Death2 - 44

5K 291 6
                                    

Keesokah harinya Dean dan Athena kembali ke rumah sakit ditemani Nisa.

Athena mengalami kontraksi seperti kemarin namun kali ini rasa lebih sakit. Dokter juga mengatakan bahwa Athena telah memasuki pembukaan satu.

Yang Athena rasakan adalah senang dan takut sekarang.

"Di rumah aja, Dean, nggak papa."

"Yakin?"

Athena mengangguk. "Lagipula Nenek Sari mau kesini kan? Masa aku di rumah sakit sih."

Dean mengelus kepala Athena. "Iya. Nenek lagi dijalan." katanya. "Aku bakalan minta Oma dan Mbak Nisa untuk tinggal disini juga."

"Eh," Athena menoleh. "Papa kan pulang juga hari ini. Aku takut Papa keberatan, jadi Eyang sama Mbak Nisa di rumah Mama Papa aja. Nggak papa kok."

Dean menggeleng. "Papa pasti bakalan seneng. Dulu rumah ini selalu sepi banget dan sekarang bakalan rame, Papa pasti seneng. Lagian disini masih banyak kamar kosong juga."

"Beneran nggak papa?"

Dean mengangguk. "Lagian juga mereka bisa bantu aku kalo kamu ngerasain kontraksi lagi kaya tadi."

Athena membalasnya dengan anggukan. Ia lalu merubah posisi tidurannya menjadi menyamping.

"Yang, aku ambil laptop dulu ya di ruang kerja aku." ujar Dean. Athena mengangguk.

Dean berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di lantai dua, ia lalu menelepon seseorang.

"Halo, Vin?"

"Ya? Ngapa, De?" sahut Jevin disebrang sana.

"Gimana? Udah selesai? Kahfi dan Taufik juga ada disanakan bantuin lo?"

"He'em, ada! Ih itu terlalu miring ke kanan. Coba kiri dikit. Aduh! Itu hurufnya yang sejajar dong!" ujar Jevin kepada seseorang disebrang sana. "mereka ada. Ini lagi dekor sesuai keinginan lo. Awas aja kalo traktirannya gak ada."

Dean terkekeh mendengar itu. "Tenang aja. Tapi thanks ya udah mau bantuin dekor ruangan untuk Athena."

"Santai aja. Ini tapi tulisannya salah. Si Kahfi salah beli balon. Harusnya beli huruf Y bukan I. Malah jadi babi bukan baby." Jevin terkekeh.

"Sialan!" Dean tertawa pelan. "Suruh beli lagi."

"Udah. Gue udah nyuruh salah satu OB disini. Lo kapan mau kesini? Eh, emangnya udah tau Athena lahirannya kapan?"

"Belum tau. Tapi dia udah masuk pembukaan satu."

"Wah, bentar lagi dong. Biasanya 1-2 harian lagi itu. Kenapa gak nunggu disini aja sih? Kan lebih gampang." ujar Jevin. Lalu pria itu berteriak lagi seperti tadi. Mungkin kepada Kahfi yang salah lagi.

"Dia nggak mau nunggu di rumah sakit."

"Saran gue nih lo bawa aja Athena kesini. Lebih gampang, kan takut sewaktu-waktu pecah ketuban, kalo gak segera ditangani bisa bahaya itu."

"Serius lo?!"

"Ya elah, gak percayaan banget sih lo. Gue ini dokter."

"Tapi kan lo bukan dokter kandungan." Dean mengernyitkan dahinya.

"Bangke. Sama aja sih. Semua dokter juga tau kalo itu bisa bahaya. Udah deh. Lo bujuk aja Athena buat dirawat disini. Nanti sore juga ini dekornya udah selesai." ujar Jevin kesal.

"Yaudah." Dean tertawa. "Gue bujuk Athena buat dirawat disana."

"Bagus itu. Udah ya. Bye!"

Belum juga Dean membalas, Jevin telah menutup sambungan teleponnha begitu saja.

Mungkin benar apa kata Jevin, Athena lebih baik jika menunggu di rumah sakit bukan di rumah.



