Part 24

103 15 36
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Malamnya, Aila bergerak gelisah ke sana kemari hanya karena mencemaskan keadaan Zaen ... dan Zion juga serta Zavian deh. Mereka berkelahi karena menolong dirinya serta Milly dan Cindy juga. Tadi mereka bertiga sempat berkomunikasi tentang bagaimana keadaan tiga cowok itu dan mereka meminta Aila untuk menanyakannya pada mereka. Tapi Aila belum berani bertanya. Ia masih mengengam ponselnya dengan gelisah.

Namun, beberapa menit kemudian ia akhirnya mengirim pesan kepada Zikra. Hanya cowok itu yang bisa Aila tanyai, karena dirinya masih belum terlalu nyaman dengan Zaen setelah kejadian dirinya mendorong Stella di kantin. Aila takut Zaen sudah hilang respect kepada Aila, walau dirinya juga dilanda rasa penasaran tentang hadirnya Zaen di markas Revizo.

Chat seperlunya aja

Zikra |

| Apa, Nad?

Mereka gimana keadaanya? |

| Aman²

Beneran? |

| Beneran
| gak usah khawatir, karena dengan begitu mereka makin ganteng. Tapi masih gantengan gue

Syukur alhamdulillah kalau gitu |
Bisa serius bentaran nggak sih? |

| Iya alhamdulillah 😊
| Kagak bisa, Nad.
| Maaf ya, gue serius di waktu tertentu aja
| Kaya pas mau ngelamar misal👀

Udahan ya |

| Yailah

Terlalu kesal jika berlama-lama kirim pesan dengan Zikra, Aila langsung memutus komunikasi itu, kemudian melempar ponselnya ke arah ranjang gadis itu. Lalu, netranya menatap jendela kamar Zaen yang tampak masih gelap. Aila merasa gundah gulana malam ini. Banyak yang menyergap otaknya, bagaimana otaknya sudah merekam banyak kejadian hari ini, dari masalahnya bersama Stella, Kak Lila, dan kejadian di markas Revizo tadi. Dan Aila semakin lelah memikirkannya.

Di lain tempat, Zaen sedang merebahkan tubuhnya sejak satu jam yang lalu. Ia baru pulang ke rumah menjelang magrib dengan wajah yang sudah babak belur ditambah seragam cowok itu yang sangat berantakan dan lecek. Tak hanya itu, bercak darah pun menodai beberapa titik di bagian seragamnya, dan setelah Zaen memasuki kamar, tanpa ba-bi-bu cowok itu langsung membanting tubuhnya di atas kasur, kemudian terlelap begitu saja hingga suara mobil yang memasuki rumahnya membangunkan Zaen.

"Argh! Sialan!" umpat Zaen saat ia merasakan nyeri di bagian sisi bibirnya sehabis menguap.

Merasakan kegelapan yang menyorot kamarnya, Zaen lekas berdiri lalu menyalakan lampu, hingga kini kamarnya sudah seterang bulan di langit. Kemudian, ia hendak menutup gorden kamarnya, tetapi potret Aila yang sedang melamun di jendela kamarnya seraya menatap ke arah kamarnya membuat Zaen urung menghentikan pergerakan tangannya yang hendak menutup gorden. Zaen pun berakhir terdiam memandang Aila.

Padahal jika kamarnya dalam mode terang, bayangan tubuhnya akan terlihat dari luar, maka dari itu saat Aila tersadar di sana, buru-buru gadis itu melangkah menjauh dari jendela kamarnya.

Lalu Zaen, ia merasa belum saatnya bertemu dengan Aila. Banyak yang harus ia pikirkan terlebih dahulu sebelum menemui gadis itu untuk membahas tentang hubungan mereka dan soal Stella. Dan pemikiran itu diselingi oleh pergerakan Zaen yang menutup gorden secara perlahan.

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now