ch61 : Earring of Whisper

1.8K 226 59
                                    

Happy 50k!! Terima kasih atas waktu berharga yang temen-temen luangkan untuk mengikuti kisah Zen, lalu membullynya :v

So... happy reading.

                               ------------

Apa-apaan ini Yui?! Memang benar apa yang dimintanya bukan merupakan sebuah kejahatan, tapi... kenapa dia mencegahku mengajak Eisha?

"P-Putri, kenapa Anda meminta hal seperti itu? Aku pikir Putri memiliki beberapa keinginan yang sulit dicapai."

"Tuan Zen, hanya itu yang bisa saya pikirkan saat ini. Jika Tuan Zen menolaknya, saya tidak mempermasalahkannya. Hanya saja Anda akan menjadi seorang pembohong, bukan?" balas Yui lalu tersenyum kecil.

Aku tahu maksud senyuman itu. Yui merasa cemburu lalu berniat menjebakku. Sebenarnya sih, tidak masalah bila Yui ikut asalkan saja aku sudah resmi jadian dengan Eisha. Hati ini malah jadi was-was jika mereka nanti bertengkar gara-gara aku. Sungguh... jika ketampanan adalah sebuah dosa, maka sudah pasti aku masuk ke neraka terdalam. Sial.

"Hmm, begini saja, Putri. Jika Yang Mulia mengijinkan, Anda boleh ikut, bagaimana?"

Mata Yui seketika melebar dan berkaca-kaca. Sepertinya dia cukup senang.

"Sepertinya Putri setuju. Kalau begitu mari kita temui Yang Mulia sekarang," lanjutku karena Yui tak kunjung menjawab.

Yui mengangguk mantap, lalu kami berjalan menuju ruang kerja Raja Prillius. Sepanjang perjalanan singkat ini kami tak saling berbicara. Meski diam, Yui tampak sering tersenyum sendiri. Benar-benar manis sekali, namun sayangnya hati jantanku masih kalah saing dengan otak lolicon-ku.

"Ayah, lihat siapa yang datang!" seru Yui begitu kami sampai di ruang kerja ayahnya.

Raja Prillius yang melihat kami pun langsung berdiri setelah meletakkan pena bulunya di atas meja yang penuh dengan tumpukan kertas. Yui berlari kecil mendekati ayahnya dan Raja membalasnya dengan usapan lembut di  kepala Yui.

"Putriku... melihatmu seceria itu, pasti ada sesuatu yang menggembirakan. Coba Ayah tebak. Karena kamu datang bersama Tuan Zen, pasti mengenai keberhasilannya di perbatasan, bukan?"

"Emm, ayah benar, tapi juga salah," jawab Yui dengan nada manja.

"Lantas? Cepatlah bicara, Nak. Jangan biarkan ayahmu ini mati penasaran."

"Ah, ayah ini. Jadi begini..."

Sepertinya aku dicuekin. Aku ini Esper, lho... Esper!!

"Ehemm!" aku terpaksa menyela mereka.

Jelas saja mereka menoleh ke arahku, lalu Raja Prillius tertawa lepas.

"Tuan Zen... maaf, maaf. Bukan maksud saya untuk  tidak sopan terhadap Anda. Mari, mari, silakan duduk."

Kami berdua pun duduk, sedang Yui masih berdiri di samping ayahnya.

"Tuan Zenka, sekali lagi terima kasih atas bantuan Anda." ucap Raja Prillius membuka obrolan.

"Saya dan Eisha baru saja kembali kemari, jadi bagaimana Yang Mulia bisa mengetahuinya?" tanyaku lugas.

"Tuan Zen, di hadapan seorang Esper seperti Anda, bahkan kegagalan pun takkan berani mendekat," jawab Raja ringan, namun aku sungguh merasa senang mendengarnya.

"Yang Mulia, sebenarnya Eisha-lah yang membantu Senza. Saya hanya menemani saja. Untuk sementara ini Emphira bukanlah ancaman, apalagi sekarang raja mereka dan Nellim juga sudah mati."

"Jika demikian adanya, maka atas nama kerajaan Senza, tolong sampaikan rasa terima kasih kami kepada Putri Eisha," balas Raja sembari sedikit menundukkan kepala.

"Tentu saja, Yang Mulia. Maaf jika saat ini Eisha tidak ikut menemui Anda."

