"Na-naga?! Jangankan menaiki, bahkan melihat wujudnya pun aku tak pernah. Kalau Zen, pastinya sudah biasa, ya?" tanya Yui.
Tentu saja Yui belum pernah melihat naga, termasuk aku sendiri. Naga hitam yang tempo hari mengamuk di istana Aera, bukanlah naga sungguhan, melainkan Dark Elemental milik Morgus.
Ras Dragon sendiri memang mengisolasi dirinya di benua naga. Menurut pengetahuan dunia ini, hal itu karena zaman dahulu, raja naga memerintahkan seluruh rasnya untuk tidak mengganggu keseimbangan Grandia kecuali mereka diinvasi. Ras lain pun tentunya tak ada yang berani mendekat. Aku hanya bingung, apa ras Dragon tidak memiliki sifat jahat? Kenapa tidak ada satupun naga yang melawan rajanya? Entahlah.
Mengenai Infernal Contract, aku memang berniat untuk memiliki seekor naga sebagai Mount-ku, tepatnya seekor naga merah berelemen api. Aku memilih ras naga karena selain kagum, naga merupakan simbol kekuatan. Bahkan, di semua dunia paralel yang aku tahu, naga selalu ditakuti semua ras lainnya, bahkan bagi seorang Demon Lord sekalipun. Untungnya Demon Lord di dunia ini, tak sama dengan Demon Lord di dunia lainnya.
"Aku juga tidak pernah naik naga, kok. Oke, ayo kita keluar," balasku yang diikuti anggukan Yui.
------------
Begitu keluar dari ruangan kecil barusan, aku melihat pemandangan khas kamp tentara zaman pertengahan. Rupanya hanya ruangan tadi yang berupa rumah kecil dari kayu, sedangkan lainnya merupakan tenda-tenda kain biasa."Hei, siapa di sana?!" sergah seorang prajurit yang melihat kami keluar dari ruangan Nellim.
"Eh, maaf, kami sedang tersesat. Di mana Tuan Nellim?" tanyaku.
Beberapa prajurit pun mendekati kami, lalu memperhatikan Yui cukup lama.
"Hoo, rupanya Anda salah satu mucikari yang membawa mainan baru untuk Jenderal Nellim, ya? Sayang sekali, Jenderal sedang menjemput Yang Mulia," jelasnya.
Sepertinya dia tidak mencurigai kami. Bodoh sekali. Eh, tunggu? Yang Mulia? Aneh. Kenapa Nellim tidak membawa pedangnya?
"Yang Mulia? Siapa namanya?" tanyaku lagi.
Mendadak beberapa prajurit yang berada di hadapanku ini, bukannya menjawabku, malah mereka saling menoleh satu sama lain.
Sriiiiinggggggg
"ADA PENYUSUUUP!! BUNYIKAN LONCEEENG!!" pekik salah seorang dari mereka sembari mengeluarkan senjatanya masing-masing."Ehh?!" seruku.
Apa aku salah omong?
"Hiyaaaa!" pekik mereka sembari melompat ke arahku.
zaaaaapp
Aku merapal Blink, memindahkan tubuhku sejauh 10 vali di belakang mereka. Aku bahkan tak perlu melompat, sungguh Skill yang praktis.
Blaaaarrrrrr
Karena serangan gabungan dari beberapa orang barusan, sebuah ledakan yang menurutku cukup kecil itu, membuat sebuah lubang kawah kecil berukuran lima vali di tempat aku berdiri sebelumnya.
YOU ARE READING
Grandia : Tale of Zenka
Fantasy[ON GOING] "Mystic Human. Itulah rasmu dan kamulah satu-satunya. Sekarang, Aku akan mengirimmu ke dunia terbaik, sebuah karya masterpiece ciptaan Kami. Dunia pedang dan sihir dimana hampir semua ras ada di sana ... dunia tanpa dewa ... dan tidak ada...