Part 32

56 7 10
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tubuhnya menegang. Napasnya memburu, beberapa kali juga ia mengembuskannya dengan kasar. Tak habis-habisnya perasaan risau menghantuinya, lalu akan segera terjawab sebabnya. Berbeda dari yang tadi, kali ini ia dibuat tercenung melihat potret foto dirinya dengan Bintang di sebuah kafe yang tempo lalu Aila singgahi saat bertemu dengan cowok itu.

Aila merasa nasipnya setelah berurusan dengan Stella akan bertubi-tubi buruknya. Mungkin sampai ia menyerah nanti dan merelakan Zaen sepenuhnya. Namun, lagi-lagi ia tersadar, bahwa Zaen tidak pernah menjadi miliknya. Untuk apa ia merelakannya?

Lain dari itu, saat ini Aila masih memandang foto itu dengan gamang. Beberapa foto yang dikirim melalui pesan, dan yang mengirimnya adalah Sheva. Aila mengigit kuku jempolnya saat mengamati foto dan nama pengirim bergantian.

Kemudian, ia segera bergegas menemui Sheva. Aila sedang memiliki banyak masalah berat, jadi masalah dengan Sheva ini perlu Aila bereskan dengan segera.

Aila berhenti sejenak, menatap kamar kakaknya yang selalu terlihat sepi. Sebelumnya Aila mendengar suara pintu kamar kakanya itu tertutup atau terbuka. Jadi, Aila menduga kakaknya sudah pulang, dan karena hubungan mereka masih belum membaik, Aila memilih untuk langsung pergi tanpa pamit.

Di luar, Aila sempat melirik rumah Zaen sesaat, sampai akhirnya ia berjalan keluar komplek dan mencari taxi untuk membawanya menemui Sheva.

─────••─────

Aila mengetuk pintu rumah Sheva begitu sampai di kediaman sahabatnya itu. Rumah yang tidak terlalu besar, pun tidak terlalu kecil itu tampak sunyi. Namun, terlihat beberapa ruangan yang terang karena lampu dapat terlihat dari luar dan halaman rumah Sheva.

Beberapa menit kemudian pintu terbuka. Menampilkan Sheva dengan baju piyamanya.

"Nggak tau mesti trenyuh atau gimana, liat lo ternyata segitunya langsung ke rumah gue," kata Sheva.

Intro yang ia gunakan untuk menyambut Aila seakan Sheva tak tahu harus mengapresiasi kedatangan Aila yang begitu cepat dengan apa. Walau sarkasme tetap tersemat di setiap katanya.

"Gue nggak ada apa-apa sama Bintang. Lo tau? Foto itu bukan bukti yang valid, Shev. Lo nggak tau apa yang kita omongin hari itu. Dan foto cuman memperlihatkan sudut pandang yang bisa buat salah paham. Masak lo langsung berprasangka buruk sih?" tanya Aila.

"Terus kalau gitu apa yang kalian omongin?" tanya Sheva balik.

Aila langsung bungkam. Obrolan mereka saat itu bisa dibilang kurang baik dan sensitif jika Sheva mendengarnya, karena saat itu mereka sedang membahas perihal Sheva. Dan Aila tak sanggup mengatakan jika Bintang terlihat hanya main-main dengan Sheva. Keadaan dan pembahasan saat itu membuat Aila sulit mengungkapkan.

"Nggak bisa jawab, kan? Gue tau, kok. Bintang nggak serius, kan, sama gue? Gue tau semuanya, Ai. Gue denger!" kata Sheva menyambar, karena Aila hanya bungkam.

Terkejut. Tentu Aila terkejut mendengar pengakuan dari Sheva itu.

"Dia keliatan main-main sama gue, tapi kenapa dia juga keliatan tertarik sama lo?" tanya Sheva kembali bersuara.

Aila terbelalak. "Dia tertarik karena Zaen, Shev. Dia cuman mau main-main sama Zaen, karena tau gue pacar dia. Ngga lebih. Cuman Zaen yang mau dia bikin hancur, tapi lewat gue. Jadi, ngga akan ada kata baik dari Bintang buat gue," balas Aila menjawab.

"Tapi sayangnya gue nggak percaya. Bener kata Stella, jangan sampai suka sama cowok yang kenal lo juga," ujar Sheva.

Aila tak bisa tidak terkejut, lagi. Mendengar nama Stella disebut oleh Sheva apa lagi dengan kata 'benar kata Stella' seolah Sheva sebelumnya sudah ngobrol bersama Stella mengenai dirinya, dan Aila merasa dikhianati saat itu juga. Bagiamana saat ia mengetahui Sheva membicarakan dirinya bersama Stella di mana saat ini hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now