ch7 : Undangan

4.5K 581 82
                                    

Pembicaraan kami pun berhenti begitu aku mengucapkan pembantaian. Meski semua yang aku katakan tadi telah meluluh-lantakkan logika yang ada, mereka tetap menerimanya dan Lillia bersedia ikut denganku. Kini Lillia sedang merapikan dirinya di kamar dan Paman berkata harus sesegera mungkin kembali ke ibukota.

Sebenarnya aku penasaran tentang tujuan mereka ke dungeon Haven atau tentang alasan penyerangan Morgus, namun aku malas menanyakannya. Setelah 'melahap' Book of Knowledge, aku memang mengetahui banyak hal, tapi tidak tentang keadaan dunia in....

"Nak, Nak Zenka! Apa kau melamun lagi?!" seru Paman tiba-tiba. Aku sedikit kaget karenanya.

"Eh, hanya sedikit Paman," balasku sambil sedikit tertawa dan menggaruk kepala.

"Sepertinya ada yang ingin Paman katakan."

"Benar, aku berpikir untuk mengundangmu ke ibukota jika Nak Zenka tidak keberatan. Benua Eigr sangatlah jauh dari sini dan ibukota Aera hanya berjarak 1 minggu perjalanan. Lagipula, Raja pasti ingin memberimu hadiah setelah apa yg kau lakukan untuk kami semua. Bagaimana?" jelas Paman.

Hadiah ya? Kalau dipikir-pikir, aku memang tak punya uang. Di Shop Point pun tidak ada.

"Apakah Raja Aera adalah seorang yang dermawan? Jika iya, maka aku bersedia."

"Hahaha, tentu saja, Nak," ucap Paman lalu kembali meneguk habis air di gelasnya.

"Kalau begitu baiklah. Aku juga berniat mencari seseorang untuk menjadi teman bertualang."

"Maksud Tuan, seorang budak ya?" sela Gillan.

"Tidak, tidak. Yang aku maksud adalah teman perjalanan. Atau murid? Mungkin aku akan mengangkat beberapa orang," jawabku santai.

Mereka sedikit tersentak. Apa karena omonganku?

"Ap-apakah Anda berniat mengumpulkan orang-orang kuat lalu..., lalu...," sahut Velia yang tiba-tiba berhenti sebelum kalimatnya selesai. Aku tahu arah pembicaraannya.

"Yaaah, siapa tahu nanti aku bosan bertualang dan ingin mendirikan sebuah negara. Dunia ini sangat luas. Masih ada banyak tempat kosong. Aku tadi bilang kalau aku punya misi pribadi kan? Itu mungkin salah satunya."

Mereka makin terkejut lalu saling melihat satu sama lain. Sesaat kemudian Lillia datang lalu duduk bersama kami. Kamu datang disaat yang tepat Lillia.

"Eh, kenapa kalian memasang wajah yang mengerikan begitu?" tanya Lillia.

"Tidak ada apa-apa, Putri. Baru saja saya mengundang Zen ke ibukota dan dia menyetujuinya," jawab Paman.

"Haaa?! Ehm, maksudku, kenapa tiba-tiba? Padahal aku tidak sabar untuk mengambil Infinium," lanjut Lillia lalu menundukkan sedikit kepalanya.

"Nona tak usah khawatir. Kita hanya sebentar di ibukota. Mungkin kalian belum tahu, tapi aku ini tidak punya uang sepeserpun, hahahahaha!!" aku sengaja tertawa agak keras untuk menutupi rasa maluku.

"Astaga, maafkan saya, Tuan. Saya lupa Anda dari dunia langit. Mata uang di sana pastilah berbeda. Baiklah kita berangkat sekarang. Genta, kembalilah ke istana secepat mungkin dan sampaikan pada Ayah bahwa aku aman dan akan kembali dalam beberapa hari. Tolong katakan juga kalau aku akan membawa tamu penting dan siapkan pesta penyambutan yang meriah untuknya. Pergilah sekarang," kata Lillia penuh wibawa.

"Baik Putri, saya mohon diri!" seru Genta lalu berdiri dan sebelum dia melakukan teleport....

"Tunggu sebentar!" sahutku.

"Ada apa,Nak?" tanya Paman.

"Aku bisa men-teleport kita semua, ini akan mempersingkat waktu."

Lagi-lagi mereka tersentak dan aku tahu kenapa. Di dunia ini, kita hanya bisa teleport ke tempat yang pernah kita datangi sebelumnya,dan teleport memiliki jarak tempuh tertentu sesuai level si pengguna. Dalam hal ini, Genta mampu ber-teleport maksimal sejauh 50 ranch (km di Grandia) dan itupun hanya dirinya sendiri. Untunglah hanya nama satuan jarak dan panjang yang berbeda, sedangkan satuan waktu, itu sama dengan di duniaku sebelumnya yaitu Bumi.

