ch11 : Persiapan Sekaligus Lamaran

4.1K 458 111
                                    

Lillia sedikit terlihat cemberut. Apa karena aku malah mengajak Eisha? namun saat aku tersenyum padanya, raut wajahnya pun kembali cerah. Syukurlah.

"Zen, kau serius mengajak Eisha? Dia hanya anak kecil. Jangankan bertempur, berlari saja dia sering jatuh," ucap Raja.

"Aku serius Yang Mulia. Justru karena dia masih kecil, bukankah bagus kalau bermain di luar? Dan Anda tidak perlu memikirkan tentang pertempuran. Itu tugasku. Aku berencana berangkat sore ini juga."

"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi berapa lama waktu yang kau perlukan untuk mencari tempat baru itu?" tanya Raja.

"Paling lama beberapa hari, atau seminggu," jawabku.

"Jadi seperti yang kalian dengar, dalam seminggu, kita harus siap bergerak. Kalau begitu, kalian boleh pergi. Cepat siapkan segala sesuatunya," seru Raja kepada para bangsawan dan jenderal yang kemudian keluar satu per satu.

Kini hanya ada aku, Raja, Lillia, dan Eisha. Lho? Eisha tidak ada? Dimana dia?

"Ada apa, Zen?" tanya Lillia.

"Tidak ada apa-apa. Aku cuma bingung dimana Eisha, aku tak melihatnya pergi. Itu saja."

"Emm, apa kamu akan seperhatian itu kalau aku yang pergi? Kalau begitu, aku permisi dul...."

"Lillia!" aku menyela kalimat Lillia dan berjalan pelan mendekatinya.

Kini jarak kami cuma selangkah kaki dan aku beranikan diri untuk menatap matanya, kuraih kedua tangannya, lalu kugenggam dengan lembut.
.
.
.
.
.

"Menikahlah denganku."

Lillia terdiam. Aku masih menatap wajahnya dalam-dalam, tapi dimana wajah memerah itu? Apa aku akan ditolak?

"Lillia, aku tahu kita belum saling mengenal. Aku sadar itu, namun sejak pertama kita berte...."
.
.
.
.

Cuuuup
    
   
Satu ciuman kecil mendarat di bibirku. Begitu lembut.

"Itu jawabanku, Zen," lanjut Lillia lalu wajahnya mulai bersemu merah dan matanya berkaca-kaca.

"Lillia, terima ka...."

"Sudah, aku tak tahan lagi melihat ini," sahut Raja.

"Selamat buat kalian. Kalau begitu, sekembalinya Zen nanti, kita adakan upacara pernikahan, hahahaha."

Raja mendekati kami lalu memukul ringan pundakku.

"Lillia, pergilah berkencan sebelum Zen berangkat sore ini. Ayah ke ruang kerja dulu. Dan Zen, tolong jaga anak kesaya...."

"Ayah jangan menggoda kami terus, sudah sana keluar," timpal Lillia.

"Baik, Ayah. Aku akan selalu menjaga putri Anda," ucapku sambil membungkukkan badan.

"Hahaha, betul-betul penghuni dunia langit," ucap Ayah sembari berbalik dan berjalan keluar.

"Jadi, mau kencan kemana kita, Zen?" tanya Lillia dengan nada manja.

"Maaf, Lillia, namun aku harus menyiapkan beberapa hal sebelum kami berangkat. Kamu tak marah, kan?"

"Aku mengerti. Satu minggu itu sangat singkat untuk rencana sebesar ini. Baiknya aku juga segera bersiap-siap," balas Lillia. Aku tak melihat kekecewaan di matanya.

"Baiklah, aku antar kamu ke kamar."

Lillia mengangguk kecil, lalu kami pun berjalan dengan pelan sambil bergandengan tangan. Beberapa pelayan yang melihat kami, tersenyum dan saling berbisik.

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now