Part 17

115 28 14
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tangannya meraba-raba, menjalar ke mana-mana, guna mencari benda yang sejak tadi mengusik tidur siangnya. Meski dalam keadaan terpejam, tapi lagu milik NCT Dream berjudul chewing gum yang mengalun mengiringi dering panggilan ponselnya sangat dinikmatinya, dan ia berharap lagu itu tak segera berhenti sampai ia menemukan ponsel miliknya.

Ketemu. Ia segera menarik ponselnya yang ternyata di balik lipatan selimut yang menggulung di ranjangnya. Segera ia mengecek ponselnya itu guna mengetahui siapa yang baru saja menelfon, karena saking lamanya ia mencari ponsel, panggilan itu sudah berhenti. Namun, beberapa detik kemudian ponselnya kembali berdering, memunculkan nama Sheva di sana. 

"Hallo!" sapa Aila begitu sambungan telfon itu ia angkat.

"Ailaaa!!!"

"Ape?" tanya Aila menayakan alasan kehebohan Sheva yang menyambutnya di telfon.

"Lo inget cowok yang gue ceritain?"

Mendengar pertanyaan itu, Aila mengangguk, meski Sheva tak akan melihatnya. Namun, Sheva tetap melanjutkan ucapannya.

"Dia chat gue!"

"Wah! Kasih tau lo make doa apa?! Gue mau make juga!?" tanya Aila merespon, sama hebohnya dengan Sheva.

"Mana ada. Nggak make doa apa-apa gue. Cuman nyebut nama dia doang habis sholat. Hahaha!"

"Yee. Gue mau nyebut nama Zaen tapi dia bukan hamba Allah," kata Aila malah curhat.

Ada sedikit guratan getir yang terlihat di wajahnya, yang coba ia pulihkan agar baik-baik saja. Ia tak menampik, masih saja merasa tidak rela jika cowok yang ia cintai tanpa alasan itu, tak bisa dimilikinya meski ia akan berjuang hingga titik darah penghabisan sekali pun. Tapi baru saja merencanakan perjuangannya, ia sudah dihadang untuk putar balik.

"Dih! Eh, mau tau nggak?"

"Iya sinilah cerita!" jawab Aila.

Ceritalah Sheva dari awal mula ia di-chat tiba-tiba oleh cowok yang ia taksir hingga chat itu berlangsung sampai detik Sheva menelfon Aila saat ini. Kemudian, dengan heboh Sheva mengatakan kepada Aila jika cowok itu mengajak Sheva jalan hari ini, dan begitu Sheva mengatakan itu, Aila merasakan firasat buruk seketika. Semacam...

"Terakhir, Ai. Lo gantiin gue di biro ya? Plis."

...semacam Aila harus mengantikan posisi Sheva di biro dan benar saja. Firasatnya terbukti dengan Sheva yang memohon menggunakan suara yang terdengar memelas sekali.

"Hih, gue muluk. Cobalah nyuruh si Jeruk tuh! Dia, kan, masih bestie lo!"

"Yee, enggak ya. Semenjak dia ngerebut Derbi dari lo, gue nggak kawan lagi sama dia. Ai, plis...mau ya? Terakhir deh, habis ini gue mau keluar dari sana!"

"Wih, kenapa? Oh, udah gede rasa bakal jadian sama tuh cowok?" tanya Aila mengoda Sheva.

"Nggak. Biar nggak ngrepotin lo mulu."

Jawaban dari Sheva itu tidak bisa Aila terima karena Aila tahu betul Sheva berusaha mengelak. Namun, menurut Aila itu keputusan yang baik dan tepat. Jadi, Aila mendukung Sheva untuk keluar dari biro sewa pacar palsu itu. Tapi, ini Aila harus mengantikan Sheva lagi? Duh, Aila malas!

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now