ch18 : Permintaan (2)

3.3K 405 42
                                    

Begitu Raja Prillius yang kalau dilihat memang mirip Sun GoKong itu mengajakku ke ruangan lain, aku langsung menerimanya meski tak tahu kenapa. Yang akan ikut hanyalah aku, Perdana Menteri dan 2 Jenderalnya.

Sebelum kami keluar dari ruang tahta, aku memberikan sebuah item kepada Dragmil, yaitu Earring of Whisper yang berfungsi untuk melakukan telepati dan sudah aku jelaskan cara untuk memakainya. Anting itu aku titipkan ke Dragmil untuk dia serahkan kepada Lillia karena selain urusanku mencari wilayah baru sudah hampir tercapai, aku juga sedikit rindu padanya.

Sebenarnya aku ingin men-teleport mereka berempat kembali ke Aera secara bersamaan namun Alma, Eisha, dan Ergon masih ingin menemaniku jadi hanya om Drag yang aku berangkatkan, sedang yang lain diantar ke kamarnya masing-masing. Cuma saja, Sang Raja dan semua bawahannya kembali merinding melihat pentagram teleport-ku. Setelah sedikit penjelasan, mereka pun paham dan kini kami berlima berada di ruang kerja Raja Prillius.
.
.
.

"Yang Mulia, mengapa kita harus berbicara di sini?" tanyaku membuka obrolan.

"Begini, Tuan. Saat ini, negeri kami sedang ada beberapa masalah, antara lain pemberontakan oleh beberapa organisasi, dan juga ada peperangan di perbatasan timur dengan Kerajaan Emphira. Kami yakin bahwa ada mata-mata di istana, jadi ruang tahta tidaklah aman," jelas Prillius.

"Begitu rupanya. Lebih baik kita langsung ke inti persoalan. Apa Anda menyetujui permintaan saya?"

"Tuan, wilayah yang Anda sebutkan memang kosong karena tak ada seorangpun yang bisa melewati Jurang Manta, bahkan kami juga belum memberi nama untuk wilayah itu," ucap Prillius.

"Bagaimana Perdana Menteri, apa pendapat Anda?" lanjutnya sambil membetulkan posisi duduknya.

"Tuan Zenka, nama saya adalah Jienma Credo, Perdana Menteri kerajaan Senza. Mengenai hal ini, ada 2 hal yang ingin saya tanyakan. Pertama, apakah Anda akan membangun negeri baru dan menjadi raja di sana? Dan yang kedua, wilayah tersebut memang tidak begitu vital bagi Senza. Namun, dengan adanya negeri baru di dekat kami, apakah ada jaminan bahwa kedepannya tidak akan ada perselisihan, Tuan?" tanya Jien.

"Perdana Menteri. Pertama, wilayah itu bukan untukku. Aku hanya membantu kerajaan Aera di benua Ingram untuk mencari tanah baru karena negeri tersebut tengah diujung tanduk. Kedua, aku sendiri yang akan menjamin kedamaian diantara kalian. Tetapi bila salah satu dari kalian memulai invasi, aku berjanji akan membantu kerajaan yang diserang. Bagaimana, cukup adil bukan?" jawabku.

"Baiklah, Tuan. Dengan begini semua lebih jelas. Untuk selanjutnya, biar Paduka yang meneruskan," balas Jien.

"Tuan Zenka. Anda tadi berkata bahwa saya juga bisa meminta sesuatu, namun apa ada syarat tertentu untuk itu?" ucap Raja.

"Asal tidak merugikan saya dan penduduk Aera, saya akan menerimanya."

"Senang mendengarnya. Maaf jika lancang, namun saya akan menyebutkan 2 permintaan. Dari 2 hal tersebut, Anda bebas memilih salah satunya. Seperti yang Anda ketahui, kerajaan kami sedang diserang dari dalam dan luar. Karena itu, kehadiran Anda dan kesempatan ini adalah hal yang amat luar biasa. Tuan Zenka, inilah permintaan saya. Pertama, apakah Anda bersedia membantu kami dalam melawan pemberontak dan kerajaan Emphira? Yang kedua, karena Anda adalah entitas yang mungkin setara dengan para Esper, apakah Anda bersedia membuat prajurit Senza agar menjadi lebih kuat? Meski saya tak tak tahu apa hal ini bisa Anda lakukan, tapi inilah yang kami butuhkan," jelas Raja.

"Hanya itu? Saya pikir Anda akan meminta sesuatu yang lebih merepotkan. Hmm, baiklah, saya akan menerima permintaan Anda yang kedua, Yang Mulia. Namun...," aku berhenti karena hidungku gatal, jadi aku menggaruknya sebentar.

