanyaan lo itu," kata Zikra mendesah kecewa lantaran Aila memilih menyudahi obrolan.

"Apa?" tanya Aila menoleh menatap Zikra yang tingginya sama persis seperti Zaen.

Zikra balas menatap Aila. Namun, cowok itu kembali fokus menatap depan. "Nggak papa. Ngerasa heran aja sama pertanyaan lo, kalau ternyata selama ini lo nerima gue. Gue kira lo nggak nganggap keberadaan gue, ternyata lo bisa sadar juga kalau beberapa hari ini kita jarang ngobrol," jawab Zikra.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now