Death2 - 22

5.5K 329 6
                                    

Setelah makan siang bersama, Athena mengajak—mungkin lebih tepatnya memaksa—Dean untuk jalan-jalan dan mengatakan bahwa ini sebagai ganti rugi karena Dean telah membawanya pulang begitu saja ke Indonesia dan mengabaikan rencana travelling mereka yang bahkan tersusun sangat rapih.

Athena mengajak Dean untuk menonton film karena sekarang sedang ada film yang ingin Athena tonton. Film horor.

Dean sempat bingung karena sebelumnya Athena paling tidak bisa nonton film horor apalagi sendirian. Ya, meskipun mereka sekarang di bioskop tidak sendirian juga. Athena juga pada dasarnya tidak bisa menonton film horor sampai selesai, berbeda jika menonton drama korea.

Setelah mengantri tiket film, mereka menghampiri cafe untuk membeli makanan.

"Yang, mau apa?" tanya Dean.

Athena tersipu malu karena Dean memanggilnya Sayang didepan umum. Perempuan itu tersenyum kecil. "Apa aja."

Dean tersenyum tipis. Lalu menarik Athena agar lebih dekat padanya. Ia tidak ingin Athena berjauhan darinya dan didekati pria lain. Alasannya memanggil Athena Sayang juga salah satunya biar didengar banyak orang, dan orang itu agar tau bahwa Athena adalah miliknya.

Iya, Dean lebay!

"Ini kencan kedua kita di bioskop ya." ucap Athena ketika mereka telah memasuki studio.

Dean terkekeh pelan. "Dan sekarang aku gak perlu lagi nyolong tempat duduk siapapun agar bisa duduk disamping kamu."

Athena tertawa lau duduk di bangkunya yang sesuai dengan tiket. "Jahat banget kamu nyolong tempatnya Ajeng."

"Kok jahat sih? Itu justru strategi."

Athena tertawa lagi, namun tidak membalas ucapan Dean lagi. Perempuan itu membuka ponselnya untuk membalas chat yang telah masuk kedalam ponselnya.

Sedangkan Dean hanya diam memperhatikan Athena yang sibuk membalas pesan.

"Dari siapa sih?" tanya Dean karena merasa terabaikan.

"Temen." jawab Athena.

"Iya siapa?"

Athena menoleh sebentar. "Ajeng, lagi bahas Olla."

"Simpen dulu handphone-nya, filmnya udah mau dimulai, nanti diambil petugas." ujar Dean.

Athena mengangguk, lalu tersenyum seperti anak kecil kepada Dean, membuat Dean gemas ingin mendekap Athena, namun itu tidak mungkin karena studio penuh.

Beberapa saat kemudian, film diputar. Suara mencekam ala-ala film horor mulai terdengar, membuat Dean tidak fokus karena Athena menyandarkan kepalanha pada lengannya lalu cekikikan.

Dean menoleh memperhatikan Athena yang menutup setengah wajahnya untuk menutupi ketawa kecilnya.

Mungkin efek hamil. Pikir Dean.

Hingga setengah jam berlalu, Athena tidak menunjukkan bahwa Athena ketakutan seperti biasanya menonton film horor. Athena terlihat lebih tenang dengan memeluk cup popcorn walau kadang-kadang terlihat terkejut.

"Kakak ganteng?"

Dean merasa ada yang mencolek lengannya. Ia menoleh menatap dua orang gadis perempuan berseragam SMA yang tengah tersenyum menatapnya.

"Kakak ganteng gak takut? Nontonnya sama siapa? Sendirian ya?" tanya gadis berambut agak kemerahan itu. "Bolek kenalan gak, Kak? Aku Resi." lanjutnya berbisik.

"Saya Resa!" ucap Dean lalu kembali menatap kedepan.

Terdengar suara cekikikan dua gadis itu. "Si Kakak ganteng ini bisa aja deh ngelucunya. Iya gak?"

"Hu'um!"

Dan rupanya percakapan itu terdengar oleh Athena. Athena menatap Dean dan dua orang itu dengan tatapan tidak suka. Athena berdiri dan berlalu begitu saja tanpa aba-aba.

