Death2 - 11

6.3K 399 11
                                    

"Sayang, makan dulu ya." bujuk Dean seraya menyodorkan sendok berisi makanan.

Athena menggeleng, seperti lima belas menit yang lalu. Tak ada sesuap nasi pun yang masuk kedalam tubuh Athena seharian ini. Dean paham Athena masih sedih atas kehilangan anak mereka.

"Sekali aja, Sayang. Kamu harus makan." ucap Dean lagi.

Perempuan itu menggeleng lagi. "Untuk apa aku makan? Mereka udah gak ada." ucap Athena lirih dengan mata menatap kosong kedepan.

Dean menghela nafasnya pelan. "Meskipun begitu, kamu harus tetap makan, Ath. Aku mohon."

Athena menoleh, menatap Dean dengan mata berkaca-kaca. "Dean.."

Pria itu menggeleng. "Jangan nangis."

Athena menunduk, ia menggigit bibir bawahnya pelan lalu kembali menatap Dean. "Kamu gak ada niatan untuk ninggalin aku kan?"

Dean mengernyit tidak suka. "Nggak. Apaan sih kamu. Nggak lah, Sayang. Sedikit pun aku gak ada niatan untuk seperti itu."

Setetes air mata jatuh dari mata indah perempuan itu. Athena meraih tangan Dean. "Dean," Athena menunduk, lalu memejamkan matanya sesaat sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku ikhlas kamu menikah dengan anak rekan bisnis kamu itu. Aku tau kamu sangat menginginkan kehadiran anak, maka dari itu aku rela. Aku ikhlas."

Dean dengan cepat memeluknya. "Nggak, Ath. Kamu jangan bicara seperti itu. Aku gak akan menikah dengan siapapun. Hanya kamu istri aku selamanya. Aku gak peduli berapa lama aku menunggu kehadiran seorang anak, asalkan kita terus bersama." Dean memeluknya dengan erat, membuat isakan Athena mengencang.

"Aku cinta sama kamu, Athena!"

"Dean.." Athena terisak kencang, ia mencengkram baju Dean. "Maaf.."

"Ssttt,," Dean mengelus kepalanya. "Sudah. Itu gak akan pernah terjadi. Aku, kamu, kita akan terus bersama tanpa ada orang lain, kecuali anak kita."

"Si kembar, Dean.. Hikss.." Athena kembali terisak kencang saat mengingat kembali si kembar yang bahkan belum tumbuh sempurna didalam rahimnya namun Tuhan telah menjemputnya dengan cepat.

"Athena, kumohon Sayang." ucap Dean lirih. Ia benar-benar tidak sanggup sekarang. Hatinya sakit mengingat saat calon anaknya telah tiada dan tangisan Athena yang memilukan.

Dean mengurai pelukannya, menatap Athena dari jarak yang dekat. Lalu Dean mengusap air mata perempuan itu dengan lembut menggunakan ibu jarinya. "Jangan nangis lagi ya? Aku yakin si kembar gak suka liat Mamanya nangis kaya gini."

"Maafin aku, Dean." ucap Athena untuk kesekian kalinya. "Sebentar lagi kamu ulang tahun, tapi gara-gara aku kejadian ini harus terjadi."

Dean memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "It's oke, Sayang. Kamu gak usah pikirin itu lagi ya. Jangan jadikan ini beban."

Tangan mungil Athena terulur untuk menyentuh rahang pria itu yang selalu bersih. "Aku gak tau kenapa kamu bisa tetap bertahan sama aku walaupun aku telah melakukan kesalahan besar." ujar Athena. "Terimakasih."

"Karena aku mencintaimu. Aku menikahimu karena aku ingin hidup bersamamu. Menikmati setiap detik waktuku yang diberikan Tuham sampai akhir hidupku."

Mata Athena kembali berkaca-kaca, lalu menetes satu persatu hingga menjadi deras. "Aku juga mencintaimu."





****





Athena duduk diatas ayunan yang menghadap ke pemandangan yang begitu asri. Semua berwarna hijau. Angin dengan kecepatan sedang menyapu wajahnya, menyejukkan.

Endless FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang