Part 49

66 6 6
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Gue nggak yakin Tante Widya ngebolehin lo nyetir mobil setelah kecelakaan karena nyetir motor," ucap Aila.

Zaen menyambut kedatangan Aila yang memasuki mobilnya dengan senyum ramah. Namun, berbeda dengan gadis itu yang langsung berkomentar mengenai tindakannya yang menyetir mobil. Padahal ia sudah membawa mobil sejak masuk sekolah tadi pagi, dan kini gadis itu menyerukan protes setelah masuk ke dalamnya.

"Mama pengen gue tetep keren," jawab Zaen.

Setelah mengatakan itu, Zaen mensetater mobilnya yang sedetik kemudian tiba-tiba terdengar suara musik mengalun dengan volume tidak rendah juga tidak keras, tetapi tangan Zaen bergerak untuk mengurangi lagi volume musik itu.

"Apanya yang keren?" tanya Aila.

Zaen dapat merasakan ekpresi gadis itu sesarkas pertanyaannya.

"Gue-lah!" jawab Zaen.

"Gue masih belum liat di mana letak kerennya," kata Aila.

"Lo harus liat gue selama satu menit penuh. Tatap lekat-lekat gimana cara gue nyetir," ujar Zaen.

Mobil sudah meninggalkan lahan parkir SMA Cortofory dan mulai membelah jalanan yang tampak lengang, sampai pada saat mobil itu akhirnya melewati jalan besar, dan kendaraan lain mulai memadati jalan.

Aila yang diintrupsi seperti itu dengan polosnya menurut. Gadis itu menatap Zaen lekat-lekat. Mulai dari tangan kekar cowok itu yang bergerak lancar memutar stir mobil, lalu menurun pada lengannya yang dibalut  jaket denim dengan lengan yang sengaja cowok itu naikkan setinggi siku. Lalu wajah Zaen tampak samping terlihat sempurna, seperti bulan sabit walau tak sesempuna itu. Lalu rambut under cut-nya benar-benar terlihat menawan saat dilihat dari samping.

Seragam cowok itu terbenam jaket sehingga membuatnya tampak terlihat bukan siswa SMA, karena perawakannya yang memang tinggi dan gagah serta terlihat dewasa. Namun, jika orang-orang melihatnya menggunakan seragam SMA, masih terlihat aura remajanya, kok.

Kemudian, Aila menahan napas dan berpaling begitu saja. Sialan, Zaen emang keren banget, batin Aila menjerit.

"Kok lo nggak nanya kita mau ke mana?" Zaen bersuara.

"Kita mau ke mana?" tanya Aila. Baru bertanya setelah disinggung oleh Zaen.

"Lo pilih, gue bakal nunjukkin beberapa pilihan. Nonton, time zone, belanja, makan, dan ... jalan-jalan aja."

Aila tampak menimbang, kemudian menjawab, "kita bisa ngelakuin itu sekaligus di satu tempat!"

Zaen menoleh sesaat, lantas kembali fokus menatap jalan. Setelah kecelakaan tempo hari yang lalu, kini Zaen jadi lebih berhati-hati saat menyetir.

"Mall!" seru mereka berbarengan.

─────••─────

Nonton adalah pilihan pertama mereka, tetapi karena mereka mendapat giliran satu jam lagi, akhirnya mereka pun memilih untuk pergi ke time zone seraya menunggu waktu itu tiba.

Dan mereka sudah berada di sana sejak sepuluh menit yang lalu. Berdiri di tengah-tengah area dengan otak yang mencoba berpikir, permainan apa yang akan mereka mainkan.

"Jadi?" tanya Zaen, mengalihkan atensinya menatap sekelilingnya yang dipenuhi oleh orang-orang asing dan berbagai permainan.

"Gue mau main itu." Aila menunjuk sebuah box yang berisi banyak boneka di dalamnya. "Tapi gue butuh duit banyak kalau main itu, karena gue bukan tipe orang yang gampang nyerah," lanjutnya, semacam kode.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now