ch9 : Hari Kedua

4.2K 525 111
                                    

Brukkkkk
     
     
Aku menjatuhkan diri ke kasur empuk yang besar ini. Hahh, sungguh melelahkan. Betapa tidak?! Hari ini kuawali dengan berjalan cukup jauh dalam keadaan lapar, bertempur melawan Morgus dan tentaranya, yah meski itu lebih cocok jika dibilang pembantaian, terus berbicara dengan Putri sambil menjelaskan panjang lebar tentang class Mage, kemudian malamnya mengobrol dengan Om Raja yang ujung-ujungnya memintaku untuk memilih hadiah karena dia bingung sendiri.

Tapi apa yang harus kuminta, itulah pertanyaan besarnya. Uang? Aku bisa mendapatkannya sendiri, mungkin dengan menjual equipment dari Shop Menu. Kalau Putri? Lillia bukanlah benda mati, jangan bercanda. Jabatan? Jelas tidak, itu merepotkan, lagipula Aera hanyalah kerajaan kecil.

Ah, aku ada ide!! Kalau begitu sekarang saatnya tidur.
         
          
(keesokan harinya...)
        
     
Tok tok tok
        
      
"Permisi, Tuan."

"Hoammmmmzzzz, siapa di luar?" tanyaku sembari mengucek mata yang masih lengket ini.

"Saya Luciel, Tuan. Saya diminta Yang Mulia untuk menjemput Anda."

"Tunggu sebentar, aku akan merapikan diri."

"Baik, Tuan."

Selang 10 menit kemudian, aku keluar dan kami menuju suatu tempat yang ternyata merupakan ruang tahta. Yang membuatku kaget, ternyata di ruangan itu telah menanti beberapa orang termasuk Raja yang duduk di singgasananya, tetapi aku tak melihat Lillia maupun Paman Vargas. Di mana mereka?

Yang lebih mengherankan lagi, bukankah seharusnya aku dipanggil untuk sarapan?

"Tuan Zenka, saya minta maaf telah mengganggu istirahat Anda. Di sini juga telah hadir beberapa menteri dan jenderal kerajaan ini. Di sebelah kanan saya adalah Jenderal Barthoz dan Jenderal Girsham sedang di sebelah kiri saya adalah Kartaz sebagai Menteri Luar Negeri dan Sidrag sebagai Menteri Dalam Negeri," ucap Raja.

Mereka berempat sedikit membungkuk tetapi dengan tatapan yang aneh, apalagi orang yang bernama Kartaz.

"Tidak apa-apa Pam..., maksudku Yang Mulia. Perkenalkan, aku Zenka, seorang pelancong dari negeri yang jauh."

"Betapa lancang! Apa kau tak sadar kepada siapa kau berbicara?!" sergah Kartaz.

"Anda ingin mati dengan cara apa Om Kartaz?!" jawabku ringan.

Aku ini baru bangun tidur dan masih dalam keadaan lapar, wajar aku masih badmood.

"Tahan dirimu Kartaz. Adalah kau yang tidak sadar dengan siapa kau berbicara. Maafkan bawahan saya, Tuan Zenka," sahut Raja yang kemudian berdiri dan sedikit membungkuk padaku.

"Ya-Yang Mulia!!" sela Kartaz yang kaget melihat Rajanya membungkuk.

"Tidak apa-apa Yang Mulia."

"Saudara-saudaraku, dia adalah tamu penting kerajaan ini, sekaligus orang yang telah menyelamatkan Lillia dari penyerangan Morgus," kata Raja.

"Morgus?!" seru mereka yang kemudian saling berbisik dengan sebelahnya..

"Yang Mulia, Anda bilang Morgus? Untuk apa dia menyerang Putri? Dan orang ini mengalahkannya? Apa info ini bisa dipercaya Yang Mulia?" tanya Jenderal Barthoz.

"Jenderal Vargas menyaksikan sendiri pertempuran Tuan Zenka yang mengalahkan Morgus dan ratusan tentara undead-nya hanya dalam sekejap mata. Lillia dan yang lainnya pun diantarnya kembali ke istana menggunakan teleport secara bersamaan. Itu yang dikatakan Lillia kepadaku semalam," jelas Raja.

Sontak mereka yang hadir di sini pun terkejut bukan main, termasuk prajurit yang berdiri di sebelah singgasana. Aku hanya diam dan tak merasa perlu untuk membuktikan kekuatanku dengan mengeluarkan aura kematian atau hal semacam itu. Aku masih badmood.

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now