ch27 : Si Ratu Galak

2.6K 339 108
                                    

"Lancang! Siapa dirimu berani menyela Paduka raja?!" teriak Perdana Menteri Jien.

Kegaduhan seketika menyeruak di ruang tahta. Aku juga kaget akan pengumuman Raja Prillius barusan, tapi jangan bikin ribut di sini dong, Lillia.

"Lillia, duduklah," kataku pelan.

Bukannya duduk, Lillia malah melepaskan tanganku yang memegangi kain lengannya, lalu maju satu langkah ke depan.

"Aku lancang?! Rajamu itu yang lancang!! Siapa dia, berani-beraninya mau menikahkan anaknya dengan Zen, hah?!" seru Lillia sambil sedikit melotot.

Astaga, Lillia. Kamu itu anak raja, bukan anak MadDog. Greget amat.

"Yang Mulia! Ini tidak bisa dibiarkan. Hukum dia seberat-beratnya!!" sahut seorang bangsawan.

"Semuanya tenaaaanngg!" suara berat dan berwibawa milik Raja Prillius, memberikan efek paralyze kepada semua orang untuk sesaat, termasuk Lillia.

Suasana hening tercipta dalam sekejap mata.

"Tuan Zen, sepertinya Anda mengenalnya. Siapa dia?" tanya Raja.

Aku maju selangkah, jadi kini Lillia tepat di sampingku.

"Yang Mulia, perkenalkan, dia adalah Lillia Barthram, putri dari kerajaan Aera."

"Sekaligus calon istri Zen!" seru Lillia lagi, menyela omonganku.

Aku sedikit menarik kain lengannya lagi.

"Ini kerajaan oraaang...," aku sedikit
berbisik pada Lillia dengan nada kesal.

"Terus?" balas Lillia.

Tanpa menjawab pertanyaan itu, aku kembali menatap ke arah Raja Prillius.

"Maafkan dia, Yang Mulia," seruku sembari membungkukkan badan.

Suara berbisik dan berisik mulai terdengar lagi. Aku tak peduli. Lalu kulihat Yui sedang membisikkan sesuatu ke telinga ayahnya dan Raja pun berdiri setelahnya.
   
  
"Sebelumnya saya minta maaf bagi semuanya, tetapi selain Tuan Zenka dan Putri Lillia, tolong tinggalkan ruangan ini," ucap Raja Prillius.

Sepertinya semua orang menanggapi hal ini dengan baik. Buktinya mereka langsung berdiri dan berjalan keluar dalam diam meskipun mereka menatapku dan Lillia ketika melewati kami.

Kini hanya ada kami berempat, ditambah 2 prajurit yang tetap tak bergeming di samping singgasana.

"Tuan Zenka, mari kita ke ruangan lain," lanjut Raja.

Aku hanya mengangguk sekali, lalu kami menuju ruang kerja Raja bersama dengan Yui dan Lillia yang masih memasang muka cemberut.
   
    
                         ----------------
      
     
"Yang Mulia, maafkan aku tentang kejadian tadi. Dan kamu Lillia, minta maaflah kepada Yang Mulia," ucapku.

"Tidak mau," jawabnya ketus.

"Saya mengerti, Tuan. Tidak apa-apa. Putri Lillia, perkenalkan, ini putri saya satu-satunya, Yui Farleira."

"Senang bertemu dengan Anda, Putri," ucap Yui.

"Aku tidak senang bertemu dengan Anda. Zen adalah calon suamiku," Lillia malah makin jutek.

"Dan kamu, Zen, jadi ini alasanmu bela-belain untuk cepat ke Senza? Untuk menikah dengan putri Yui? Cepat jawaab!" seru Lillia sambil menarik-narik lengan bajuku.

Hahh, aku lebih baik melawan Morgus ratusan kali daripada berada dalam situasi ini.

"Lillia, tenanglah sedikit," aku menepuk-nepuk lengan Lillia.

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now