"Namun apa, Tuan?" sahut Raja.

"Namun saya hanya akan membantu Anda dan 2 Jenderal yang ada disini. Sebelum Anda bingung, akan saya jelaskan. Dua Jenderal yang hadir disini ber-level Superior dan meski tak tahu tentang prajurit Senza, pasti rata-rata hanyalah level Civilian dan Trainee. Apakah saya benar?"

Ya, Grandia adalah dunia yang memberlakukan sistem level meskipun tidak memakai sistem angka. Level terendah adalah Civilian dan selanjutnya adalah Trainee. Selisih kekuatan antara keduanya yaitu 10 orang dan berlaku kelipatannya sampai level tertinggi yaitu Supreme. Dengan kata lain, seorang Trainee bisa bertarung seimbang dengan 10 Civilian. Dengan sistem level ini, maka seorang Superior yang merupakan level kelima, memiliki nilai 100.000 Civilian. Dalam kasusku, 11 makhluk berlevel Legendary, atau 101 makhluk berlevel King, akan bisa mengalahkanku yang berlevel Mystic. Jika aku yang merupakan level ke-10, melawan Civilian, maka pembantaian 10 milyar orang tidak bisa dihindarkan.

(AN : Itu tadi baru perhitungan kekuatan berdasar level, belum termasuk tingkat Class. Dan sekedar mengingatkan lagi, urutan level di Grandia = Civilian - Trainee - Common - Elite - Superior - Ancient - King - Legendary - Mystic - Supreme )

"Rupanya Anda sudah meng-Appraisal kami semua. Lalu, kenapa Anda bilang hanya saya dan 2 Jenderal saya?" tanya Raja.

"Karena level kalian bertiga sudah cukup tinggi. Yang Mulia sudah mencapai level Ancient dengan subclass Royal Guard, sedang 2 Jenderal Anda barulah subclass Warrior. Jadi saya akan meningkatkan level kalian masing-masing 1 tingkat. Yang Mulia akan menjadi level King dan 2 Jenderal ini menjadi level Ancient. Bagaimana Yang Mulia?"

"I-itu.. Apa Anda bisa melakukan hal seperti itu, Tuan?" tanya Raja.

"Tentu saja. Bahkan saya bisa melakukannya sekarang."

"Saya setuju, Tuan. Bagaimana dengan kalian?" tanya Raja pada 2 Jenderalnya.

"Tentu saja, Paduka. Ini kesempatan sekali seumur hidup," balas Jenderal Mraz yang diikuti anggukan dari Jenderal Zikar.

"Baiklah kalau begitu. Perdana Menteri, siapkan kertas perjanjiannya," ucap Raja.

"Baik, Paduka Raja. Saya mohon diri," balas Jien lalu keluar dari ruangan ini.

"Terima kasih, Yang Mulia," ucapku.

"Kami yang lebih berutang pada Anda, Tuan. Tapi anggap saja kita impas, jadi Anda tak perlu sungkan. Omong-omong, kenapa Anda membantu kerajaan Aera?" tanya Raja.

"Oh, itu karena aku ingin memperistri putri raja Aera...," aku malas bercerita panjang.

"Anda benar-benar luar biasa, hahahaha. Saya juga memiliki seorang putri. Barangkali Anda mau bertemu dengannya?"

"Mungkin lain kali, Yang Mu...."
.
.
.

{Tuan..Tuan Zenkaa!!}

"Yo Dragmil. Kamu sudah sampai ya? Mana Lillia?" ucapku cukup pelan.

"Anda berbicara dengan siapa, Tuan?" tanya Raja.

{Bahaya, Tuaan!!} seru Dragmil membuat suara berdengung di dalam telingaku.

"Ini orang yang saya teleport tadi, Yang Mulia. Tunggu sebentar."

"Ada apa, om Drag?"

{A-Aera diserbu! Raja telah gugur!}
  
  
Bruaakkkkkk
   
   
Aku memukul meja Raja Prillius sampai patah menjadi dua. Raja dan 2 Jenderalnya langsung berdiri karena kaget.

"Apa yang terjadi, Tuan?!" seru Raja.

"Ba-bagaimana dengan Lillia?!"

{Putri dan Pangeran sedang melawan Morgus! Kami tak bisa bertahan lagi, Tuan, cepatlah kembali. Mereka bahkan membawa seekor naga bayangan!}

"Apaa kau bilang?!!"

--------------------------------------------------------------

Yoo minna , haduh no komen deh, author aja juga kaget n panas bacanya!

Tapi biar adem, yuk vote n komennya biar cepet tau kondisi Lillia..

Arigatou

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now