Epilog

189 11 24
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Ia merasakan sentuhan tubuh seseorang sebelum akhirnya ia menabrak tubuh itu saat berbalik badan dengan spontan. Begitu seseorang di belakangnya sedikit bergerak akibat ulahnya, buru-buru ia meminta maaf dengan tubuh yang membungkuk tanda penyesalan, telah bertindak ceroboh.

Begitu ia mendapat respon, sontak kepalanya mendongak. Dan untuk waktu beberapa detik, ia terpaku menatap wajah familiar yang tengah tersenyum ramah di hadapannya kini.

Senyum itu, ia mengenalnya. Seperti ada jiwa yang ia kenal berada di dalam tubuh seseorang itu. Dan ia merasa benar-benar pernah bertemu sebelumnya.

"Nak Aila?"

"I-iya?" jawabnya dengan ragu serta tidak yakin.

Pasalnya, seseorang itu mengenalinya, sedangkan dirinya masih berusaha untuk mengingat. Sangat memalukan baginya jika melupakan seseorang yang mengenalinya.

"Lama sekali tidak bertemu ya? Tapi masih sama Zikra, kan?" tanyanya masih mempertahankan senyumannya.

Seketika Aila merasakan otaknya ringan seketika setelah mengingat seseorang yang baru saja berbicara dengannya itu. Beliau, uminya Zikra. Aila pernah bertemu sekali beberapa tahun yang lalu, dan Aila sangat terharu karena masih dikenal dengan baik seperti itu. Sedangkan Aila sendiri justru melupakannya.

"Ah iya, Tan," jawab Aila untuk pernyataan tentang mereka yang sudah lama tidak bertemu.

Untuk pertanyaan mengenai dirinya yang masih bersama Zikra, Aila butuh pertanyaan yang lebih jelas lagi. 'Masih sama Zikra' dalam artian apa? Teman? Atau hubungan palsu mereka? Dugaan kedua sangat mustahil, pasalnya ini sudah lebih dari tiga tahun berjalan setelah hari itu, jadi tidak mungkin Zikra masih mengklaim dirinya sebagai pacar.

"Tante sendiri?" Aila buru-buru bertanya, karena menghindari obrolan seputar hubungannya dengan Zikra. Aila tidak mau sampai salah bicara.

"Sama Kak Zahra. Kakaknya Zikra itu loh. Zikra pernah cerita punya Kakak perempuan?" jawab Risma-Umi Zikra.

"Em, belum Tante." Aila menjawab dengan ragu. Sepertinya jawabannya kurang tepat untuk ukuran dirinya yang pernah menyandang sebagai 'pacar' (palsu) Zikra.

"Masya Allah anak Umi, hehe. Zikra punya Kaka Perempuan. Namanya Zahra, tadi Umi bareng Zahra, tapi dia malah misah sama teman-teman rohisnya," kata Umi Risma. Senyum tak pernah luntur dari wajahnya.

Mendengar itu seketika hati Aila terasa berdenyut dalam. Ada perasaan aneh mengelayuti dirinya tanpa alasan.

"Kamu masih sama Zikra? Haduh, Umi nih sering dengar cerita Zikra tentang kamu. Astagfirullah, Nak. Sebenarnya Umi bener-bener kurang suka sama hubungan kalian, tapi Zikra keliatan sayang banget sama kamu. Nggak tega Umi negurnya!" seru Risma mulai bercerita.

"Udah nggak sih, Umi," jawab Aila seraya mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia benar-benar kesulitan merespon saat ini.

"Nggak apa? Zikra masih saja cerita soal kamu loh! Bahkan tadi pas telfonan sama Umi, yang Zikra ceritain itu kamu!" kata Risma lagi.

Aila terbelalak. Tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh perempuan paruh baya di hadapannya kini.

"Maksud Umi?" Aila pun memilih untuk bertanya.

"Kalian masih pacaran, kan? Zikra sudah Umi tegur beberapa kali kalau pacaran itu nggak boleh. Tapi katanya kalian nggak sering ketemu. Paling cuman kabar-kabaran lewat HP!" jawab Risma.

Aila tercenung mendengarnya. Ia tidak menyangka bahwa Zikra masih menganggap dirinya pacar kepada uminya, atau bahkan keluarganya(?) Aila tidak diberi tahu. Dan setelah berjalannya waktu, hingga bertahun-tahun kini, Zikra masih menganggap dirinya pacar. Aila tidak yakin alasannya masih sama.

Fake Girlfriend [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora