ch22 : Rencana Zen

3.1K 389 106
                                    

Satu hari pasca penyerangan Morgus, api sudah dipadamkan dan orang-orang yang meninggal telah dikuburkan. Dari semua yang kukenal di sini, hanya Lillia, Dragmil, om Vargas, dan Velia yang selamat. Sedangkan Raja, Pangeran, beserta semua Jenderal dan Menteri, terbunuh oleh Morgus dan naga bayangannya.

Dengan banyaknya rumah warga yang hancur, istana menjadi tempat penampungan sementara, termasuk guild petualang dan guild pemburu. Tentara Evenstar sedang menjemput penduduk di kota lain, dan yang lainnya sedang membantu mengumpulkan peralatan, bahan makanan, serta apapun yang sekiranya akan berguna di Senza.

Pagi ini, aku dan Lillia sarapan berdua di dapur karena seluruh pelayan diliburkan untuk membantu persiapan pindah.

"Lillia, aku penasaran tentang sesuatu. Apa kamu bisa memasak?"

"Eeehh? Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu?" mendadak wajah Lillia bersemu merah.

"Memangnya kenapa? Aku juga ingin menyicipimu..., ehh maksudku masakanmu, sayang."

"I-itu..., aku tak bisa memasak, Zen. Jangankan membuat sarapan, memasak air saja gosong," balasnya sambil sedikit menunduk.

"Uhukk," aku sedikit tersedak karenanya.

"Tidak perlu malu begitu. Nanti kita belajar bersama ya," sahutku lalu tersenyum.

"Oiya, kamu bilang mau pergi mencari orang-orang terbaik. Apa maksudnya? Bagaimana denganku? Apa jangan-jangan kamu akan meninggalkan ka...."

"Lillia, kamu tahu sendiri sumber daya manusia di sini sangatlah minim," selaku sembari mengambil gelas.

Calon istriku ini memang suka berpikiran negatif.

"Kita perlu orang-orang terbaik untuk negeri kita. Dunia ini luas, aku mungkin saja bertualang sampai ke tempat yang jauh, makanya aku bilang butuh 1 atau 2 tahun," lanjutku.

"Ta-tapi, negeri ini butuh raja dan aku membutuhkanmu, Zen."

"Lillia, kerajaan ini bukan untuk generasi kita saja, namun juga untuk generasi berikutnya. Dalam 1 atau 2 tahun, sementara aku mengembara, kalian bisa membangun infrastruktur dan yang lainnya. Jika aku menjadi raja sekarang, akan tidak etis kalau aku pergi."

"Jadi kita tidak menikah dulu,ya? Apa kamu berencana mencari wanita lain?"

Ya ampun orang ini.

"Tanpa mencari pun, semua wanita akan mendekatiku, Lillia."
   
    
Klaaaaaaangg
   
    
Lillia meletakkan gelasnya dengan agak keras.

"Ka-kauu!!"

"Hei, hei, aku cuma bercandaa...."

"Huuh," Lillia menyilangkan kedua tangannya di dada sambil memasang wajah cemberut.

"Selama aku pergi, aku yakin kamu dan om Vargas bisa memimpin rakyat. Tempat baru nanti sangatlah aman dari peperangan. Sumber daya alam juga melimpah karena wilayah itu belum terjamah. Aku juga akan sering berkunjung, Lillia. Aku bukan tipe orang yang suka menahan rindu," ucapku sembari meraih tangan Lillia dan menggenggamnya.

"Be-benarkah itu?" sahutnya malu-malu.

"Untuk apa aku berbohong?"

Hoekk. Aku sendiri jijik mendengar kata-kata gombalanku sendiri.

"Sore nanti, aku akan ajak kamu ke kerajaan Senza. Eisha dan yang lainnya masih di sana, bukan? Mari kita jemput mereka," ucapku.

"Zen, bagaimana aku menjelaskan ini pada adikku?" Lillia mengeratkan genggamannya.

"Benar juga. Sebaiknya Eisha tak perlu kemari. Dia akan lebih terkejut melihat kondisi kota ini. Kita akan memberitahunya di sana, aku akan menemanimu."

Lillia hanya menganggukkan kepalanya sekali, dan kami pun melanjutkan sarapan dengan tenang.

