Part 34

56 7 4
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tangannya bergerak menghapus lelehan keringat yang mengalir di dahinya sampai bagian tepi pipi dan menurun hingga dagu. Berbicara dengan Zion entah mengapa membuat reaksi tubuhnya memanas meski hanya obrolan kecil dan biasa. Namun, poin utama yang mereka bahaslah yang membuatnya bak berdiri di hamparan padang ilalang yang gersang dan kering oleh sinar panas matahari di siang hari.

Zaen menghela napas berat, kemudian melangkah menyusuri lorong koridor—jejak kepergian Zion—menuju kelasnya. Namun, di pertengahan jalan, ia berhenti, lantaran sosok gadis yang semalam sempat membuatnya kalang kabut dan khawatir berjalan beralawanan arah dengannya.

Kepalanya menunduk, seragam yang ia kenakan dibalut sweeter berukuran over size, lalu kaus kaki yang biasa setinggi mata kaki kini setinggi lutut, dan rambut yang biasa diikat rapi menggunakan pita dengan aksesoris jepitan warna menghiasi tak tampak hari ini, karena rambut itu tergerai menutupi sebagian tubuhnya karena terlalu panjang. Aila. Gadis itu terlihat begitu tertutup dan suram.

"Kenapa masuk sekolah?" tanya Zaen. Cowok itu sudah menghampiri, dan menyamai langkahnya dengan Aila tepat di depan kelas mereka.

Aila mendongak, tanpa bicara ia menatap Zaen dan berlalu begitu saja, hingga membuat Zaen spontan mencengkal pergelangan tangan Aila. Namun, Aila yang mendapat perlakuan secara tiba-tiba itu reflek menyentak tangan Zaen dengan reaksi yang terkejut serta ketakutan, tetapi begitu menyadari Zaen yang baru saja menyentuhnya, Aila pun buru-buru membungkuk tanda meminta maaf, lalu kembali melangkah memasuki kelas.

Disaat Zaen juga hendak melangkah masuk ke dalam kelas, tiba-tiba tubuh Zikra sedikit menabraknya, karena menerobos masuk, berbarengan dengan tubuh Zaen yang juga sedang melangkah masuk ke dalam kelas. Sejenak mereka berhimpitan di ambang pintu.

"Mau ngapain lo?" tanya Zaen menahan Zikra agar tidak terlalu dalam memasuki kelasnya. Kemudian, cowok itu menarik Zikra pergi dari sana.

"Apaan sih!" sentak Zikra melepaskan tangannya dari cengkalan tangan Zaen.

"Lo mau ngapain masuk kelas gue?" tanya Zaen mengulang pertanyaannya tadi walau sedikit berbeda.

"Mau nemuin Nada. Gue yakin ada sesuatu diantara kalian bertiga, dan itu lebih parah dari rumor kemarin!" jawab Zikra.

Ia sudah tidak sabar menahan rasa ingin tahunya. Ia tidak mau menjadi seseorang yang paling tidak tahu apa-apa, tapi dituntut untuk mengerti keadaan yang ada.

"Jangan temuin Aila dulu. Keadaan dia lagi kurang baik," kata Zaen memberi pesan.

"Gara-gara masalah semalem? Apa sih masalahnya?" tanya Zikra.

Cowok itu terlihat sangat gusar, sebab rasa penasarannya sudah melampaui batas dan juga timbul perasaan khawatir kepada Aila. Gadis itu terlihat berbeda hari ini. Perbedaan yang sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya.

"Aila dilecehin semalem—"

"Sama Zavian?" tanya Zikra menyela ucapan Zaen.

Matanya yang langsung melotot tajam membuat Zaen menghela napas berat. Zikra sudah memotong ucapannya, lalu menuduh Zavian pula. Ya walau Zaen pun sama seperti Zikra. Tapi alasan mereka atas dugaan itu berbeda. Sepertinya kenapa Zikra menuduh Zavian karena cowok itu kena bogem Zaen semalam.

"Bukan. Tapi gue curiga dia ada ikut campur tangan," jawab Zaen.

"Tau gitu semalem gue tambahin tuh bonyoknya!" seru Zikra berapi-api.

"Curiga boleh. Tapi, selama belum ada bukti, jangan gegabah dulu. Jujur, gue nyesel dan ngerasa bersalah sama dia semalem," ujar Zaen.

Lantas mereka berdua sama-sama terdiam. Menyelami isi pikiran masing-masing, sampai bel masuk berbunyi membuat Zikra tanpa pamit pergi dari sana, menuju kelasnya sendiri.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now