Part 2

515 229 189
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Pukul setengah tujuh pagi, rumah itu sudah terlihat sangat ribut dan sibuk dengan Lila yang sedang membuat bekal dengan buru-buru, sedangkan Aila yang hilir mudik ke sana kemari hanya untuk mengambil keperluan sekolahnya yang belum siap.

"Kak, kak lihat jepitan gue nggak?" tanya Aila menambah kegugupan Lila yang sedang membuatkannya bekal karena jika sarapan nanti tidak akan sempat.

"Nggak usah pakai jepitan dulu! Ini lagi buru-buru!" jawab Lila tanpa menatap Aila. Ia geram karena Aila sangat menganggu.

Aila kembali menaiki tangga menuju kamarnya. Namun, beberapa detik kemudian ia keluar lagi. Ia berteriak memanggil kakaknya.

"Kak, menurut lo, gue pake buku baru atau buku lama?" tanyanya.

"Terserah!" jawab Lila berteriak.

Aila kembali masuk ke dalam kamar. Namun, lagi-lagi ia keluar kamar hanya untuk memanggil kakaknya.

"Kakak! ini gimana cara make dasinya?!" tanya Aila tanpa menuruni tangga. Sebelumnya ia belum pernah memakai dasi dengan model seperti yang di sekolah barunya sekarang.

"Ribet banget dah, lu! Sini turun gue pakein!"

Lekas Aila turun menuju meja makan. Di sana Lila sudah selesai membuatkannya bekal dan sekarang sudah bisa direpotin Aila, setelah tadi ia sibuk sendiri selama beberapa menit.

"Liatin cara gue ngiket dasinya!" kata Lila menyuruh Aila untuk menyimak tutorial memakai dasinya.

Hanya butuh beberapa detik kini dasi itu sudah melilit kerah seragam Aila dengan rapih dan Aila juga sudah sedikit tahu bagaimana cara memakainya. Setelah persoalan dasi selesai, kini Aila giliran memberi Lila dua buah ikat rambut berukuran kecil, ia bermaksud meminta tolong kepada Lila untuk mengepangnya.

"Kepangin, Kak," pinta Aila.

Lila menahan rasa kesalnya. Bukan Aila namanya jika berangkat sekolah tanpa berdrama dan ribut serta ribet terlebih dahulu, dan Lila juga sedikit jengah tiap kali akan berangkat sekolah, Aila memintanya untuk mengpang, atau menguncir, atau bahkan menyisir rambutnya.

"Dah!" seru Lila setelah menyelesaikan permintaan Aila "Ayo cepat berangkat, nanti telat. Ini hari pertama loh!" ucap Lila memperingati Aila.

"Oke, oke," jawab Aila bersemangat. Ia menaiki tangga menuju kamarnya untuk mengambil tas dan sepatunya. Sedangkan Lila lagi-lagi menghela napas kasar. Kenapa tadi tidak sekalian dibawa? Lagi dan lagi, Lila hanya mampu mengembuskan napas lelah.

─────••─────

SMA Cortofory; sekolah baru Aila yang terletak di Jakarta Selatan. Sekolah itu dibangun dengan gedung berlantai enam dengan halaman yang sangat luas. Berdasakan brosur yang Aila baca, fasilitas di sekolah barunya sangat memumpuni dan berkelas. Awalnya Aila terkejut karena kakaknya yang bisa dibilang miskin bisa menyekolahkannya di sana. Sejenak Aila berpikir, itu bukan karena semata-mata sekolahnya dekat dengan rumahnya, kan?

Setelah memasuki gerbang, Aila berhenti lalu memandang gedung yang menjulang tinggi dan begitu megah serta berkelas. Sangat bertolak belakang dengan sekolahnya yang dulu, dan saat itu Aila mulai berimajinasi, apa yang akan ia alami di sana? Mungkinkah ia akan bertemu dengan iblis pengacau sekolah lalu jatuh cinta padanya, seperti cerita komik yang ia baca? Atau justru menjadi korban bully karena ia murid baru?

Dari pada memikirkan itu yang berujung membuatnya bergidik, Aila lekas mencari kelasnya. Kata Kak Lila, Aila masuk kelas 11 IPS 3.

"Permisi, mau nanya. Kelas 11 IPS 3 di mana ya?" tanya Aila kepada segerombol siswi yang sedang melangkah bersama di koridor.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now