Setelah kami kenyang, Lillia keluar untuk mengecek persiapan di gudang makanan, dan aku men-telepati Dragmil, memintanya memanggil Jenderal Vargas untuk menemuiku di ruang kerja raja.
    
     
                      -------------------------
    
   
"Jadi begitu, Anda benar-benar akan pergi, Tuan?" tanya Vargas.

"Iya ,Paman. Tepatnya aku akan mencari 5 orang, sedangkan Paman sendiri nanti akan menjadi Perdana Menteri," jelasku.

"Eeh, itu..., saya tidak bisa, Tuan. Saya tidak begitu mengerti tentang pemerintahan," balasnya.

"Aku yakin Paman bisa. Paman sudah dikenal oleh seluruh warga Aera. Tidak mungkin aku akan memberikan posisi ini pada orang baru. Jadi tolong jangan menolak permintaan ini," lanjutku.

"Baiklah. Lagipula, Anda akan menjadi raja. Saya tak berhak menolak keputusan Anda."

"Kita hanya berdua di sini, jadi tak perlu formalitas," ucapku.

"Hmm, mengenai 5 orang yang Anda cari, mereka akan mengisi posisi apa saja, Nak Zen?"

"Oh, itu. Sebenarnya bukan untuk posisi pemerintahan, tetapi sama pentingnya dengan itu. Aku berencana mencari seorang Blacksmith, Chemist, dan 3 petualang. Mungkin aku juga mengambil seorang pengawal pribadi atau bahkan murid, namun bukan agenda utamaku, dan jika memungkinkan, aku akan memilih orang-orang berbakat yang masih dalam usia muda. Negeri kita membutuhkan sangat banyak waktu dan usaha untuk kembali stabil, jadi orang muda berbakat adalah orang yang cocok. Aku tahu di negeri ini pasti mempunyai beberapa orang yang menguasai hal-hal tadi, namun aku ingin mencari yang terbaik," kataku lalu meneguk minuman di depanku.

"Kenapa mencari yang Muda, Nak? Bukankah kita juga butuh orang yang bijak dalam memutuskan sesuatu? Usia muda biasanya kurang dalam hal itu," tanya Paman.

"Aera yang sekarang adalah Aera yang baru. Dengan berusia muda, mereka punya banyak waktu untuk belajar dan mengenal negeri ini. Lagipula, wilayah kita nanti adalah tempat baru bagi kita semua. Mengenai itu, aku juga meminta Paman untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan yang vital bagi Aera," jelasku.

"Saya mengerti. Memang kami punya beberapa orang yang cocok untuk posisi tadi, tetapi usia mereka sudah cukup tua. Oiya, saya tadi mendengar Anda menyebut 3 petualang. Untuk apa mencarinya jauh-jauh?" tanya Paman.

"Seperti yang kita tahu, di dunia ini butuh drop item untuk meningkatkan level. Tugas 3 petualang kuat ini adalah memanen drop item, lalu membagikannya kepada pasukan kita. Dengan populasi Aera yang sekarang, sungguh penting memaksimalkan kekuatan prajurit yang tinggal segelintir ini, Paman. Aku bisa saja melakukan itu sendiri, namun seorang raja lebih baik tidak turun tangan sendiri dalam hal ini."

"Luar biasa, bahkan setiap prajurit pun tak lolos dari rencana Anda. Benar-benar kualitas seorang raja," mata Paman berbinar-binar. Sama sekali tidak cocok dengan mukanya.

"Kalau begitu, kita sudahi dulu percakapan ini. Paman silakan kembali membantu persiapan pindah. Aku sendiri akan menyiapkan sesuatu untuk kuberikan kepada raja Senza. Terakhir kali kami bertemu, aku mungkin sedikit membuat keributan."

"Baik, Nak, semoga rencana Anda semua lancar," balasnya.
     
    
                     -------------------------
     
    
Bruuuuukkkk
     
      
Ah, melempar badan ke kasur setelah merasakan penat memang sungguh enak rasanya.

Apa ya, yang harus kuberikan untuk Raja Prillius? Upgrade Stone jelas menjadi alat pertukaran dengan wilayah mereka.

"Tidur dulu lah, susah mikir kalo ngantuk."

--------------------------------------------------------------

Yoo minna, hadiah apa ya yang cocok untuk Raja Prillius?

Kalo hadiah untuk Author sih, vote and comment dari temen-temen semua :v

Arigatou

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now