"Sayang, mau kemana?" tanya Dean lalu melirik sekitar, takut ada yang terganggu.

"Kok sayang sih manggilnya?" tanya siswi SMA tadi kepada temannya.

Dean berdecak lalu mengambil makanan serta minumannya dan mengejar Athena. Dean meminta maaf saat ada beberapa penonton yang merasa terganggu.

"Sayang?!" Dean meraih tangan Athema saat mereka telah keluar studio. "Kenapa keluar?"

"Nggak suka!" Athena melepaskan tangannya.

"Nggak suka apa? Filmnya? Tapi tadi kamu ketawa-ketawa pas nonton filmnya?"

"Nggak suka! Aku gak suka tadi kamu ngobrol sama anak SMA itu!" ujar Athena. "Kamu nyuekin aku!" Athena lalu terisak.

"Eh, Sayang," Dean menarik Athena kedalam pelukannya.

Dean mengerti bagaimana emosi ibu hamil yang naik turun walau ia baru pertama kali menghadapinya. Dean telah mempelajarinya selama bertahun-tahun.

"Aku nggak ngobrol sama mereka. Mereka duluan yang nanya terus aku jawab asal biar mereka diem." ujarnya dengan penuh kelembutan.

Athena tidak menyahut, masih terisak pelam didepan pintu studio. Sampai akhirnya Dean melepaskan pelukannya.

"Jangan nangis lagi. Kita pulang sekarang. Nontonnya dirumah saja." ujarnya.

Athena menunduk mengusap air matanya saat Dean menariknya keluar dari bioskop.

Athena merasa dirinya terlalu lebay semenjak hamil. Apa-apa selalu menangis. Athena sebenarnya tidak suka, tapi ia tidak bisa menahannya.

"Dean aku mau martabak." ucap Athena ketika mereka berada didalam mobil.

"Ini masih siang, Sayang, martabak jam segini belum jualan."

"Iya tapi kan Baby maunya sekarang." Athena merengek.

Dean menghela mafasnya, ia meraih tangan Athena. "Nanti bikin di rumah ya sama Bi Oni." ucapnya lalu mengecup punggung tangan Athena.

Dean melihat sekilas jika Athena mengangguk dengan semangat. "Iya mau!"






****






"Bibi bisa kan? Katanya Bibi bisa apa aja?"

Bi Oni, pegawai rumah tangga kiriman Nenek Sari itu tampak menggaruk keningnya. "Ih, Bibi mah tidak pernah buat martabak atuh, Aden. Kalo bala-bala Bibi sering bikinnya."

Dean memutar bola matanya malas, sedangkan Athena malah tertawa.

"Bikinnya sama aku yuk, Bi? Nanti lihat ke youtube." ajak Athena.

"Ih nya ulah atuh, Non." Bi Oni melirik Dean. (Ulah = jangan/gak boleh).

"Kan kata kamu gak ada yang jual jam segini." ucap Athena karena takut jika Dean melarangnya. Semenjak hamil, Dean kadang melarang Athena untuk masak.

"Aku liatin." ucapnya.

Athena tersenyum senang karena Dean mengizinkannya. "Ayo Bi!"

"Non ini mau martabak manis atau telor? Kalo telor bibi sedikit-sedikit bisa. Kalo manis bibi gak bisa." ujar Bi Oni ketika ia membuka kulkas.

"Aku mau manis, Bi." Athena tersenyum. "Pake keju dan kacang. Terus sama red velvet."

"Pelpet apa atuh Non?" tanya Bi Oni bingung.

"Ada itu martabak yang warnanya merah." ucap Athena.

Bi Oni nampak masih kebingungan dengan maksud Athena. Tapi ia tidak ingin memikirkan lebih. Bi Oni mulai mengeluarkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan. Sedangkan Athena mencari resep dan caranya di youtube.

Dean hanya menatap gerak-gerik Athena dari mata tajamnya. Takut jika Athena terluka atai yang lainnya yang berbahaya.





****




Aku pengen martabak juga.
Hehe..

Cindereliss

Endless FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang