ch66 : Book of Wisdom (1)

1.5K 146 37
                                    

Tok tok tok


"Master, di sini Redra. Persiapan sudah selesai. Semua yang Master undang juga telah datang."

"Oh, baiklah. Aku akan segera ke sana. Kamu duluan saja," balasku sambil menyiapkan beberapa hal sebelum menuju ruang tahta istana Senza.

"Baik, Master," sahut Redra lalu terdengar suara langkah menjauh.

"Fiuuh, semoga dewa melindungiku..." lirihku yang mulai mengeluarkan sedikit peluh, padahal hal itu pun belum dimulai.

Ya, hal yang aku maksud adalah 'melahap' Book of Wisdom. Tentu saja ini bukan hal sepele karena Item itu adalah satu-satunya hal yang dengan sengaja aku hindari selama ini karena ancaman kematian dalam proses pemakaiannya. Meski masih ada perasaan takut, aku harus melakukannya. Entah demi dunia ini, entah demi beberapa orang yang terlalu mengandalkanku sebagai seorang Esper, tapi yang jelas aku melakukan ini untuk diriku sendiri.

Eisha. Tak salah lagi dialah yang memberikanku sedikit pencerahan. Sekembaliku dari guild Millas, kami berbicara mengenai beberapa hal, termasuk betapa keras kepalanya Yui untuk ikut bertualang bersama kami. Karena tak lagi mempermasalahkannya, tanpa banyak berkata aku menyetujuinya dan Yui tentu saja gembira tak terkira meskipun Yang Mulia sedikit bingung karena sebelumnya aku sendirilah yang menolak permintaan Yui.

Di ujung pembicaraanku dengan Eisha, sebuah pertanyaan kulontarkan begitu saja kepada loli mantan anjing tersebut. Sebuah pertanyaan yang sampai saat ini belum bisa kutemukan jawabannya, yaitu apa tujuanku di dunia ini sebagai seorang Esper. Aku masih ingat betul apa reaksinya. Eisha hanya tersenyum, lalu berkata, "Dengan kekuatan Void Esper tentu Kakak bisa mewujudkan rencana apapun, namun sebelum itu Kakak harus memilih pihak. Apakah pihak baik atau pihak jahat. Sha akan mengikuti apapun pilihan Kakak..."

Jadi begitulah... dan tentu saja aku memilih pihak baik. Eisha benar, bagaimana aku bisa membuat target dan rencana besar jika aku belum mengenalkan jati diriku sebagai sosok baik atau jahat. Karena pilihan inilah, akhirnya kubulatkan tekad untuk mencoba melangkah ke jalan 'terlarang' yang selalu kutakuti, yaitu jalan perubahan dengan nyawa sebagai taruhan.

Mungkin Gran benar bahwa kita takkan mencapai kebijaksanaan tanpa mengalami krisis. Hahh, andai saja dia tidak mengubah dirinya menjadi pedang, tentu aku akan bertanya padanya mengenai banyak hal.

Aku juga sudah mulai mengkhayal andaikata aku berhasil melewati proses ini, yaitu mengubah tatanan Grandia ke arah yang lebih baik sesuai versiku karena Gran juga berkata bahwa sesempurna apapun makhluk, dia takkan bisa membahagiakan semua orang.

Dengan bekal kemampuan seorang Berserk Mage tingkat Mystic dengan kebijaksanaan Book of Wisdom, aku yakin 90% bahwa rencanaku akan berhasil, sedangkan yang 10% adalah potensi kegagalan dari beberapa hal nonteknis. Dari beberapa kemungkinan, yang terburuk adalah eksistensi yang disebut Light Esper. Semoga saja dia tak memberikanku banyak masalah di masa depan.

Baiklah, sepertinya tidak ada hal yang terlewatkan. Sebaiknya aku segera ke sana.

-----------

"Tuan Zen!"

"Master!"

"Kak Zen!"

Semua orang hampir secara serentak memanggil namaku cukup keras begitu aku memasuki ruang tahta dan aku membalasnya dengan anggukan tipis lalu tersenyum kecil. Raja Prillius, Eisha, Yui, Redra, serta beberapa Jenderal dan Perdana Menteri Jien, semuanya sudah berada di sini sebelum aku.

"Selamat malam, Yang Mulia, juga semua yang hadir di sini," ucapku lalu sedikit membungkukkan badan, sebuah hal yang sebenarnya tidak sering kulakukan.

"Selamat datang, Tuan Zen. Kami sudah mendengarnya dari Putri Eisha. Apa Anda yakin akan melakukannya? Jujur saja, tanpa hal itu pun Anda sudah termasuk sebagai makhluk terkuat sekaligus terbijak di dunia ini," timpal Raja Prillius yang diikuti oleh anggukan semua orang, kecuali Eisha.

Grandia : Tale of ZenkaOn viuen les histories. Descobreix ara