Death2 - 37

4.8K 303 9
                                    

"Gimana keadaan kamu, Dean?" tanya Eyang Jeha.

"Udah mendingan, Eyang. Cuma masih agak pusing aja kadang-kadang. Tapi udah gak papa." ujarnya lalu mengambil sehelai roti.

Mereka kini tengah sarapan.

"Makannya bubur aja, jangan roti." Athena merampas roti yang hendak di olesi selai dari tangan Dean. "Kamu masih dalam proses penyembuhan."

"Aku udah gak papa."

"Kamu makan ini aja. Ini udah enak dan ada rasanya daripada yang sebelumnya. Aku kasih benerapa sayuran sama daging ayam didalemnya." ujar Athena sambil menggeser mangkuk bubur yang telah diaduk.

Dean menghela nafasnya. Ia tersenyum dan menerima bubur itu tanpa mau membantah lagi.

"Kalo kamu mau makan yang lain, makan aja." ucap Eyang Jeha tiba-tiba.

"Dean masih belum sembuh, Eyang." Athena mengerucutkan bibirnya.

"Posessif banget sih, Ath." Nisa terkekeh.

"Nggak papa Eyang, Mbak Nisa, lagian ini buburnya enak kok. Dean udah bisa menikmatinya daripada sebelumnya." Dean tersenyum lalu melahapnya kembali. Ia mengambil kerupuk sebagai pelengkapnya.

"Setelah sarapan, Eyang mau keluar dulu."

"Kemana Eyang?" tanya Athena.

"Ada urusan sama temen Eyang, Sayang."

"Mau Nisa temenin gak Bu?" tawar Nisa.

"Nggak perlu, Sayang. Ibu rasa kamu harus bicara dengan Robby tentang rencana pernikahan kalian." ujar Eyang Jeha tersenyum.

Nisa meringis. Ia malu jika membahas tentang rencana pernikahannya yang belum pasti. "Terus Ibu sama siapa?"

"Ibu sama supir. Lagian Ibu gak lama gak." ucap Eyang Jeha.

Mereka kemudian melanjutkan sarapannya. Beberapa saat setelah selesai, Eyang Jeha kemudian pergi diantar oleh supir.

"Mbak Nisa gimana soal rencana pernikahannya?" tanya Dean.

"Masih rencana aja. Belum pasti."

"Kenapa belum? Pastiin dong. Nanti aku bantuin booking WO yang pernah aku sama Athena dulu pake."

"Itu terlalu mahal." ucap Nisa. "Lagian juga, aku sama Robby belum membicarakan sampai ke situ."

"Mbak cepet nyusul aku dong.." ucap Athena yang baru saja kembali dengan secangkir teh hangat dan obat untuk Dean. "Obatnya jangan lupa."

Dean mengangguk tanpa mau membantah lagi. Sebenarnya ia sudah cukup sehat dan tak perlu obat itu lagi. Tapi jika ia menolak, Athena akan tetap memaksanya untuk minum hingga perempuan itu yakin jika Dean benar-benar sembuh.

"Mas Robby gimana kabarnya, Mbak? Aku udah lama gak ketemu sama dia." tanya Athena.

"Dia baik. Kemarin dia titip salam buat kalian. Mungkin nanti kalo kerjaan dia udah selesai, mau mampir kesini katanya." ujar Nisa. "Kalian berapa lama disini?"

"Lima hari." jawab Dean.

"Sebentar banget. Biasanya kalian 2 minggu disini."

"Tau ini Dean." Athena cemberut, membuat Nisa tertawa kecil.

"Masih ada beberapa urusan, Mbak. Lagian banyak yang perlu disiapkan untuk si jagoan ini." ujar Dean seraya mengelus perut Athena. Beberapa saat kemudian, sebuah tendangan terasa. "Tuh kan dia nendang."

Nisa beralih duduk menjadi disamping Athena. Ia mendaratkan tangannya diatas perut Athena, lalu terasa jika janin itu memang sedang menendang.

"Ih ya ampun gemes banget!" pekik Nisa.

Endless FeelingWhere stories live. Discover now