****




Besoknya akhirnya Athena mau untuk menunggu di rumah sakit. Semalam wanita itu merasakan lagi kontraksinya dan menurut dokter sudah memasuki pembukaan 2.

"Eyang pulang aja. Athena nggak papa."

"Eyang disini aja, Sayang. Gak papa. Lagian nanti kamu siapa yang nemenin. Mending kamu suruh suamimu untuk pulang dan istirahat. Dari semalam dia ngejagain kamu."

"Iya. Mungkin dia juga belum mandi." Nisa menambahkan sambil melirik Dean yang sedang memainkan laptopnya di sofa. Ia terkekeh bersama Eyang Jeha.

Athena tersenyum geli sambil menatap Dean yang fokus pada laptopnya, katanya memeriksa email yang belum ia cek selama beberapa minggu terakhir ini.

"Dean?" panggil Athena.

Pria itu mendongak menatap Athena. "Kenapa, Yang? Butuh sesuatu?"

Athena menggeleng. "Kamu pulang dulu sana. Kamu belum istirahat sama kali dari semalem."

Pria itu menyunggingkan senyum tipis. "Nggak papa."

"Tapi kamu belum mandi." Athena terkekeh geli.

Dean membalasnya dengam cengiran sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Yaudah aku pulang dulu. Tapi kamu gak papa gak ada aku?"

Pasalnya Athena sering sekali memintanya mengelus perut atau punggung saat Athena merasakan kontraksi. Apalagi pembukaan 2 yang kata dokter akan merasa mulas yang menimbukkan keram perut. Belum lagi jika merasa mual, kembung dan nyeri punggung.

"Nggak papa. Asal kamu gak lama. Lagain disini ada Eyang sama Mbak Nisa." Athena tersenyum.

"Yaudah kalo gitu." Dean mematikam dan menutup laptopnya. Ia menghampiri Athena yang duduk diatas ranjang rumah sakit. "Kamu baik-baik ya, kalo ada apa-apa kabarin aku." katanya.

Athena mengangguk. "Kamu juga hati-hati di jalan."

"Itu supnya di habisin, minum air putih juga yang banyak. Nanti aku bawain sup baru lagi." ujarnya lalu mengecup kening Athena dan perutnya. "Papa pulang dulu sebentar ya." katanya. Ia beralih menatap Eyang Jeha dan Nisa.

"Dean pulang sebentar ya Eyang, Mbak Nisa. Titip Athena."

"Iya. Kamu hati-hati ya." ucap Nisa.

Dean mengangguk. Ia kemudian pergi setelah mengucap salam.

"Suamimu hebat ya, Ath." ucap Nisa tiba-tiba. "Aku kalo inget kejadian dulu tuh, bawaannya pengen ketawa deh."

"Kenapa?"

"Iya, kamu itu udah cape-cape kabur dari Dean sampe keluar negeri, tapi ujung-ujungnya kamu balik lagi aja sama dia."

Athena meringis pelan, lalu terkekeh.

"Itulah yang namanya jodoh." ucap Eyang Jeha. "Mau kamu pergi sejauh apapun, kalian pasti akan kembali bersatu."

"Aku juga nyesel, Eyang, kalo inget kejadian itu." Athena meringis. "Deam cerita bagaimana dia hidup bertahun-tahun setelah aku pergi, itu bikin aku semakin gak pantes buat dia." Athena menunduk. "Aku udah jahat sama dia, tapi dia dengam begitu baiknya masih mau nerima dan nganggep aku."

Nisa menyentuh tangan Athena. "Mbak juga salut sekali sama dia."

Athena tersenyum. "Dia itu susah kalo dijelasin pake kata-kata. He's so perfect."

Nisa menghela nafasnya. "Dulu Mbak pernah ngebayangin kalo Mbak punya pasangan kaya Dean." Nisa terkekeh pelan. "Ternyata nggak ada orang seperti dia lagi."

"Awas lho, kamu jangan menuntut Robby untuk seperti Dean." Eyang Jeha terkekeh membuat Nisa malu.

"Ibu ih!"




****



Sengaja update jam segini wkwk. Ada yang masih terjaga?

Endless FeelingWhere stories live. Discover now