「 2 : Love and Dominion 」

31K 3.4K 321
                                    

.
.
.

Don't forget to vote ya (⑉°з°)-♡

.

.

.






“Taeyongie, sebenarnya aku ingin sekali menanyakan hal ini padamu.” Ten memecah keheningan dalam kamarnya yang tenang.

Sekarang Ten dan Taeyong sedang berada di apartement milik pemuda mungil itu. Karena nanti sore mereka mau nongkrong di cafe Moon yang dekat dengan apartementnya Ten, jadilah Taeyong mampir saja ke sana daripada bolak-balik; bikin lelah.

“Tentang apa?” Taeyong menimpali.

Ten berdeham pelan, sebelum melanjutkan pertanyaannya. “Eum..tentang hubunganmu dengan Mingyu....”

Taeyong menghentikan kegiatan makannya sejenak lalu menatap sahabatnya sejak remaja itu bingung. “Memangnya kenapa dengan hubungan kami?” Ia mengernyitkan kedua alisnya tak paham.

Perasaan hubungannya dengan Alpha klan Kim itu baik-baik saja. “Hubungan kami baik-baik saja tuh,” jawabnya polos.

Ten menepuk keningnya gemas. Lupa jika Taeyong yang pintar itu bisa menjadi lemot dan tidak pekaan bila menyangkut soal hubungan asmara.

“Maksudku一Mingyu jelas-jelas punya perasaan lebih terhadapmu. Apa kau juga sama?” Akhirnya Ten bertanya langsung pada intinya.

Pertanyaan itu sukses membungkam mulut Taeyong, ternyata bukan hanya dirinya saja yang beranggapan jika Mingyu memiliki perasaan lebih kepadanya.

Taeyong tau kok. Mingyu memang baik, tapi ia bisa menjadi ekstra terhadap Taeyong melebihi yang lain. Sampai Jungwoo dan Lisa sering mengeluh karena cara Mingyu memperlakukan Taeyong berbeda dengan mereka. Mereka tidak iri kok, hanya sebal saja melihat sikap Mingyu sok gentle tapi tidak berani mengungkapkan perasannya secara terus terang.

Kalau Doyoung? Jangan ditanya lagi. Laki-laki berwajah mirip kelinci itu selalu memasang tampang galaknya setiap kali Mingyu bersikap berlebihan kepada Taeyong.

“Aku tau.” Taeyong menghembuskan nafasnya berat. “Tapi dia bukan mateku, Ten. Aku tidak merasakan apa-apa didekat Mingyu.” Taeyong mengatakan yang sejujurnya.

Ten manggut-manggut sok mengerti. Lalu balik Taeyong menanyai Ten. “Kau sendiri bagaimana, Ten? Jangan hanya melakukan one night stand dengan orang yang tak kau kenal terus. Carilah orang yang benar-benar ingin serius denganmu.” Gantian Taeyong menasehati sang sahabat.

Lalu sorot mata Ten menerawang jauh kedepan. Memang sih, Ten ini dipanggil cabe bukan tanpa sebab, karena laki-laki mungil itu memang suka bermain dengan siapapun yang sesuai dengan seleranya. Kebanyakan si mungil itu mendapatkan mangsanya dari klub yang biasa ia kunjungi, tetapi hanya melakukan one night stand saja, tidak pernah sampai ke tahap serius.

“Aku belum menemukannya sampai detik ini juga, Taeyongie. Aku sampai berpikir, apa mungkin aku tidak punya mate ya? Sampai sekarang aku sama sekali tidak merasakan kehadiran mateku didekatku,” ungkap Ten dengan nada lesu. Wajahnya terlihat tak seantusias sebelumnya.

Taeyong mengerti perasaan Ten. Berbeda dengan dirinya, Ten ini sejak kecil yatim piatu. Kedua orang tuanya gugur saat terjadi pertempuran antar Klan dulu di Thailand, lalu Ten kecil mulai merantau ikut orang hingga ke tempat di mana Taeyong tinggal.

Taeyong mengelus punggung Ten dengan lembut, “Kita harus bersabar, Ten. Mungkin memang kita belum dipertemukan dengan mate kita. Jangan menyerah dulu ya?” Ia mencoba menyemangati Ten.

My Mate [ Jaeyong ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang