Death2 - 21

5.6K 374 12
                                    

"Aku mohon, Dean..."

"Tolong lo pergi sebelum gue panggil security buat nyeret lo dengan kasar."

Amel tak mendengar itu sebagai sebuah ancaman, karena tujuannya kesini tetap sama, membuat Dean kembali kepadanya.

"Aku akan kasih semua saham yang aku punya dari Papa buat kamu, Dean. Kita nikah ya? Aku cinta sama kamu. Dari dulu?"

Dean memijat pangkal hidungnya. Kehadiran Amel ke kantornya sejak lima belas menit lalu cukup membuat kepalanya berdenyut dan emosinya hampir meledak-ledak.

Dean bertanya-tanya, kemanakah urat malu Amel?

"Kita udah selesai, Amel! Dan lo harusnya paham konsekuensi lo saat pacaran sama gue dulu. Gue pacaran sama lo bukan karena gue suka sama lo apalagi cinta!" ujarnya dengan nada tegas, terkesan membentak. "Kita udah gak punya hubungan apapun sejak 8 tahun yang lalu."

Dean tak akan membuka sedikitpun hatinya atau rasa kasihannya walaupun Amel menangis seperti sekarang dihadapannya.

Jawaban Dean tetap sama walaupun banyak jutaan perempuan yang mengemis cinta kepadanya seperti yang Amel lakukan. Atau yang terang-terangan mendekatinya. Karena Dean hanya mencintai satu perempuan di dunia ini.

Athena akan selalu menjadi istrinya, teman hidupnya, sahabatnya, cintanya, selamanya.

Dean sudah tidak tahan dengan drama yang dilakukan Amel. Ia segera memanggil berapapun security yang berada diluar untuk menyeret Amel segera sebelum Athena datang karena ini sudah hampir memasuki jam makan siang.

"Aku bakalan lakuin apa aja suapa aku bisa dapetin kamu!" teriak Amel.

"Lo bisa apa hah? Minta bantuan sama bokap lo yang sama gilanya kaya lo?" ujar Dean sinis.

"Apapun itu, Dean. Termasuk mencelakakan Athena dan anak yang lagi di kandungnya. Aku tau dia lagi hamil." ujar Amel dengan sinis.

Sesaat kemudian tiga security datang memasuki ruangan Dean setelah mengucapkan permisi, langsung saja memegangi Amel sebelum menjadi lagi.

"Usir dia, dan jangan sampai biarkan dia masuk lagi kalo datang kesini." ujar Dean dengan tegas.

"Baik, Tuan!" ucap security itu dengan kompak. Lalu menyeret paksa Amel agar keluar dari ruangan Dean.

"INGET KATA-KATA AKU, DEAN. AKU GAK MAIN-MAIN SAMA UCAPANKU!! LEPASIN!!!"

Dean menghela nafasnya kasar lalu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa empuk itu. Tak lama kemudian sesorang yang sedang bersiul memasuki ruangannya.

Dean mengumpat dalam hati atas kehadiran orang itu. Bukan satu, tapi dua. Siapa lagi kalo bukan teman sezigotnya.

"Kayanya gue harus kasih awards sama si Amel. Manusia paling gak tau malu yang pernah lahir di Tanah Pasundan." celetuk Kahfi begitu ia dan Taufik duduk dihadapan Dean.

"Gue bakalan kasih dia gelas selosin kalo dia kesini lagi nanti, plus piring cantik." timpal Kahfi.

Dean mendengus lalu membuka matanya yang sempat terpejam. "Kalian itu gue kasih kerjaan disini buat sibuk, bukannya malah kesana-kesini gak jelas ganguin gue. Mau gue turunin jabatan kalian jadi OB biar sibuk terus?" ujar Dean sinis.

"Yaelah, cuy. Ini jamnya makan siang kali. Santai aka sih mentang-mentang abis didatengin orang gila yang ngemis-ngemis."

"Siapa yang datang ngemis-ngemis?"

Mereka bertiga sontak menoleh kesumber suara. Disana Athena, Mila dan Ajeng ysng menggandeng seorang bocah kecil perempuan berdiri didekat pintu.

Athena mengerjap polos sambil berjalan mendekati ketiga pria itu.

Endless FeelingWhere stories live. Discover now