"Tidak apa-apa, Tuan, saya mengerti. Kembali ke hal tadi. Meski raja mereka telah gugur, kerajaan Emphira tetap masih berdiri. Beliau juga memiliki dua putra dan beberapa jenderal yang tangguh. Saya yakin suatu saat nanti kami akan bertemu kembali di medan perang. Jika waktunya tiba, Senza pasti sudah lebih kuat dari sebelumnya dan tidak merepotkan Tuan Zen lagi," lanjutnya penuh wibawa.

Karena hanya mengerti sebagian saja, aku mengangguk beberapa kali sambil memegang dagu untuk menyamarkan ketidaktahuanku.

"Yang Mulia, selain kabar tadi, saya ada dua hal lagi untuk disampaikan. Pertama, atas nama Eisha saya berterima kasih karena Anda telah mengijinkan dia tinggal di istana ini. Yang kedua, ada sedikit hadiah kecil untuk Anda pribadi," jelasku lalu mengambil sebuah Item dari Dimension Bag.

"T-Tuan Zen... Anda tak perlu seperti itu. Putri Eisha adalah tamu kehormatan kerajaan Senza dan bagi saya pribadi, Putri Eisha sudah seperti anak sendiri. Dan mengenai hadiah itu... maaf, Tuan Zen. Saya tak dapat menerimanya karena seharusnya kami-lah yang memberi Anda hadiah," balas Raja.

"Kalau begitu mana hadiah saya?" tanyaku santai.

"I-ituu..." Raja Prillius terdiam, tak melanjutkan perkataannya.

"Saya tahu Yang Mulia bingung karena merasa tak memiliki sesuatu yang pantas untuk diberikan kepada saya, bukan?" sahutku, membuat Raja Prillius terlihat sedikit malu.

"Yang Mulia, saya sama sekali tak mengharap imbalan apapun. Mungkin besok pagi saya dan Eisha akan berangkat, jadi tolong terima hadiah kecil ini. Suatu saat Anda pasti membutuhkannya."

Aku meletakkan sebuah Item berupa anting yang bernama Earring of Whisper di atas meja. Anting ini berfungsi untuk melakukan telepati.

"Coba Yang Mulia memakainya," ucapku sembari mendekatkan anting itu ke arah Raja Prillius.

"T-tapi Tuan, saya tidak memakai anting," balasnya kaku. Cukup lucu juga ekspresinya.

"Pakai saja sebentar, ayolah Yang Mulia," lanjutku.

"B-Baiklah jika itu kemauan Tuan," balasnya lagi lalu Yui pun membantu memasangkannya karena ayahnya tak tahu cara memakai anting.

{Yang Mulia, apa Anda mendengar ini?}

Raja Prillius sedikit tersentak kaget setelah aku mencoba mengawali telepati.

"Saya mendengar Anda, Tuan," balas Raja ringan.

Yui pun garuk-garuk kepala, mungkin karena bingung. Apa dia tidak capek berdiri? Padahal ada kursi kosong di samping kiriku.

{Yang Mulia, cukup katakan saja dengan pikiran.}

Aku menjelaskannya singkat karena sepertinya Raja Prillius tak tahu cara bertelepati.

{Tuan Zenka, Anda bisa mendengar saya?}

Aku mengangguk kecil sembari menatap Raja Prillius,

{Saya bisa mendengarnya, Yang Mulia. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Ini mengenai Putri Yui.}

"Yui? Apa putri saya membuat masalah bagi Anda, Tuan?"

"Tidak, tidak sama sekali. Begini Yang Mulia... Putri ingin ikut bertualang bersama kami. Sebenarnya saya kurang setuju, tapi saya berkata bahwa ia boleh ikut jika Anda menyetujuinya. Di sinilah persoalannya. Saya harap Yang Mulia tidak mengijinkannya. Anggap saja ini hadiah untuk saya, bagaimana Yang Mulia?}

"Begitu rupanya. Karena Anda mengatakannya secara langsung, tentu saya tidak berani menolak. Baiklah, Tuan Zen, saya mengerti.}

Lega sudah perasaan ini. Sebaiknya aku pergi menengok Eisha.

"Yang Mulia... Putri Yui... saya pamit dulu. Seharusnya saat ini Eisha sudah selesai bersiap-siap."

Raja Prillius mengangguk sekali dan Yui tersenyum padaku. Hahh, maafkan aku, Yui.

--------------------------------------------------------------

Yoo minna, bagaimana reaksi Yui jika tahu ayahnya tak mengizinkan?

Yah, besok pagi Zen dkk akan berangkat, yuk bekali mereka dengan vote and commentnya  :v

Arigatou

Grandia : Tale of Zenkaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें