ch56 : Memprovokasi Eisha

2.1K 261 83
                                    

Jika diingat-ingat, memang amat banyak kesempatanku untuk meng-Appraisal Eisha, namun entah kenapa aku belum melakukannya. Sekaranglah waktu yang tepat untuk itu dan inilah hasil dari Appraisal-ku barusan.
            
           
Name : Eisha Bathram
Race : Human
Gender : Female
Age : 11
Level : Legendary
Class : Orator
Hp : 3.700.000
Mp : 1.400.000
P.Attack : 800.000
M.Attack : 2.300.000
Deff : 1.100.000
Agi : 4.050.000
Critical : 30%
Luck : 90
Element : Light, Wood, Time
Magic : All Spells
Skills : Teleportation, Blink, Telephaty, Shadow Hands, Element Curse, Element Buff, Med Illusion, Heal, Curse Breaker, Illusion Breaker, Buff Breaker
Ultimate : Timelock, Light Judgement
Title : None
           
           
"Hmm, sepertinya semua sesuai dugaan," lirihku sembari memperhatikan detail dari status Eisha.

"Ada apa, Kak? Apakah buruk?" sahut Eisha.

Rupanya dia mendengar gumamanku.

"Tidak ada apa-apa, Sha. Kemampuanmu sudah sangat tinggi jika dibandingkan ras Human yang lain. Hanya sangat disayangkan Sha memilih ras ini karena manusia memiliki rentang masa hidup yang terhitung pendek," balasku ringan yang ternyata membuat Eisha sedikit tertegun. Sepertinya aku salah bicara.

"Sha juga berpikir hal yang sama. Itulah alasan Sha menghabiskan masa kecil untuk membaca buku," jelasnya.

Ya, karena pada kehidupan sebelumnya Eisha adalah seekor anjing, maka dia tidak memiliki pengetahuan mengenai ras Human, itulah kenapa dia selalu membaca buku, terutama mengenai apa saja yang berhubungan tentang ras Human. Dia masih sering tersandung pun, itu karena masih belum terbiasa berjalan dengan dua kaki.

"Mulai sekarang, Sha tak perlu khawatir karena Kakak akan mendampingimu. Lalu tentang kebencian Sha terhadap manusia, apa yang akan Sha lakukan?" tanyaku lugas.

"Tentu saja Sha ingin membunuh manusia yang jahat! Setelah membaca banyak buku, Sha baru tahu bahwa manusia juga ada yang baik. Yang membuat Sha bingung adalah, bagaimana kita bisa membedakan siapa yang jahat dan siapa yang baik?" jelas Eisha lagi.

Aku perlahan mengelus dagu, memikirkan jawaban sederhana yang harus bisa ditangkap oleh Eisha.

"Sha, manusia sangatlah kompleks. Hal yang paling sering terjadi adalah, mereka tampak baik namun busuk di dalamnya. Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya Sha pikirkan dahulu kriteria apa yang membuat manusia itu layak Sha bunuh," jawabku.

"Baiklah, Kak," balasnya singkat lalu berjalan mendekati lemari pakaian dan Eisha pun perlahan melepas pita rambutnya.

"Ehh?! Sha mau apa?!" seruku.

"Tentu saja ganti baju. Sha belum sarapan," ujarnya santai.

Lho?! Kok tiba-tiba?! Stress nih anak!

"Hahh?! Kakak masih di sini, lho!" seruku lagi, namun pikiranku sudah melanglang buana.

"Kalau Kakak mau keluar, tidak apa-apa," lanjutnya sembari membuka pintu lemari.

Gawat. Inikah yang dinamakan dilema hidup?! Apa aku harus pergi?! Ah, bodo amat! Toh Eisha tak keberatan, jadi untuk apa aku jual mahal?!

"Kalau begitu cepatlah, kebetulan Kakak juga belum sarapan," sahutku dengan mantap.

Semoga saja Sha seperti perempuan lainnya yang selalu bingung dalam memilih baju, jadi aku bisa melihat pemandangan yang sudah lama kunanti....
          
          
Tok tok tok
            
         
"Master, di sini Redra. Apakah di dalam baik-baik saja?"

Lamunan liarku terhenti mendadak. Redra sialan!

Eisha pun juga menghentikan aktivitasnya, lalu berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.

Grandia : Tale of ZenkaWhere stories live. Discover now