Death2 - 10

6.4K 398 30
                                    

Seisi ruangan IGD dipenuhi oleh tangis Athena yang semakin mengeras dan memilukan. Dia mengabaikan keberadaan pasien lain yang mungkin terganggu dengan tangisnya.

"NGGAK! MEREKA GAK PERGI!!!" teriak Athena sambil menangis dengan memeluk perutnya sendiri, seolah dia memeluk kedua buah hatinya yang berharap masih berada di dalam sana.

Namun pernyataan Sita barusan membuat semuanya kacau. Dirinya, hatinya, jiwanya, Dean.

Sita memeluk Athena sedari tadi, menggantikan posisi yang seharusnya diisi oleh Dean.

Dean? Pria itu hanya diam. Lebih tepatnya menangis dalam diam.

"Athena, tenang Sayang. Kamu harus tenang. Kondisi kamu belum pulih." ujar Sita.

"Ma,, mereka gak mungkin ninggalin Athena. Mereka masih ada." katanya sambil terus memegang perutnya.

"Maafin Mama, Sayang."

Athena melirik Dean dari balik bulu matanya yang basah. Pria itu diam menatapnya dengan wajah memerah.

"Harusnya kamu dengerin aku. Jangan bertindak gegabah yang bisa ngebahayain kamu maupun si kembar. Sekarang apa? Karena tindakan gegabah kamu, kita kehilangan si kembar!!" bentak Dean.

Athena tersentak, ia mencengkram baju yang dikenakan Sita.

Ini pertama kalinya Dean membentaknya. Maksudnya, benar-benar marah karena kesalahannya. Selama ini, setelah menikah, Dean tidak pernah sekalipun membentak atau marah kepadanya walau Athena yang bersalah.

Dan ini yang pertama kalinya.

"Maaf." cicit Athena pelan disela isakannya.

Sita menggeleng, memperingati Dean untuk berhenti. "Tahan emosi kamu, Dean. Yang Athena butuhkan sekarang bukan seperti ini, tapi semangat dan pelukan hangat dari kamu."

Dean mengusap wajahnya frustasi, menghapus air matanya. Dean sedih, marah, kesal, semua menumpuk dalam dirinya. Dean tidak tau harus berbuat apa. Ia ingin memeluk Athena dan mengucapkan kata penenang untuk istrinya. Tapi Dean juga marah. Andai Athena tidak bertindak gegabah, semuanya tidak akan seperti ini.

"Dean.. Aku minta maaf." ucap Athena lagi.

Beberapa saat kemudian, Dean memilih keluar dari ruangan IGD, meninggalkan Athena yang menatapnya dengan nanar, menyesali apa yang telah dilakukannya sehingga membuat Dean marah besar kepadanya.

Sita kembali memeluknya, mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

"Mama.. Aku yang salah." Athena kini kembali terisak.

"Sayang," Sita menangkup wajah menantunya itu, lalu menggeleng. "Sebenarnya bukan seperti itu."





****





Sudah tiga jam Dean meninggalkan ruangan Athena hanya untuk berdiam diri di taman rumah sakit seperti seorang pecundang.

Dean ingin sekali menggerakkan kedua kakinya untuk melangkah menghampiri Athena, namun rasanya sangat sulit. Dean masih marah, sedih, kecewa pada semua yang terjadi. Dirinya bahkan tidak peduli jika ia menjadi bahan tontonan pengunjung taman.

Berita keguguran Athena sudah menyebar luas ke segala penjuru rumah sakit. Mungkin sekarang mereka sedang membicarakan dirinya yang pengecut karena malah diam disini bukannya bersama Athena.

"Dean?"

Seseorang duduk disampingnya seraya menyebut namanya, membuat Dean dengan cepat menghapus air matanya sebelum bertatapan dengan orang itu.

"Ngapain lo disini?" tanya Dean. Nada suaranya masih sama seperti dulu-dulu, ketika bertemu dengan Jevin.

Pria itu menghela nafasnya lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku.

Endless FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang