「 70 : A Cruel Reality 」

Começar do início
                                    

Lupakan, topik utama mereka saat ini bukanlah itu. Tujuan mereka memanggil Taeyong turun adalah untuk menjelaskan semua yang telah terjadi pada tubuh Taeyong. Tampak raut wajah Kris terlihat begitu serius, seperti orang banyak pikiran. Ia jelas khawatir akan masa depan sang adik dibawah bayang-bayang kutukan yang sang paman berikan. Tapi untuk sekarang, ia hanya bisa berharap agar tidak terjadi apa-apa pada kehidupan Taeyong setelah ini.

“Duduklah, kau sudah makan 'kan, Taeyongie?” tanya Kris pada Taeyong yang berjalan mendekatinya. Seperti yang biasa Taeyong lakukan dulu, jika berkumpul bersama keluarganya ia akan menghampiri satu per satu dari mereka lalu melayangkan sebuah kecupan sayang pada pipi masing-masing.

“Sudah, tadi di kamar. Dibawakan Jaehyunie.” Senyum manis Taeyong berikan pada sang kakak. Irene dan Kris tersenyum juga melihatnya, adik mereka benar-benar pulih tanpa luka sedikitpun.

Tangan Kris menuntun Taeyong supaya duduk tepat di kursi kosong disebelah kanannya, “Duduk disini, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu.” Kembali ke topik awal, wajah Kris berubah serius. Mendadak hening menyelimuti meja makan. Jaehyun yang duduk dihadapan Taeyong pun juga memilih diam. Membiarkan Kris menjelaskan semuanya langsung pada Taeyong.

“Soal.....apa?” Jujur, perasaan Taeyong jadi tidak enak, ia merasakan aura tegang di ruangan itu. Seolah sang kakak hendak menyampaikan kabar buruk saja.

Kris menarik nafasnya panjang, sejujurnya, ia tidak tega harus memberitahu Taeyong mengenai kutukan yang diberikan oleh Kangta. Pasti Taeyong akan terluka lagi, dan kali ini, bisa menyangkut nyawanya atau bahkan janinnya juga.

“Kau ingat terakhir kali kau melawan Kangta waktu itu, sebelum dia melukai dadamu, Taeyongie?” Kris memulai bahasannya, raut wajah Taeyong perlahan berubah datar dan tampak tak senang mengingat kembali memori itu. Memori dimana nyawanya hampir diujung tanduk. “Ya....aku mengingatnya...” jawabnya lirih.

Kris menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengusap wajahnya frustasi. “Kau tau, sayang? Si makhluk sialan itu tidak hanya berniat untuk membunuhmu saja. Tetapi juga memberikanmu sebuah kutukan yang sampai saat ini kami semua tak dapat mematahkannya,” ungkapnya to the point.

Tubuh Taeyong menegang mendengarnya. “Ku....tu...kan?” Kedua mata Taeyong mendelik, terkejut mengetahui apa yang telah menimpa dirinya disaat ia tak sadarkan diri.

“Ya...Kangta telah memberikanmu sebuah Kutukan, Taeyongie. Bukan bermaksud menakutimu, sayang....Tapi Sang Dewi bahkan tidak bisa mematahkan kutukan dalam dirimu itu,” lanjut Irene.

Kedua mata Taeyong bergulir, menatap lurus ke arah Jaehyun yang sedari tadi diam tak berkomentar apapun. Dalam hatinya, Taeyong sungguh berharap Jaehyun menyangkal semua yang kakak-kakaknya beritahukan kepadanya. Tidak....itu semua hanya kebohongan semata bukan?

Namun sayangnya, Jaehyun membalas tatapannya dengan tatapan penuh duka dan kesedihan yang kentara. Hati Taeyong terasa sesak lagi. Belum cukupkah ia menderita selama ini? Kenapa kesialan masih saja menghantuinya? Bahkan disaat dirinya hamil muda begini, apa yang bisa Taeyong lakukan untuk menghindarkan sang calon buah hati dari semua malapetaka ini?

Ahh....kepala Taeyong mendadak berputar hebat  memikirkannya.

Rasanya seperti rohnya dicabut secara paksa dari dalam tubuhnya. Kebahagiaan yang dirasakannya sebentar tadi hanya berlaku untuk sesaat saja, tergantikan oleh malapetaka  yang siap merenggut nyawanya kapan saja.

Kenapa semua ini harus terjadi padanya?

Apa yang sebenarnya telah Taeyong perbuat hingga penderitaan secara berurutan menghantui hidupnya?









My Mate [ Jaeyong ] ✔️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora