Death2 - 46

5.5K 297 9
                                    

Wajah Athena memerah, menahan sakit karena kontraksi yang ia rasakan sekarang jauh lebih sakit dari sebelumnya.

Semalam Athena telah pecah ketuban saat memasuki pembukaan 6, tapi sampai siang ini belum bisa melahirkan karena baru memasuki pembukaan 8.

Sepanjang malam Athena tidak tidur karena terus merasakan kontraksi, dan Dean dengan setia menemaninya.

Dean mengecup kening istrinya dan mengusap sudut mata Athena yang mengeluarkan air mata. Lalu tangannya beralih mengelus perut Athena.

"Coba kamu tidur." ucap Dean. "Aku disini, kok."

Wanita itu menggeleng. "Nggak bisa." ucapnya pelan setengah berbisik. "Ini sakit."

"Kamu coba. Sebentar aja. Nanti sakitnya hilang kok." bujuk Dean dan Athena tetap menggeleng.

Dean menoleh kearah Mamanya yang terus memperhatikan mereka. "Mama?"

"Ya?"

"Ini gimana? Athena terus kesakitan."

Sita tersenyum. Wanita itu mengambil ponselnya dan memotret Athena dan Dean.

"Mama kok malah foto sih." Dean menatap ibunya jengkel.

Sita terkekeh setelah berhasil memotret beberapa foto. "Mama harus apa dong? Mama juga gak bisa ngapa-ngapain."

"Mama ngapain kek, panggil Dokter Beti atau apa gitu."

"Tadi kan Dokter Beti udah kesini." Sita tersenyum melihat wajah putranya.

"Dean, aku gak kuat." ucap Athena. "Sakitnya gak berhenti-berhenti."

Dean menatap Ibunya dengan tatapan memelas, membuat Sita ingin tertawa terbahak.

"Oke, Mama panggilin Dokter Beti dulu." ucapnya sambil berjalan keluar dengan menahan senyum.

Dean mengabaikan ekspresi Sita yang jelas-jelas meledeknya. Pria itu kembali menatap Athena.

"Iya, Ath." ucapnya ambigu. Tangannya dengan setia mengelus perut Athena atau punggungnya ketika Athena memeluk lehernya dan berbaring miring.

Dean mengabaikan saat Athena mencengkram bahunya. "Sabar ya Sayang, sebentar lagi kita ketemu, Nak." ujarnya sambil mengelus perut Athena.

"Sakitnya belum hilang ya? Coba saya periksa dulu ya." ujar Dokter Beti setelah memasuki ruangan.

Athena merubah posisinya menjadi terlentang lalu Dokter Beti memeriksanya.

"Sudah pembukaan 9." Dokter Beti tersenyum setelah memeriksa Athena.

"Apa sudah waktunya, Dok?" tanya Dean.

Dokter Beti tersenyum lagi. "Belum. Persalinan akan dilakukan saat telah memasuki pembukaan 10 agar persalinan berjalan normal. Namun, harus menunggu beberapa saat lagi dan harus menahan sakitnya kontraksi yang semakin besar." ujarnya.

"Gak bisa sekarang aja, Dok? Saya gak tega lihat Athena kesakitan kaya gitu."

"Terlalu beresiko. Saya takut terjadi apa-apa. Seperti pendarahan."

"Sabar aja, Dean. Biasanya gak memakan waktu lama kok. Soal rasa sakit, memang itu udah menjadi resiko jika mau melahirkan normal." ujar Sita.

Dokter Beti mengangguk, menyetujui ucapan Sita. "Kalo begitu saya permisi dulu. Saya akan mempersiapkan ruang bersalinnya."

"Ma, yakin gak Papa?" tanya Dean sesaat setelah Dokter Beti keluar.

"Nggak papa. Mama pernah rasain ini. Kalo kamu gak percaya, kamu tanya aja sama temanmu itu si Ajeng."

Endless FeelingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora