ch2 : Raka Mahendra

7K 690 126
                                    

~~AN : Cerita dalam chapter ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan~~
-----------------------------------------------------------

"Lagi-lagi seperti ini endingnya?! Benar-benar ga masuk akal. MC berhasil mengalahkan bos lawan yang jelas-jelas lebih kuat karena kekuatan cinta?! Persahabatan?! Beuhh ... cinta sih cinta, tapi meski adrenalin naik, kalo lawan jauh lebih kuat, kan harusnya tetap tidak ada gunanya!" kesalku sambil menutup novel milik teman lalu meletakkannya di atas meja.

Itulah aku, Raka Mahendra, siswa salah satu SMU Negeri di Bandung. Tolong jangan berpikir terlalu jauh. Aku bukanlah siswa teladan maupun orang jenius. Aku memang mendapat beasiswa namun tetap saja rankingku di sekolah itu biasa saja. Bukannya membela diri, sebenarnya aku bisa saja menaikkan rankingku andai aku tidak ikut mencari uang untuk keluargaku.

Ya, aku melakukannya karena ibuku hanyalah seorang penjahit dan adikku Nares masih kelas 4 SD. Sedang ayahku? Ayahku dulu seorang satpam bank. Dia meninggal dalam tugas kira-kira enam tahun yang lalu dan keluarga kami berubah drastis setelah itu.

Ah, sudahlah, aku tak mau membicarakan hal ini.

◇◇◇

"Bu, aku berangkat sekarang ya," ucapku sambil menenteng bungkusan plastik warna biru.


"Hati-hati, Nak. Nanti kalau rumah Bu Lurah kosong, jangan taruh bungkusan bajunya di teras lagi. Ibu ga mau dimarahi lagi karena kecerobohanmu kemarin. Kucing itu benar-benar merusak baju yang kamu tinggalkan begitu saja di kursi terasnya," sahut Ibu.

"Siap bos!" aku pun mulai mengayuh sepeda menuju rumah Bu Lurah.

Itulah salah satu rutinitasku sehari-hari. Bersekolah dari pagi sampai siang hari, membantu ibu menggunting kain, mengantarkan pesanan baju pelanggan, dan sebagainya. Beruntung usaha Ibu cukup ramai. Aku juga mencari uang dengan menjadi joki beberapa game milik temanku. Meski tidak tergolong besar, tapi masih cukup untuk membeli buku paket dan pembayaran administrasi sekolah meski aku sering begadang karenanya. Sebagian uangnya juga aku sisihkan untuk menyewa komik dan novel yang aku suka, yaitu tentang fantasi dan dunia lain. Mau bagaimana lagi, cuma itu yang bisa membuatku senang. Aku tidak terlalu suka bersosialisasi karena kebetulan di sekolahku, hampir semuanya anak orang mampu, jadi mana mungkin aku sanggup mengikuti gaya hidup mereka.

Saat ini waktu menunjukkan pukul tujuh malam, sudah saatnya pulang, makan, mandi, lalu ke warnet, GB-in char game teman kelasku. Setibanya di rumah, aku mendengar ibu sedang bicara dengan adikku, Nares.

(AN : GB singkatan dari Game Boosting, yaitu cara untuk meningkatkan status character didalam game)

"Nak, maafin Ibu, ya. Dalam minggu ini Ibu pasti membayar tunggakan bulanan sekolahmu, Ibu janji. Cup cup ... Adik ga perlu terlalu memikirkan perkataan orang-orang itu. Selama ini Ibu hampir selalu telat membayar, tapi bukankah akhirnya terbayarkan juga? Adik ga perlu cemas, ya," bujuk Ibu sembari terus membelai rambut adikku, sedang ia hanya terdiam.

Sementara itu aku yang sedang mengintip dari sela-sela pintu yang sedikit terbuka, sedikit terkejut setelah ibu menyadari keberadaanku dan kemudian keluar, berjalan menuju dapur. Aku pun mengikutinya.

"Bu, ada lauk apa malam ini?"

"Cuma tempe, telur dadar sama sambal kecap. Mau Ibu ambilkan? Omong-omong kamu mau begadang lagi? Apa kamu ga bisa mikirin penawaran jadi buruh di pasar sore? Setidaknya kamu bisa pulang jam 9 malam, jadi masih ada waktu istirahat, kan?"

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now