ch23 : Hadiah Untuk Prillius

3K 360 126
                                    

"Hoaaaaammmzzz...," suara logam yang bergemerincing di luar kamar membangunkanku. Wajar, istana ini banyak benda berharga untuk dibawa ke Senza. Saat aku menengok ke luar jendela, rupanya hari sudah sore. Sudah saatnya aku mengajak Lillia ke kota Helmut.
  
    
Ah, hadiah! Aku belum menyiapkannya, tapi apa ya? Apapun itu, yang pasti bukan makanan, apalagi masakan Lillia.

"Hmm, sepertinya itu cocok untuk Raja Prillius," gumamku sambil membuka menu Shop dan membeli sesuatu.

Setelah merapikan diri, aku keluar dan men-telepati Dragmil lalu memintanya mencari Lillia.

Selang beberapa menit, om Drag memberi kabar bahwa Lillia sedang berada di gudang senjata, jadi aku pun menyusulnya.

"Hoi, Lillia," sapaku.

"Hei. Mau berangkat sekarang, Zen?" balasnya.

"Tapi sepertinya kamu masih repot."

"Seperti apa yang kamu lihat, sebagian besar prajurit sedang keluar kota, sedangkan penduduk tidak begitu bisa memilah-milah mana yang akan dibawa, jadi mereka mengumpulkan semua yang ada," jelas Lillia.

"Bagaimana kalau kita berangkat besok pagi, Zen?" lanjutnya.

"Begini saja, Lillia, aku ke sana dulu dan besok pagi aku jemput kamu. Aku belum sempat menandatangani surat perjanjian dengan Raja Prillius. Dengan  caraku pergi yang tidak sopan, aku takut dia berubah pikiran."

Lillia memegang dagunya, berpikir.

"Baiklah Zen, tapi tolong jangan bahas keadaan di sini kepada Eisha. Aku yang akan menyampaikannya sendiri besok," jawabnya.

"Siap, Nyonya!" aku meletakkan telapak tangan di dahi, menghormat pada Lillia.

"Isyarat apa itu?" tanyanya.

"Oh, ini sikap penghormatan di dunia langit. Baiklah, kalau begitu sampai jumpa besok pagi, sayang."

"Ah, kamu ini. Jangan membuatku malu. Sudah sana...," Lillia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sampai jumpa besok pagi, ra-tu-kuuu," aku dekatkan wajahku ke wajah Lillia.

Sebelum dia semakin merona karena malu, tanpa bergerak dari tempatku berdiri, aku langsung ber-teleport.
  
   
Syuuuuuuuuttttzzzzz
   
  
                  -------------------------
   
   
Sriiiiiiiinnnnggggg
  
   
"Woii!" seruku.

Ternyata aku berteleport tepat di pintu masuk ruang tahta, namun penjaga segera mengenaliku karena mereka penjaga yang sama ketika aku pertama kali datang. Mereka pun langsung memasukkan pedang ke sarungnya masing-masing.

"Maafkan kami, Tuan Zenka, kami tidak tahu itu Anda. Apa Anda ingin menemui Paduka?" kata salah satu penjaga.

"Yup," balasku singkat.

4 penjaga pintu itu saling menoleh sesaat, apa karena ucapanku?

"Tunggu sebentar, Tuan. Kami akan melapor terlebih dahulu," balasnya, lalu masuk ke ruang tahta.

Hanya butuh 1 menit, penjaga itu kembali keluar lalu mengantarku masuk..
  
   
"Salam, Paduka Raja Senza," aku meletakkan tangan kananku di dada lalu sedikit membungkuk.

"Selamat datang kembali, Tuan, Anda tak perlu seformal itu. Dan kebetulan sekali, kami sedang membahas sesuatu," balas Prillius.

Setelah kuperhatikan, memang di ruangan ini juga hadir beberapa Jenderal dan Menteri.

"Sebelumnya, aku minta maaf tentang apa yang terjadi di ruang kerja Anda, Yang Mulia. Sesuatu telah terjadi di Aera, namun aku tidak akan membahas hal itu sekarang. Kali ini aku kemari untuk melanjutkan apa yang tertunda tempo hari," jelasku.

Grandia : Tale of ZenkaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt