Part 27

67 6 8
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Pak bisa cepetan nggak? Ini udah mau telat!" seru Stella kepada supirnya yang mengantarnya sekolah.

"Maaf, Non. Ini sudah saya usahakan secepat mungkin, tapi saya juga nggak mau ambil resiko celaka, apa lagi keadaan macet begini," jawab sang supir meminta pengertian dari Stella.

Stella dengan kesal menyandarkan pungungnya pada sandaran kursi mobil, lalu netranya memandang luar jendela di saat mobil itu berhenti, karena lampu merah. Namun, saat netranya sedang menelisik area jalanan lampu merah itu, tubuhnya seketika menegak setelah melihat seseorang yang ia kenal.

"Sheva? Sama siapa?" monolong Stella bertanya.

Dari jarak satu meter lebih, Stella melihat Sheva teman sekolahnya dulu, sedang berboncengan bersama seorang cowok. Pemandangan seperti itu sangat langka dan Stella belum pernah melihatnya di saat Sheva yang Stella kenal tidak pernah dekat dengan seorang laki-laki—tapi tidak tahu jika di belakang Stella. Yang pasti, Sheva tak pernah dekat dengan seorang laki-laki kecuali jika ia sedang ada job. Stella tahu job yang sering Sheva ambil, karena sebelum Stella merebut Derbi—gebetan Aila—mereka berteman.

Begitu lampu merah berganti menjadi hijau, mobil yang ditumpangi Stella berbeda arah dengan motor yang ditumpangi oleh Sheva. Kemudian, ia kembali menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil, lalu ia mengambil ponselnya dan mulai menghubungi seseorang.

"Halo?"

"Lo udah sampe sekolah?" tanya Stella begitu sambungan diangkat oleh temannya.

"Baru aja ni, eh masih di gerbang!"

"Gue mau minta tolong, lo tunggu gerbang dulu, bentar lagi Sheva sampe. Dia di anter cowok, kasih tau gue cowok itu siapa," ucap Stella.

"Nggak perlu nunggu. Gue udah tau. Btw mereka udah beberapa kali ke sekolah bareng walau cowoknya anak Permai."

"Anak Permai?" tanya Stella.

"Iya. Gue kenal seragamnya, kalau orangnya nggak kenal. Yang pasti ganteng. Bisaan tuh Sheva sekali suka sama cowok modelan gitu."

"Oke thanks infonya."

Setelah mendapat salam penutup dari temannya di seberang, Stella langsung menutup sambungan, lalu beralih ke aplikasi chat dan mulai mencari kontak seseorang yang ia kenal—lagi.

─────•─────

"Stella mau ke kantin nggak?" tanya Brinna.

Stella yang baru saja memutus sambungan telfon dengan seseorang pun menoleh lantas tersenyum menatap Brinna. Kemudian, ia menghampiri Brinna dan Mala yang sudah berdiri di ambang pintu kelas, lalu pergi ke kantin bersama.

Di perjalanan menuju kantin, Stella melihat Aila sedang berjalan bersebrangan arah dengannya. Dia terlihat akrab bersama Milly dan Cindy. Begitu Aila meliriknya, Stella langsung teringat info dari temannya yang tadi menelfonnya, seketika Stella merasa telah dibuat panas oleh dua orang sekaligus.

Di lain posisi—setelah sampai di kantin—kantin tampak tak sepenuh biasanya. Sehingga Aila tanpa bersusah-susah telah mendapatkan tempat duduk bersama Cindy dan Milly. Pertemuannya melalui lirikan mata dengan Stella membuat Aila kembali teringat kejadian-kejadian yang menimpanya bersama Stella. Hal itu cukup membuat Aila was-was dan gelisah tentang kejadian yang mungkin akan terjadi lagi nanti. Namun, sebisa mungkin Aila berpikir positif bahwa hari-harinya akan berlangsung dengan baik. Semoga...

Fake Girlfriend [END]Where stories live. Discover now