"Bu-bukankah Anda belum pernah ke ibukota kami? Lagipula teleport hanya bisa dilakukan satu orang saja kan?" tanya Velia.

"Mudah saja. Aku tinggal membaca ingatan salah satu dari kalian, lalu men-teleport kita semua secara bersamaan," jawabku singkat.

"Haahh, sudahlah, aku tak sanggup lagi mendengar ini semua, jadi Nak, lakukan saja," ujar Paman, sepertinya dia lelah.

"Nona, bisakah saya menggenggam tangan Anda?" tanyaku.

"Eeehh?" Lillia kaget dan aku melihat mukanya sedikit memerah karenanya.

"Aku ingin membaca ingatan Anda, dan tenang saja, aku hanya akan membaca ingatan Anda tentang istana, tidak lebih."

Dengan tetap diam, Lillia mendekatiku dan akupun berdiri. Halus sekali kulitnya, itu yang kupikirkan setelah menggenggam tangannya dan wajahnya pun semakin memerah. Sudahlah, aku mulai saja sekarang.
     
    
'Myth Magic : Memory Divide'
     
   
Sriiiinnggggggg
     
     
Seketika aku melihat kilasan-kilasan memori milik Lillia..., dan ini dia, kerajaan Aera. Karena sudah selesai, akupun berniat duduk kembali, namun tak disangka Lillia masih menahan genggamanku.

"Ada apa, Nona?" tanyaku.

Dia makin menundukkan kepalanya.

"A-ano..., kalau Anda tidak keberatan, tolong panggil saya Lillia...." jawabnya.

"Oh, cuma itu saja? Hahaha, tentu aku mau. Sebenarnya aku juga capek ngomong sopan, jadi baiklah, kamu juga bisa memanggilku Zen..., Lillia," jawabku sambil tersenyum manis.

Tunggu? Manis? Aku tak merasa manis. Aku ini kan tampan. Jadi aku akan menyebutnya senyuman tampan. Lalu kami pun kembali duduk.

"Dan itu juga berlaku untuk kalian," lanjutku sambil menatap 3 bawahan Paman.

"Maaf Tuan, tapi kami tidak bisa melakukan itu, mohon jangan tersinggung," balas Velia yang diikuti anggukan kedua temannya.

"Jika itu yang kalian inginkan, tidak apa-apa. Sekarang, mari kita berangkat," balasku.

Kami pun berjalan keluar rumah dan melihat kepala desa Luxville memang sedang membersihkan halaman, lalu berpamitan kepadanya.
    
   
'Mith Magic : Wide Teleporta'
    
   
Bwooooosssshhhh
     
     
Sebuah pentagram berwarna keunguan berdiameter kira-kira 10 vali (meter di Grandia) muncul di atas permukaan tanah. Mereka semua, terutama kepala desa, rahangnya terjatuh dan menganga melihat pentagram ini.

"Tu-tuan, ituuu?" tanya Gillan.

"Ini adalah sihir tingkat Mystic. Dengan ini kita bisa ber-teleport kemana saja di seluruh bagian dunia ini selama aku atau salah satu orang yang ikut, pernah datang ke tempat tersebut. Aku bisa mengambil ingatannya, kan? Pentagram ini juga bisa membawa sampai 20 orang."

"Ini benar-benar mengerikan. Kamu bisa saja membawa sekelompok pasukan kecil langsung ke ruang tahta kerajaan lain dan me...."

"Berhenti sampai situ, Lillia!" sahutku.

"Aku tak merencanakan sesuatu yang seperti itu. Jadi sekarang, kalian masuklah ke pentagram itu, kita berangkat."

"Ba-baik!" seru Lillia yang kemudian masuk ke zona teleport diikuti 4 orang lainnya.

Setelah aku masuk dan ber-teleport, kami tiba di sebuah tanah lapang, tak jauh dari ibukota kerajaan Aera, mungkin jarak kami dengan gerbang sekitar 10 ranch.

"Itukah ibukota kalian?" tanyaku.

Aku sedikit bingung karena pemandangan yang kulihat ini karena kota itu ada di tempat yang menurutku aneh.

"Betul, Zen. Itulah ibukota kami. Selamat datang di Evenstar," ucap Lillia yang kemudian tersenyum kecil.

Hmm..., Evenstar, ya.

--------------------------------------------------------------

Yoo minna.. tempat yang aneh gimana ya? Apa kalian tau? Kalau tau berarti kalian adalah warga Aera yang ketabrak kereta kuda lalu bereinkarnasi ke Bumi :v

Yowis , karena Author nulisnya sampai lembur, mohon gajinya dobel ya :v

Arigatou

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now