ch32 : Kerajaan Froyyo (1)

2.3K 317 52
                                    


Syuuuuuuuuttzzzzzz
   

Berbekal ingatan Alma sebagai pedagang yang biasa pergi ke benua yang jauh, aku memanfaatkan hal ini untuk bertualang ke tempat yang selama ini kuimpikan, yaitu negeri Elf.

"Akhirnya aku sam...."

Lho?!

"T-tuaan Zen?!"

"Se-selamat sore Yang Mulia, juga Putri Yui."

Ternyata aku ber-teleport ke ruang kerja Raja Prillius. Aneh. Apa karena tadi sempat terbersit pikiran untuk pamit kepada Yui saat aku merapal mantera teleport?!

"Tuan, Anda mengejutkanku. Ada hal apa yang begitu mendesak sampai harus seperti ini? Bagaimana keadaan di Aera?" tanya Raja Prillius dengan wajah tenang, sedang Yui sedikit bergidik, mungkin karena kaget.

"I-ituu, maaf, Yang Mulia. Saya hanya salah tujuan. Sekali lagi maaf mengganggu," secara refleks, aku membungkukkan badan dan...,
    
     
Syuuuuuuttzzzzz
    
    
Aku langsung ber-teleport lagi.

                           ---------------
       
    
( di ruang kerja Raja Prillius)

"Ayah, kenapa dengan Tuan Zen?" tanya Yui.

"Entahlah. Agak aneh jika Tuan Zen salah ber-teleport. Apa dia ingin mengambil sesuatu di ruangan ini? Bagaimana menurutmu, Nak?"

Yui menggeleng.

"Kalau memang itu yang dia katakan, mungkin itu memang yang terjadi, Ayah. Aku yakin Tuan Zen bukan termasuk orang yang suka berbohong."

Raja pun mengangguk beberapa kali.

"Sepertinya kamu benar, Nak...."
     
                          ------------------
    
     
(Kembali ke Zenka)
   
  
Jrebb jrebb jrebb jrebb
   
   
"Woiiiii!!" seruku.

Begitu aku muncul, beberapa anak panah yang ditembakkan dari arah atas, pasti mengenaiku andai aku tidak melompat ke belakang. Lagi-lagi aku sial. Ternyata pentagram teleportku muncul di depan sebuah rumah pohon yang besar, padahal aku berniat untuk memulai perjalananku dari tepi hutan.
    
   
Tap tap tap tap
   
   
Sriiiinggggg
    
   
"Siapa kau?!" sergah seorang prajurit Elf yang baru saja berlari lalu menodongkan pedangnya ke arahku.

Tunggu! Elf?!

"Ini benar negeri Elf?" aku tidak mau salah teleport lagi.

"Sebutkan identitasmu! Kalau tidak, jangan salahkan kami!" pekiknya lagi.

Aku tak menggubris omongan orang itu dan lebih memilih melihat sekeliling. Benar saja,  kini aku sedang berada di hutan yang cukup lebat dengan rumah-rumah pohon yang tertata rapi dan terlihat begitu menawan. Selang beberapa saat, aku kembali menatap prajurit itu.

"Hmm, rambut panjang, kaki jenjang, dan kuping lancip...," gumamku sembari mengelus dagu.

"Ahaa!! Jadi benar ini negeri Elf! Prajurit, antar aku kepada pemimpinmu!" seruku kepada prajurit yang masih menodongkan pedangnya.

"Jangan sembarangan!" balas prajurit itu sambil mengangkat pedangnya ke atas.

"Archer, tembak orang i...."
    
     
Craassshhh
    
  
Bruukkk
    
    
Kepala prajurit itu tiba-tiba terbang, lepas dari tempatnya dan menggelinding ke arahku.
   
"Ehhh?!" aku mundur beberapa langkah untuk menghindari kepalanya yang masih menggelinding.

Grandia : Tale of ZenkaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt