Death2 - 63

5K 323 16
                                    

Athena melepas stetoskop yang biasa ia pakai lalu menaruhnya diatas nakas. Ia baru saja selesai memeriksa Dean. Sebelumnya Arjuna juga telah diperiksa oleh Dokter Fariz---Dokter Anak yang ia perintahkan untuk merawat Arjuna.

Kini kedua laki-laki yang begitu ia cintai tengah terlelap.

"Kak Ath, sini makan." Seli menepuk tempat disampingnya.

"Udah malem masih aja makan. Gak takut gemuk?" Athena terkekeh.

Ia tidak duduk melainkan berjalan kesudut ruangan dan mengambil karpet tebal berbulu lalu memasangkannya ditengah-tengah ruangan untuk mereka tidur. Tak lupa juga bantal dan sebuah selimut yang sengaja Seli bawa saat kesini.

Seli malam ini akan menemani Athena tidur disini. Mumpung besok juga libur katanya.

"Nggaklah. Seli tuh gak takut gemuk." katanya sambil melahap potongan pizza kedua.

"Kenapa gak tidur di rumah aja? Kakak bisa kok sendirian disini."

Seli menggeleng. "Mau nemenin Kak Ath aja. Aku tau Kak Ath bakalan kerepotan ngurus dua bayi sekaligus. Satu bayi kecil, satu bayi besar."

Athena terkekeh.

"Gak makan? Kak Ath belum makan dari tadi siang."

Athena menggeleng. "Kakak gak laper. Sisain aja. Nanti kalo malem laper pasti Kakak makan."

Seli mengangguk. Ia menyisakan empat potong pizza untuk Athena.

"Arjuna gak papa kan?"

Athena mengangguk. Ia memandang Arjuna yang tengah tidur. "Gak papa. Infusannya sudah bisa dicabut kalo isi botol itu udah habis."

Seli mengangguk paham. Ia lalu memandang Abangnya yang masih dalam posisi yang sama sejak kemarin.

"Abang cepet bangun dong. Kan Seli sedih gak ada yang ledekin Seli lagi." gadis itu cemberut menatap Dean sedih. Seli berdiri. "Aku ke kantin dulu ya beli minum."

Athena mengangguk lalu membiarkan Seli pergi dan ia berjalan mengampiri Dean.

Diusapnya dengan lembut kepala Dean kemudian mengecup keningnya, lalu sedetik kemudian suara mesin elektrokardiogram berbunyi nyaring dan grafiknya tidak teratur, bersamaan dengan tubuh yang mulai kejang-kejang.

Athena berlari keluar dan berteriak memanggil suster untuk membantunya, lalu ia kembali dan langsung memeriksa Dean dengan alat medisnya. Athena berusaha keras untuk tidak panik dan tetap fokus. Jika ia panik maka ia tidak akan bisa fokus untuk memeriksa Dean.

Tiga orang suster yang datang langsung membantu Athena dan menangani Dean. Memeriksa tekanan darah, denyut nadi dan jantung, memeriksa tetesan darah dan infusan yang mengalir masuk kedalam tubuh Dean.

Disaat tubuh Dean sudah tidak lagi kejang-kejang, semua ketegangan digantikan dengan yang lebih lagi saat grafik mesin elektrokardiogram hampir bergerak lurus.

"Detak jantungnya lemah, Dok. Hampir menghilang!" ujar salah satu suster disana.

Athena menggingit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya agar tidak pecah. Tidak pernah ia menangani pasien dalam kondisi seperti ini.

Itu kenapa Athena tidak pernah ingin merawat anggota keluarganya sendiri. Karena ia takut seperti ini. Ini adalah pertama kalinya ia merawat anggota keluarganya. Dean orang pertama, suaminya yang sedang dalam keadaan kritis ini.

"Siapkan mesin Defibrillator!"

Salah satu suster itu mengangguk dan mempersiapkan alat yang diminta Athena yang sudah tersedia disana. Athena mengambil salah satu bagian dari alat itu yang berbentuk seperti setrikaan, hanya saja bentuknya lebih kecil. Ia menaruh gel khusus di salah satu permukaan benda itu lalu menggosoknya secara bersamaan.

Endless FeelingWhere stories live. Discover now